jfid – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengungkapkan alasan dirinya menolak tawaran menjadi calon wakil presiden (cawapres) Anies Baswedan dalam Pilpres 2024. Mahfud mengaku takut dituduh sebagai biang kerok andai ada perpecahan dalam koalisi pengusung Anies.
Mahfud menyampaikan hal ini dalam acara Mata Najwa yang ditayangkan di Youtube pada Kamis (20/10/2023). Dalam acara tersebut, Mahfud hadir bersama bakal calon presiden (bacapres) yang kini menjadi pasangannya, yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Mahfud mengatakan bahwa tawaran menjadi cawapres Anies datang dari Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu. Namun, Mahfud langsung menolaknya dengan alasan tidak ingin terlibat dalam politik identitas yang masih melekat pada citra Anies.
“Saya minta maaf ya, ini soal citra politik aja, bukan soal benar atau salah. Misalnya, saya dengan Anies kenapa waktu itu saya menolak. Mungkin citra penggunaan politik identitas itu belum banyak hilang, sehingga agak tidak mudah menjelaskannya. Bagi saya mungkin tidak benar tapi itu kan yang ada di publik,” kata Mahfud.
Selain itu, Mahfud juga mengkhawatirkan jika nantinya ada perpecahan dalam koalisi pengusung Anies yang terdiri dari PKS, Partai Gerindra, Partai Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Mahfud tidak ingin disalahkan sebagai penyebabnya.
“Kalau misalnya saya masuk ke situ (koalisi Anies), nanti kalau ada perpecahan di situ, saya dituduh sebagai biang keroknya. Saya dituduh sebagai orang yang memecah belah koalisi itu,” ujar Mahfud.
Mahfud juga mengaku tidak tertarik untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto yang kembali maju sebagai bacapres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Menurut Mahfud, Prabowo sudah terlalu senior dan tim suksesnya tidak cocok dengan dirinya.
“Pak Prabowo juga menurut saya sudah terlalu senior. Sehingga, meskipun saya tidak pernah bilang iya dan tidak kepada Pak Prabowo, tapi kalau saya lihat dari tim suksesnya, bukan ke orang seperti saya,” tutur Mahfud.
Mahfud kemudian memilih untuk menjadi cawapres Ganjar Pranowo yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mahfud merasa bisa saling melengkapi dengan Ganjar dan memiliki visi yang sama untuk membangun Indonesia.
“Saya melihat Pak Ganjar ini punya potensi besar untuk memimpin Indonesia ke depan. Saya melihat dia punya kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai kalangan. Saya melihat dia punya semangat untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. Saya merasa bisa bekerja sama dengan dia dengan baik,” pungkas Mahfud.