Zoomer Adalah Future Indonesia

Rasyiqi .
5 Min Read
Generasi Z Amerika (foto: istimewa)
Generasi Z Amerika (foto: istimewa)

jfID – Donald Trump bulan lalu di buat pusing, dalam kampanye di tulsa dengan target memecahkan rekor kehadiran namun ternyata yang justru kebalikan. Dari bangku yang di sediakan 19.000 di arena kampanye tersebut hanya sepertiga yang terisi.

Apa yang terjadi? Ternyata Trump di kerjain anak generasi zoomer!

Kampanye Trump ini sepi karena pengaruh sekelompok muda mudi pecinta K pok dan anak muda yang aktif di TikTok.
Melalui media sosial Tik Tok, muda-mudi itu meyakinkan kawan-kawan mereka untuk mendaftar ke kampanye Trump–bukan untuk benar-benar hadir, tapi mengelabui calon presiden dari Partai Republik tersebut.

Orang-orang di balik Trump mengklaim, pendukung muda mereka tidak terpengaruh situasi yang terjadi.

Namun perbincangan publik kini berfokus tentang bagaimana para muda-mudi penggila musik pop Korea terlibat dalam upaya mengelabui Trump. Ini membuat team kampanye  dan Donald Trump pusing!

Kejadian di Tulsa itu juga disebut sebagai cermin seberapa besar kekuatan zoomer alias generasi Z. Kelompok demografi baru ini diyakini bakal membuat Trump dan banyak politikus lainnya pening.

Siapakah zoomer?

Ini adalah panggilan untuk Generasi Z alias orang-orang yang lahir pada pertengahan dekade 1990-an hingga awal tahun 2010-an. Rentang waktu lahir generasi ini masih menjadi perdebatan akademis.

Terminologi zoomer berkaitan dengan boomer panggilan untuk orang-orang yang lahir antara tahun 1944 dan 1964,  dengan aplikasi zoom yang meledak sukses dalam 6 bulan ini karena efek covid membuat mesin tatap muka jarak jauh ini populer dikalangan generasi Z.

Mengapa zoomer penting?

Generasi Z menguasai dunia dalam konteks jumlah. Beberapa penelitian menyebut mereka adalah populasi terbesar saat ini, sekitar 32% dari total penduduk dunia.

Walau generasi milenial yang lahir antara 1981-1996 masih menjadi kelompok orang dewasa terbesar di dunia. Menurut Bank Dunia, 41% angkatan kerja dunia kini diisi oleh milenial dimana 5 tahun lagi jumlahnya akan terlewati dan terisi oleh generasi zoomer.

Sekarang ada baiknya kita mendiskusikan tentang TikTok dengan generasi Zommer ini.

Ternyata TikTok memiliki alasan mengapa platformnya berisikan video-video yang panjangnya hanya 15 detik.

Ini dikarenakan temuan riset yang mengatakan Gen Z yang masuk sasaran TikTok mempunyai waktu memperhatikan selama 8 detik saja.

“Selama 2019, kita belajar generasi Z itu cuma punya second attention 8 detik,  kenapa?

Karena dari lahir sudah dekat dengan smartphone dan sudah paham konten mana yang mereka suka jadi mereka lebih selektif.

Mereka tergolong internet experts yang menuntut segala sesuatunya serba cepat.

Termasuk dalam mencuri perhatian – buatlah konten yang menarik untuk 8 detik pertama jika ingin tetap mendapatkan perhatian mereka.

Catatan penting, Blinknya 8 detik kalau anak sekarang, Generasi gadget.

80% dari populasi gen Z memiliki kecenderungan membeli produk yang memiliki dampak sosial atau dampak positif bagi lingkungan. Sehingga bukan lagi hanya nama besar sebuah brand yang dapat menentukan loyalitas konsumen dari gen Z ini, namun juga berfokus pada citra atau reputasi dari brand itu sendiri.

Jadi apa yang kita harus lakukan terhadap para zoomer, yaitu Don’t trick them – jangan curangin mereka!

Jangan mencoba untuk mengecohkan gen Z dengan memberikan gambaran sempurna saat mengiklankan sebuah brand.

Gen Z lebih tertarik pada sesuatu yang real, tidak muluk-muluk, dan mereka juga tidak mudah tertipu.

Menurut penelitian dari Future Cast, 77% dari gen Z lebih menyukai iklan yang menunjukkan Perilaku Talent dalam situasi yang nyata.

Alih-alih menggunakan selebriti, gen Z lebih tertarik melihat influencers di sosial media saat mempromosikan suatu brand.

Real people ini yang zoomer anggap dapat merepresentasikan pengalaman yang nyata saat menggunakan brand tertentu. Mereka tumbuh pada era dimana informasi tersedia tanpa batas, sehingga saling tukar-menukar informasi menjadi salah satu kegiatan pemasaran yang biasa dilakukan.

Instagram konten berbasis status, Tiktok konten berbasis bakat. Semoga manfaat. #peace

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

TAGGED:
Share This Article