Tiongkok dan Amerika Dikupas

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read

jfid – Ada buku lama yang sangat menarik untuk dikupas ulang. Buku tersebut berjudul How to Swim With The Shark WIlithout Being Taken Alive yang kalau di terjemahkan secara bebas adalah bagaimana bisa berenang dengan Hiu tanpa dimakan hidup-hidup.

Arti sebenarnya dalam buku tersebut adalah perusahaan raksasa atau kapitalis atau individu kapitalis punya nickname sebagai Shark. Shark itu sangat haus darah, kejam dan tega melakukan hostile take over, pengambil alihan paksa tanpa belas kasihan pada pemilik lama.

Kita semua tahu, di negara demokrasi yang mengambil sistem liberal seperti Amerika berkali-kali kita menyebutkan bahwa Amerika adalah Negara Swasta. Sehingga kendali ekonomi semuanya dipegang swasta.

Karena mengadopsi pasar bebas, maka siapa yang kuat dia yang menang, hukum rimba di pakai. Disini saya tidak setujunya, negara harus turun tangan, bukan free market yang di promosikan karena hukum rimba tetapi Fair Market, karena berdasar kesamaan peluang dan win win solution.

Kita lanjut pasar kapitalis liberal bebas

Karena mereka kuat mereka bisa makan perusahaan-perusahaan kecil dengan harga NOL. Anda bisa dibikin berhutang pada mereka dan tinggal diambil gratis.

Inilah muasal kata Debt Trap atau jebakan hutang yang dilakukan pertama oleh swasta para Shark tadi.

Kekejaman kapitalis tadi sampai sekarang masih ada malahan tambah buas, dan itulah business as usual dari para shark ini. mereka berbungkus venture capital, berbungkus giant multinasional company, private investor, hedge fund, dan banyak lagi nama mereka biar terlihat “baik” sexy dan mitra terpercaya.

Sebelum kita lanjut tentang pelajaran How to Swim With The Shark WIlithout Being Taken Aliven, maka saya minta izin untuk menjelaskan sedikit lompat. Nanti kita balik ke topik di awal.

Shark di dunia korporasi di negara barat sudah kelihatan, maka ada buku yang sedang saya kerjakan dimana memerlukan waktu lama karena penelitiannya panjang, menggagungkan politik, bernegara dan ekonomi makro-mikro.

Judul buku ini sudah saya sebutkan berkali-kali buku ketiga trilogi serial geopolitik dan geoekonomi yang akan berjudul Re-Draw Maps dengan tagline kecil di bawahnya Mari Bung Rebut Kembali.

Dan ada second tagline, yaitu bagaimana berenang dengan Amerika & Tiongkok tanpa Indonesia dimakan hidup-hidup.

Agak nyeleneh judulnya karena saya menganggap Indonesia saat ini sudah dimakan hidup-hidup oleh keduanya selama 7 presiden. Maaf sekali lagi, maaf, ini sebuah tulisan berdasar study panjang, 3 tahun hingga saat ini.

Ok, Kita tidak membahas bukunya, namun informasi kali ini kita akan memberikan pemahaman dasar bernegara ala forsa panarata yaitu nawacitanya mardigu nation.

Kita nomor satu anti negara berbisnis. Jadi kita anti BUMN. Jelas dan kita tegaskan. Kita sangat mendukung swasta terutama bottom of pyramids, UKM dan buruh, petani, negara.

Kita juga tegaskan, kita mendukung Fair Trade pasar yang adil bukan pasar bebas yang pakai hukum rimba.

Dimana SHARK pasti ada namun memakan yang kecil dan lemah tidak semudah itu karena dilindungi peraturan atau kebijakan negara. Shark Indonesia akan kita bantu memakan perusahaan di luar Indonesia.

Dan itu yang namanya Hacking Growth bernegara ala nawacita Forsa Panarata.

Kita akan jadikan Indonesia negara swasta. Negara hanya regulator. Negara bukan lagi jadi Operator aktif kecuali 3 hal, dalam fiskal moneter, keamanan dan pertahanan.

Diperjelas lagi depertemen pertahanan akan di ubah menjadi departemen perang atau warfare. DOW departement of War (fare).

Salah satu agendanya DOW adalah membantu perusahaan swasta ekspansi keluar negeri seperti VOC di bantu militer Belanda. Hanya militer kita nanti bukan hard skill, ketrampilannya lebih ke soft skill. Persis seperti China military strategi.

Bahkan negara lain di invasi aja rakyat setempat plus pejabatnya Serasa sedang dibantu, diperkaya, padahal harta mereka sedang di keruk, itu kerja military soft power strategi yang sangat tidak dimengerti oleh banyak pejabat di banyak negara. Tetapi tidak kita nanti.

Kembali ingat sejarah VOC yang kalau kekayaannya di jumlah sama dengan kekayaan amazon, facebook, google dan microsoft di jumlah kan saat ini. tanpa military support sistem yang dulu hard power, yang kejam. Seperti di pulau banda dan sekitarnya yang memiliki 15.000 penduduk demi mendukung perdagangan belanda, militernya di bawah JP coen, bisa “bantai” 14.000 penduduk sehingga saat ini tinggal sejarah duka bagi bangsa Indonesia.

Amerika selama 70 tahun masih pakai cara belanda melindungi oil companynya, internet, satelit, dolarnya, namun sejak 2013 amerika mendapat tantangan baru dengan startegi soft power China yang banyak disukai pemimpin negara oportunis yang ingin cepat quick money.

Miring ke Tiongkok itu ada dua ciri saat ini negera-negara yang ambil OBOR itu. Negara tersebut memang ambil tiongkok sebagai bohir dan sponsor kekuasaan atau negara tersebut lemah foriegn policy nya sehingga keduanya adalah termakan soft power military strategi, menggunakan economic approach.

Sahabat, mulai kebayang gambaran kedepan apa yang akan kita harus benahi dari bernegara menyempurnakan kepintaran penguasa, politikus dan penguasa saat ini. #peace

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article