jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Kolumnis

Paman Dhoplang dan Keluguan Keagamaannya

by Heru Harjo Hutomo
12/20/2020
in Kolumnis
Reading Time: 5 mins read
2.2k
A A
0
"Wulan Kumambang," 29x37 cm, abu rokok di atas kertas, Heru Harjo Hutomo

"Wulan Kumambang," 29x37 cm, abu rokok di atas kertas, Heru Harjo Hutomo

Share on FacebookShare on Twitter

jfid – Di Jawa sepertinya spiritualitas lebih dahulu hadir daripada religiositas. Dari berbagai catatan sejarah yang ada memang agama-agama besar yang hadir di nusantara adalah lebih pada bentuk mistisismenya. Setidaknya, hal ini berlaku bagi gelombang pertama kehadiran mereka.

Di Jawa, baik Hindu, Buddha, Islam, maupun agama-agama besar lainnya, tak pernah hidup semurni ataupun sepersis dari tempatnya berasal. Koentjaraningrat dan Ricklefs pernah mencatat bahwa spiritualitas, atau secara khusus ketuhanan (kapitayan), sudah menjadi kearifan perenial bangsa nusantara. Dalam bahasa Koentjaraningrat hal ini disebut sebagai mistisisme. Sementara dalam istilah Ricklefs hal ini disebut sebagai “kontinuitas-mistis” yang membuat Islam tak tampak sebagai “barang asing” ketika tampil dalam wajah tasawufnya di masa silam.

Baca Juga

No Content Available

Dalam sebuah kesempatan, saya berkesempatan singgah di rumah Paman Dhoplang di pinggiran desa dan mencoba, satu hal yang malas saya lakoni sebenarnya, mengorek pandangan dan sikap keberagamaannya.

“Tuhan yang kau tanyakan itu terlalu jauh,” jawabnya ketika saya bertanya tentang kebertuhanannya meskipun saya tahu lelaki sepuh itu ikut acara maulidan, shalawatan, kenduri dan tahlilan ketika tetangganya memperingati kematian keluarganya.

Paman Dhoplang, tak sebagaimana kita yang dididik untuk berpikir dan belajar tentang Tuhan yang dikabarkan dalam kitab-kitab dan sengkarut di sekitarnya, ia meletakkanNya sebagai sebentuk penghayatan dan bukannya obyek pengetahuan sebagaimana Ibn ‘Arabi, obyek cinta dan kerinduan sebagaimana Rumi, dan obyek sesembahan sebagaimana Syekh Abdul Qadir al-Jailani.

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order

“Bagaimana kau dapat bertanya demikian, sementara upayamu untuk bertanya pun adalah kuasa dari yang kau tanyakan juga?,” kilahnya seperti seorang Derridean yang membuat lidah kelu.

Dalam hal ini saya ingat Syekh Junaid yang konon lebih menyukai murid yang goblok dan tanpa pengetahuan sama sekali. Sebab, pada orang-orang seperti itu, apa yang dikenal dalam teologi sebagai “tremendum et fascinosum” lebih dapat terjadi.

Terkadang, di sinilah sebenarnya derajat spiritual manusia sama sekali tak berkaitan dengan seberapa pintar ia dalam ilmu keagamaan dan sikap keberagamaannya. Sebab, ketuhanan dan keagamaan adalah dua hal yang jelas dapat dibedakan dan tak mutlak berbanding lurus. Siapakah yang paling tahu tentang Tuhan kecuali Ia sendiri? Bukankah Syekh Abu al-Hasan al-Syadzili tak pernah menulis sebuah buku sebagaimana cucu muridnya, Syekh Ibn ‘Athaillah? Bukankah jamak dijumpai seorang yang dikenal sebagai seorang mursyid dalam tarekat seolah tampak jauh kalah ilmu keagamaan dan sikap keberagamaannya dibanding muridnya?

Taruhlah ketika kita melihat sesuatu atau berada di suatu tempat yang sama sekali asing bagi kita, tentu kita akan takut atau justru terpesona. Demikian pula Paman Dhoplang, ia memang sama sekali bukanlah sesosok muslim yang taat ketika ketaatan itu dapat diukur dengan seberapa rajin ia beribadah: shalat, mengaji, bersedekah uang, dst. Meskipun hanya hafal “Lawala kuata,” tapi begitu merasuk penghayatannya pada sepenggal doa itu, ia telah selamat melewati zaman perang yang berkali-kali: zaman penjajahan Belanda, Jepang, Madiun Affair, dan peristiwa ’65. Tapi sungguh berbeda kasusnya pada seorang ustadz tetangganya yang hafal al-Qur’an dan menguasai berbagai kitab dimana ketika ponselnya habis baterai atau wifi-nya mati, ia belingsatan tak karuan laiknya dunia mau kiamat. Maka, dalam hal inilah Paman Dhoplang tak pernah sok.

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

Share3640Tweet2275Pin820

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

2 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

3 bulan ago
10k

Oleh: Dr. Sirikit Syah (Pengamat Media) jfid - Dua puluh satu tahun Reformasi, pers Indonesia...

Ilustrasi wawancara

Wawancara dengan Wakil Komite Nobel & Akademi Sastra

4 bulan ago
10k

Bisa Anda beri tahu kami siapa Anda? Saya Ellen Mattson. Saya seorang penulis. Seorang novelis....

Load More
Next Post
Sekda Lahat, H. Janursyah Hambali

Sekda Lahat Meninggal Dunia Akibat Covid- 19

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

Heboh! Perahu Bebek Wahana TRK Bermuatan Penumpang Macet Ditengah Danau

09/16/2019
10.2k
Kapolda Sumut saat memaparkan keberhasilan Ditkrimsus Polda Sumut dalam mengungkap penggunaan alat test Swab bekas di Mapolda Sumut, Kamis (29/04/2021)

Kapolda Sumut Paparkan Penangkapan Petugas Test Swab

04/30/2021
10k

Popular Story

  • "Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

    Politik Rendahan dan Lebaran di Pedesaan Jawa

    9147 shares
    Share 3659 Tweet 2287
  • Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

    9466 shares
    Share 3786 Tweet 2367
  • Sorong Serah Aji Kerame, Potret Adat Budaya Suku Sasak

    9505 shares
    Share 3849 Tweet 2357
  • Nomenklatur Kemenangan, 2024 Ganti Bupati Sumenep

    9279 shares
    Share 3712 Tweet 2320
  • PKBM Harapan Baru Edukasi Pemuda Terlatih

    9115 shares
    Share 3646 Tweet 2279
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.