jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Warta Budaya

Menengok Konstruksi Nasionalisme 1928

by Heru Harjo Hutomo
11/03/2020
in Budaya, Kolumnis
Reading Time: 5 mins read
2.3k
A A
0
"Logondhang," 29x37 cm, goresan jari, abu rokok di atas kertas (Heru Harjo Hutomo, 2017)

"Logondhang," 29x37 cm, goresan jari, abu rokok di atas kertas (Heru Harjo Hutomo, 2017)

Share on FacebookShare on Twitter

Yang muda memilih

Yang enggan tersisih

Baca Juga

No Content Available

Elok berbaris rapi

Tak perlu lagi menari

Angankan mimpimu tergenggam

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order

Hidupmu kembang setaman

—Kembang Setaman, Heru Harjo Hutomo

jfid – Tak banyak catatan soal keterkaitan Islam, dan bahkan agama-agama lainnya, di Indonesia dengan peristiwa Sumpah Pemuda yang diperingati di setiap tanggal 28 Oktober. Sepertinya, saat itu demam “kebangsaan” mulai menemukan ekspresinya yang fixed. Ada tanah, bangsa, dan bahasa yang disebut-sebut dalam sumpah pemuda, tapi tak ada satu pun identitas agama yang tertera di sana. Padahal, mengacu pada sejarah masa lalu, agama sebenarnya sudah dibawa-bawa dalam kaitannya dengan perlawanan terhadap penjajah: Perang Jawa yang dipimpin oleh seorang Dipanegara, Perang Padri yang identik dengan Imam Bonjol, dan tentu saja perlawanan rakyat Aceh yang lekat dengan sosok Cut Nyak Dien. Tapi kenapa identitas agama tak dijadikan salah satu sumber dalam perumusan nasionalisme atau kebangsaan?

Barangkali, yang bercokol di benak para pemuda waktu itu, agama-agama yang sudah berkembang dipandang sebagai sebentuk barang impor yang tak ada kaitannya dengan isu kebangsaan yang memang tengah mewabah. Selaiknya modernisme yang telah berunjuk gigi sejak abad ke-17 di Barat, yang melahirkan humanisme dan universalisme, agama memang bukanlah “warisan” yang laik untuk dipertahankan. Dengan kata lain, ia hanyalah tilasan using para “orangtua” yang kurang gagah.

Kita dapat melihat ambisi seorang Tan Malaka dalam Madilog, yang ditulis dalam pelarian dan dalam kurun 40-an, untuk membilas noda-noda takhayul, bid’ah dan churafat (TBC) dari bangsa Indonesia seperti halnya para wahabi, meskipun atas nama hukum materialisme, dialektika, dan logika. Sekali lagi, pada titik inilah “kiri” dan “kanan” pada akhirnya adalah saudara kembar yang memiliki ikatan emosional satu sama lain (Corona, Ancaman Radikalisme, dan Masa Depan Demokrasi Deliberatif Indonesia, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Meskipun Tan Malaka secara khusus juga membahas agama Islam dalam Madilog, tapi tetap ia melihatnya dalam kerangka materialisme, dialektika, dan logika. Maka output-nya pun adalah sejenis Islam “kering” ala wahabi yang miskin imajinasi.

Saya kira proses terbentuknya paham kebangsaan yang dirumuskan oleh para pemuda pada tahun 1928 itu, dan terburainya pada tahun 1945, adalah persis sebagaimana terbentuknya paham keislaman abstrak—tanpa tipologi—yang beberapa tahun belakangan ini berkembang di Indonesia (Nusantara dan Batas Imajinasi Sebuah Bangsa, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Dengan kata lain, apa yang pernah saya sebut sebagai “nasionalisme masturbasif” tak pula muncul tanpa sejarah (Hikayat Binatang Beragama, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Bukankah revolusi prematur PKI yang mudah ditumpas pada tahun 1926-1927, yang kental dengan bau kepemudaan, pecah dalam semangat zaman yang sama dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tahun 1928?

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

Share3689Tweet2306Pin833

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

Sri Cicik Handayani, Mahasiswi Institut Seni Indonesia Surakarta (foto: jurnalfaktual.id)

Para Seniman Muda Bicara Keseriusan Disbudporapar Sumenep

1 bulan ago
10.1k

jfid - Para Seniman muda bersuara soal keseriusan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Parawisata (Disbudporapar)...

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

2 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

3 bulan ago
10k

Oleh: Dr. Sirikit Syah (Pengamat Media) jfid - Dua puluh satu tahun Reformasi, pers Indonesia...

Load More
Next Post

Pergaulan Bebas dan Dekadensi Moral Remaja di Tengah Pandemi

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

Jembatan di Desa Dabung Ambruk, PUPR Bangkalan Akan Ajukan BTT

03/05/2020
10.1k
Puting Beliung di Tangkel, BPBD: Korban Nihin, Namun Sejumlah Rumah Rusak Berat

Puting Beliung di Tangkel, BPBD: Korban Nihin, Namun Sejumlah Rumah Rusak Berat

12/10/2019
10.1k

Popular Story

  • "Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

    Politik Rendahan dan Lebaran di Pedesaan Jawa

    9148 shares
    Share 3659 Tweet 2287
  • Nomenklatur Kemenangan, 2024 Ganti Bupati Sumenep

    9280 shares
    Share 3712 Tweet 2320
  • Sorong Serah Aji Kerame, Potret Adat Budaya Suku Sasak

    9505 shares
    Share 3849 Tweet 2357
  • Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

    9466 shares
    Share 3786 Tweet 2367
  • PKBM Harapan Baru Edukasi Pemuda Terlatih

    9115 shares
    Share 3646 Tweet 2279
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.