• Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Menu
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Search
Close
Search
Close
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Menu
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Home»Kolumnis
2 Mins Read

Kemarahan Jokowi: Sebuah Shock Therapy di Tengah Krisis Pandemi

By Herry SantosoJuni 30, 2020
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp

jfID – DALAM Sidang Kabinet, amarah Presiden Joko Widodo tumpah. Beliau menyesalkan langkah para menterinya yang terkesan lamban dalam bekerja tanpa penetrasi yang berarti dalam mengimplementasikan sebuah regulasi. Kemenkes misalnya, dari anggaran sekitar 75 triliun rupiah cuma terserap sekitar 1,5%. Hal tersebut benar-benar sebuah “tragedi” yang (seakan) tidak dapat lagi ditoleransi. Dari keteledoran itu (sebut saja begitu) pada gilirannya berimplikasi pada politik sehingga mumunculkan “#Indonesiaterserah” yang jika dibiarkan bisa membuat degradasi kewibawaan pemerintah (deterioration of government authority) di mata rakyat. Lebih-lebih dengan serta-merta hadirnya “bumbu pemedas” lain yaitu RUU HIP yang menjadi blunder di panggung perpolitikan nasional, semua itu bisa menjadi batu sandungan (stumbling block) pemerintahan Jokowi.

Resufle Kabinet

  Dari ketidakpaduan kinerja kabinet Indonesia Maju Jilid 2 tersebut serta-merta memunculkan wacana resufle kabinet. Jokowi yang selama ini tampak sejuk dan lindap tiba-tiba (bisa) "beringas" di sidang paripurna kabinet dan seolah-olah ada "pembusukan dari dalam" (decay from within) pada struktur kabinetnya. Jika kemudian Jokowi benar-benar meresufle kabinetnya tersebut, maka akan menumbuhkan spekulasi baru sekaligus risiko lahirnya figur sakit hati (hurt figure). Sebagaimana kasus resufle sebelumnya sederet nama laiknya Rizal Ramli, Sudirnan Said, Anies Baswedan, dan lain-lain akhirnya mereka menjadi kritikus bahkan rivalitas di pemerintahan Jokowi. Inilah yang dalam politik dinamai kelompok sakit hati (hurt group).
   Dalam perpolitikan modern lahirmya kelompok sakit hati adalah hal yang biasa, karena memang tidak ada  kawan atau lawan abadi kecuali kepentingan abadi. Dengan demikian, memang resufle kabinetlah saya kira merupakan kebijakan yang terbaik dari Jokowi, dan hal tersebut merupakan hak prerogatif seorang presiden, dan daripada memelihara ulat dalam pot bunga (keep caterpillars in flower pots) yang bisa merusak keindahan. Sebab kinerja seluruh perangkat pemerintahan dari presiden hingga  perangkat terbawah (termasuk ASN tentunya) adalah bekerja di alam krisis (abnormal), bukan  bekerja di alam normal, maka sebagai konsekuensi logis para variabel pemerintahan dituntut tugas yang sangat ekstra. Di pundak Jokowi ada 267 juta jiwa bukan sekadar orang sekantor kabinet. Itu saja! ***

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram WhatsApp

Baca Juga

Jacob Ereste, penulis produktif di usia yang tak lagi muda (foto: dok. Redaksi jurnal faktual.id)

Menulis untuk Menjaga Akal Tetap Sehat

5 Mins Read

Eksploitasi dan Perdagangan Manusia

6 Mins Read
Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

4 Mins Read
Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 Mins Read
Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

4 Mins Read
Ilustrasi wawancara

Wawancara dengan Wakil Komite Nobel & Akademi Sastra

5 Mins Read
Add A Comment

Leave A Reply Cancel Reply

Anda harus masuk untuk berkomentar.

  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Menu
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Facebook Twitter Youtube Instagram

Copyright © 2022 Jurrnalfaktual.id. All Rights Reserved

  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Menu
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan

Copyright © 2022 BeramalBaik. All Rights Reserved

Home

Indeks

Nulis

Login

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

  • Arta
  • Flash
  • Headline
  • Histori
  • Kolumnis
  • Rupa-Rupa
  • Sasana
  • Siasat
  • Tahta
Menu
  • Arta
  • Flash
  • Headline
  • Histori
  • Kolumnis
  • Rupa-Rupa
  • Sasana
  • Siasat
  • Tahta

Berlangganan Pembaruan

Dapatkan artikel-artikel berita kreatif dari jf.id

Facebook Twitter Pinterest YouTube WhatsApp TikTok Telegram Discord RSS