jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Headline

Heroisme 1945 dan 2020

by Herry Santoso
04/06/2020
in Headline, Kolumnis
Reading Time: 6 mins read
2.3k
A A
0
Gambar Ilustrasi

Gambar Ilustrasi

Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Herry Santoso

jfID – Inggris Ngamuk membombardir Surabaya baik lewat laut, darat, dan udara tetapi tak pernah bikin remuk semangat arek-arek Surabaya !

Perbandingan jumlah pejuang Surabaya dengan pasukan Sekutu mencapai empat banding satu. Namun, jumlah korban Indonesia mencapai 5 persen dari keseluruhan pejuang, sedangkan Inggris “hanya” kehilangan 1 persen tentaranya. Tetapi, dalam angka  1 persen itu sudah termasuk dua orang jenderalnya yang terkenal pongah.

Baca Juga

No Content Available

Sejak tiba mendarat Surabaya, prajurit-prajurit Sekutu dari Brigade 49 begitu tinggi semangat dan percaya dirinya. Hal itu lantaran ia membawa serta Brigade Gurkha, dan SAS sebagai resimen elitnya.

Mereka baru saja mengalahkan pasukan Jepang, dari pertempuran Birma sampai Semenanjung Malaya. 

Wajar jika, Brigjen Mallaby terima telegram dari Winston Churchill, PM Inggris, “How long it took to conquer Surabaya, General ?” (Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menakhlukkan Surabaya, Jenjeral ? ). Dengan pongahnya Mallaby menjawab sangat mencengangkan, “My estimed is no more than sex, Sir,”  ( Menurut perkiraan saya tidak lebih butuh enam jam, Tuan).

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order

Tetapi atas semangat arek-arek Surabaya yang tak sejengkal pun rela tanah tumpah darahnya dikuasai, tentara Inggris dan  Nica, terseok-seok, selama 23 hari jadi bulan-bulanan arek-arek Surabaya yang cuma *bondho nekad* (bonek) !!

Heroisme 2020

Kini kembali negera dan bangsa tercinta ini diuji oleh “makhluk halus” yang bernana Covid 19. 

Makhluk yang tak kasat mata itu ingin menghancurksn dunia, termasuk Indonesia. Pertanyaannya adalah, masih relevankah semangat heroisme 1945 itu diaplikasikan saat ini demi memberantas

Virus corona ?

Betapa Ibu pertiwi bercucuran airmata, melihat kenyataan saban hari ada orang  meninggal dunia akibat virus corona. Betapa pula dokter, para medis, dan ilmuwan kewalahan mengatasi pasien Covid 19. Mereka tidak kenal waktu, bahkan tidak tahu masih selamatkah dia esok hari ?

Singsingkan Lengan Baju

Untuk itu, seharusnya kita sadar bahwa saat ini kita teruji kembali semangat persatuan dan kesatuan, solidariritas, kesetiakawanan, bahkan etos gotongroyong kita ?

Lihatkah, kaum dhuhafa, kaum the lower class, kaum cilik, kaum marhaen yang hidup di kolong-kolong jembatan, di bantaran kali, di gerbong kereta api, dengan menggantungkan nasib dari mengorek-korek sampah, kuli angkut, ojol, atau buruh cuci, dan banyak lagi. Mereka seharian belum tentu kenyang, atau berangkat tidur tanpa perut keroncongan. Jangankan untuk beli masker Rp 10.000,- / biji, untuk makan nasi sayur kangkung pun belum tentu terpenuhi.

Lain halnya dengan orang kaya, orang berkecukupan, bebas keluar-masuk toko swalayan, mall, atau restoran bergengsi,  menggunakan kartu kredit, atau uang elektronik lainnya. 

Mereka tidak peduli terhadap kaum pejuang dan suhada yang harus menyelamatkan ribuan manusia dari keganasan Covid 19. Orang mampu puas selagi ia bisa pamer baju, pamer mobil, pamer eksistensi, dan pamer jatidiri. 

Di mana heroisme Surabaya 1945 dulu, di mana semangat Bandung Lautan Api itu, atau Hampir Malam di Jogja, atau Palagan Ambara ? Terakhir di mana letak-letak relevansi narasi keimanan yang kerap membordir postingannya di media sosial dengan aksi konkretnya.

Saya khawatir, gen pahlawan itu telah pergi, telah mati, karena idividualistik, konsumerisme, dan westernisasi. 

Sekaligus saya khawatir gen semangat gotong royong itu juga mati lantaran demokratisi, politisasi, atau dimangsa kaum borjuisme, feodalisne, dan liberalisme sejati. 

Semoga tulisan sederhana ini mampu melecut kembali Semangat Surabaya 1945 ataupun apa namanya, dalam membangun kebersamaan melawan Covid 19. Mari kita mulai sekarang, atau esok, atau lusa, atau memang menunggu lonceng kematian berdentang di padang Kurusetra tanpa perlawanan  ?? Naudzubillah….***

Share3723Tweet2327Pin838

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

"Tingwe," 90x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

Nggumun

1 bulan ago
10.1k

jfid - Egalitarianisme sebenarnya adalah suatu gagasan yang paling problematis, setidaknya pada tataran non-politis. Ia...

Gambar ilustrasi kekuatan barat dan timur (foto: istimewa)

SDA Indonesia di antara Jepitan Ambisi Barat dan Idealisme Timur

2 bulan ago
10k

jfid - PERCAYA atau tidak, biaya perang Rusia - Ukraina membakar dana 117 triliyun rupiah/hari!...

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

2 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Load More
Next Post
Doc. Pribadi Prof. Dr. Muhammad Nuh, DEA, Ketua Dewan Pers Nasional

Dewan Pers Sampaikan Point Penting Tanggapi Covid-19

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

Lulusan UTS Harus Berani Berkompetisi di Eropa

03/01/2020
10k

Upacara Hari Jadi Sumenep ke 751, Pertahankan Kearifan Lokal dan Bupati Serukan Lawan Corona

10/31/2020
10.1k

Popular Story

  • "Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

    Politik Rendahan dan Lebaran di Pedesaan Jawa

    9156 shares
    Share 3662 Tweet 2289
  • Nomenklatur Kemenangan, 2024 Ganti Bupati Sumenep

    9281 shares
    Share 3712 Tweet 2320
  • LSM Garuda Indonesia DPD Kabupaten Lombok Tengah Halal Bi Halal Perkuat Silaturrahmi

    9123 shares
    Share 3649 Tweet 2281
  • Sorong Serah Aji Kerame, Potret Adat Budaya Suku Sasak

    9505 shares
    Share 3849 Tweet 2357
  • Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

    9467 shares
    Share 3787 Tweet 2367
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.