Gubernur NTB, Gubernur Sandalan

Rusdianto Samawa
10 Min Read
Presiden Jokowi bersama Gubernur NTB Bang Zul (foto: Aka K Sanjaya)
Presiden Jokowi bersama Gubernur NTB Bang Zul (foto: Aka K Sanjaya)

Forward Tulisan: 18 September 2019

JfID – Judul tulisan ini mungkin saja tidak menarik, tetapi perilaku, tutur, sikap dan gerak seorang Gubernur terpilih membuat hati saya terpikat untuk menulisnya. Saya berfikir, kelak kalau tak ada orang yang menulis jelas tampilan, aksesoris dan visinya. Maka, ribuan foto dan video yang tergambar dalam laman Pan Fages facebook dan media sosial lainnya. Maka tidak ada juga lintasan sejarah yang dibaca oleh rakyat.

Nah, tulisan ini bagian dari cara menghadirkan corak, karakter, aksesoris dan tampilan seorang pemimpin yang selama ini kita cari. Terus terang, saya sekali bertemu bersamanya di Deklarasi Dukungan Nelayan pada proses pencalonannya. Tetapi, sebelum itu pernah saling kontak sekedar berkenalan, tanya asal muasal, aktivis mana dan domisili di Jakarta. Ya sekedar itu saja. Itupun perkenalan berlangsung pada tahun 2011 silam atau 8 tahun lalu.

Sosoknya menjadi buah bibir, tampilan sebagai anggota DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dari waktu ke waktu tak ada suara sumbang untuknya. Jadi anggota DPR RI dari Dapil Banten dan pernah Nyagub di Banten. Namun, yang lebih asyik ketika dibicarakan oleh masyarakat NTB sebagai petarung sejati dan sangat dibanggakan. Masyarakat NTB terkadang tidak suka pada politisi yang dipilih langsung dari NTB karena faktor tidak ada kerja-kerja terukur dalam karir politiknya.

Namun, kalau seorang Zulkiflimansyah yang akrab disapa Bang Zul ini, bagi rakyat NTB sungguh luar biasa, mulai dari mendirikan tiga kampus sekaligus yakni Universitas Teknologi Terbuka (UTS), Institut Ilmu Sosial Budaya (ISBUD), dan Sekolah Tinggi Pendidikan Sumbawa (STPS). Selain itu, anggota DPR RI yang paling banyak berbuat untuk rakyat melalui program pangan, pertanian, teknologi, dan komunikasi informatika.

Itulah prestasi yang menjadi viral dan buah bibir rakyat. Harus diakui bahwa Bang Zul adalah harapan terbaik masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) hari ini dan masa depan. Setelah sekian lama mendirikan Perguruan Tinggi, imajinasi rakyat akan keterkenalannya menjadi sorotan menarik dan meluas.

Pada waktu-waktu itu pula, ternyata rakyat NTB inginkan Gubernur idaman yang mereka impikan untuk bisa mengganti petahana. Saya mengamati, analisa dan membantunya. Niat itupun terealisasi. Tentu banyak orang membantu mulai dari tokoh-tokoh, pemuda, putra putri NTB, pengusaha, praktisi dan teknisi.

Menjadi Cagub tentu rakyat sudah mengukurnya bahwa keberhasilan NTB harus dilanjutkan. Sehingga bisa berkembang lebih pesat lagi dalam geliat pembangunan untuk masa depan.

Atas dasar tampilan, sikap dan kesederhanaan itu juga, saya bersama nelayan dan pembudidaya NTB mencoba membantu untuk memenangkannya. Mungkin saja, banyak orang yang meragukan keberpihakan nelayan yang dibawa politis. Namun, ini penting bahwa nelayan juga tergantung pada kebijakan pemerintah yang pro terhadap nelayan.

Ide itu kemudian mengalir, niat deklarasi nelayan saya sampaikan kepada Kusnaini Zainuddin Mansyur. Sebetulnya, saya sampaikan ke Bang Zul Zulkieflimansyah sendiri. Namun lama responnya. Entah itu karena sibuk blusukan kemana-mana ataukah belum percaya terhadap atensi dan kekuatan nelayan sepenuhnya.

Untuk tidak hilang momentum, saya terus berkoordinasi bersama Kusnaini untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan nelayan. Nah, Kusnaini menyampaikan kepada Bang Zul dan Alhamdulillah direspon sangat baik dan antusias sekali.

Akhirnya, kami deklarasi yang dihadiri pimpinan nelayan Lobster dan pembudidaya seluruh NTB yang terdiri dari Bima, Dompu, Sumbawa, dan Lombok serta petani garam. Acara dan kegiatan tersebut berjalan lancar dan sangat luar biasa.

Saya bersama TIM terlebih dahulu menuju Kutai Lombok Tengah, tiba lebih awal. Satu jam kemudian, Bang Zul tiba ditempat acara deklarasi. Saya perhatikan ada beberapa hal: pakaian yang dipakai sedikit semi casual yakni baju putih, kopiah hitam, celana abu – abu dan sandal HomePeed hitam.

Mengamati tampilannya itu, saya cukup malu, bahkan minder sekali. Karena saya sendiri saat itu memakai jas batik asli Sasambo (Sasak, Sumbawa, Mbojo) karya desainer Erina Galery Lombok. Betapa tidak, jas yang harganya satu paket suami istri itu Rp.4.700.000 itu dikalahkan oleh tampilan Bang Zul yang semi Casual.

Saya berfikir objektif. Memakai jas batik itu bukan dalam arti memuji diri atas kemahalannya. Tetapi, sebetulnya pesannya Erina Galery agar dipakai setiap kegiatan agar panorama tampilan lebih menarik dan melebihi Casual itu sendiri. Namun, lama kelamaan dan sekarang, jas batik itu hanya untuk dipakai acara adat istiadat, pengantin, dan acara resmi lainnya.

Ya, bisa dibayangkan Jas Batik karya Erina Galery dipuji oleh seorang mantan menteri Kelautan dan Perikanan, seorang Poppy Darsono desainer internasional, kebetulan senior dan akrab, yang motifnya sangat bagus sekali dan cocok dibawa kemana saja kita inginkan. Ya itu pesannya.

Kembali ke tampilan Bang Zul. Aksesoris penampilannya mengalahkan egoisme saya sendiri. Artinya, tampilan bang Zul adalah pelajaran kesederhanaan yang sangat luar biasa. Bang Zul politisi yang humble dan sederhana menunjukan kualitas yang sangat mumpumi untuk mengatasi seluruh problem rakyat.

Pasca deklarasi, saya perhatikan setiap detik, jam, dan hari ke hari. Penampilan malah lebih ekstrem kesederhanaannya. Jalan menyapa rakyat pakai celana pendek, sudah kurang cerah lagi celananya. Sebagaimana terlihat aktivitasnya lewat media sosial facebooknya.

Kalau soal mendatangi rakyat, mungkin soal biasa secara langsung. Sudah tidak menjadi luar biasa. Kalau dulu mungkin saja benar, sebagaimana ketika orang kaget melihat gaya blusukan Jokowi turun ke tengah-tengah rakyatnya, bahkan ke selokan. Tentu, tim sukses Jokowi masa itu pintar memaknai cerdas Namun itu semua orang bisa, semua bisa menyapa rakyat.

Namun, bagi saya, melihat dan menganalisis perilaku politik Bang Zul dengan segala tampilan kesederhanaannya telah memberi pelajaran penting kepada kita semua. Setiap foto saya perhatikan, ketemu siapa? Ada di mana dan kapan bertemunya?. Semua bisa dimonitor dimana bang Zul ketemu rakyat. Yang luar biasa adalah belum pernah saya melihat Bang Zul memakai baju-baju mewah, berdasi ibarat lawyer, bersepatu pentopel. Saya belum pernah melihatnya.

Herannya, ini Gubernur sandalan, baju dan jaket seperti tampilan seorang ojek online. Tidak canggung ketemu Para Gubernur se-Indonesia, ketemu presiden sandalan dan batikan, dan kopiah hitam.

Yang membuat Sumbawa tersentak saat Presiden Republik Indonesia Mr. Bung Jokowi berkunjung ke UTS dalam rangka memajukan pendidikan Sumbawa dengan menghadirkan kampus negeri dengan menggabungkan perguruan tinggi swasta lainnya menjadi satu naungan dibawah Universitas Negeri. Karena harapan generasi Sumbawa seperti itu. Artinya, bang Zul sudah menunjukkan kerja – kerja luar biasa untuk rakyat.

Saya menjawab seorang sahabat dan salah satu tokoh masyarakat yang melihat Bang Zul dalam tampilan yang kadang tidak rapi. Mereka bilang kepada saya, perlu diberikan masukan agar Jabatan Gubernur menjadi bermartabat dan dipandang tegas. Jawaban saya kepada mereka: “Bang Zul itu otentifikasinya tinggi, tampilannya seperti itu, mengurus rakyat tidak harus memakai baju dinas kenegaraan dan kedaerahan. Mengurus rakyat bisa sandalan, duduk, keliling, membaca, melihat dan mendengar sehingga rakyat justru yang berdaulat.”

Bang Zul adalah Gubernur Sandalan yang berada diluar rotasi kedinasan dan menyelesaikan persoalan rakyat tanpa harus mengganggu kinerja birokrasi. Cara, perilaku dan tampilan bang Zul menandakan bahwa titisan cahaya kepemimpinan Abubakar sahabat Nabi Muhammad saw, telah turun kepadanya.

Konteks, pola dan karakternya mungkin saja berbeda karena Abubakar tampil di saat rakyat Arab butuh pencerahan yang didera kemiskinan. Sementara Bang Zul tampil di saat rakyat butuh solusi hidup, butuh keseimbangan ekonomi, butuh kelengkapan dan ketersediaan pangan, sandang dan papan.

Maka, menurut saya, tampilan Bang Zul sebagai Gubernur Sandalan sungguh bermakna positif karena mencari solusi untuk rakyat, tidak butuh baju dinas dan fasilitas dinas.

Yang terpenting adalah pemerintah dan negara hadir untuk rakyat. Menata masa depan pembangunan yang berkeadaban sehingga mencapai Kegemilangan.

Selamat Bekerja Gubernur Sandalan, mengurus rakyat itu berat, mudah bagi mereka yang hanya pandai kritik. Memang, semua pemimpin butuh kritik sebagai pil pahit untuk melengkapi masa – masa kepemimpinan. Tetapi, kritik itu harus berkrebilitas tinggi.[] #WeLoveYou

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article