jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Kolumnis

Goroh

by Heru Harjo Hutomo
11/17/2020
in Kolumnis
Reading Time: 6 mins read
2.3k
A A
0
"Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

"Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

Durung pecus

Kasusu kaselak besus

Baca Juga

No Content Available

Amaknani rapal

Kaya sayid weton Mesir

Pendhak-pendhak angendhak gunaning janma

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order

—Serat Wedhatama

jfid – Adakalanya ketika mendapatkan hal yang baru orang begitu sok, rasanya seperti orang yang telah lama menghidupi hal yang baru tersebut. Celakanya, ia pun akan melihat orang yang sebenarnya telah lama menghidupi hal yang baginya baru tersebut seperti orang yang salah atau bahkan sama sekali awam yang mesti ia wejang.

Pada titik ini kita bicara tentang “ghirah” yang acapkali diderita oleh jiwa-jiwa amatiran. Mangkunegara IV, dalam Serat Wedhatama, cukup apik mencandra para jiwa amatiran, dengan ghirah yang begitu menggebu tapi tanpa dibarengi dengan ilmu, yang gampang dilihat dari kesigapannya dalam memvonis atau memberikan judgment yang akhirnya, alih-alih melahirkan kebaikan, justru menimbulkan kerusakan yang bahkan untuk memperbaikinya sekali pun perlu untuk mengenyahkan orang yang bersangkutan.

Al-Hikam pernah mewedarkan bahwa seorang salik, ketika mengawali suluk-nya, mestilah “nyantai.” Sebab, dinamika nafsu manusia sangatlah lembut dan samar. Nafsu yang berlebihan pada kebaikan dan kesucian pun bisa jadi adalah justru sebuah hijab yang membuat berjarak seorang insan dengan Tuhannya, karena meskipun sebuah kebaikan, hal ini didorong oleh nafsu yang sudah pasti akan menipunya.

Di sinilah saya kira sufisme nusantara cukup jeli membahasakan dinamika kejiwaan manusia. Ketika orang berbahasa Arab menyebut “penyakit” jiwa-jiwa amatiran tersebut dengan “ghirah,” maka orang nusantara cukup menamakannya dengan langsung menunjukkan konsekuensinya: “goroh” (bohong).

Taruhlah perihal istilah dan konsep “sedulur 4” dalam kebudayaan Jawa yang membuat para jiwa amatiran yang “masturbasif” (mau menang sendiri) dan siap wirang, menghakiminya sebagai bid’ah, tak islami atau sekedar warisan masa silam yang kuno dan tak laik diapresiasi dan diakomodasi, tampak sekali bahwa para tukang goroh ini tak pernah menyelami al-Qur’an alias pengung sebagaimana Serat Wedhatama menyebutnya (Radikalisme, Konsep dan Transformasi Diri dalam Tasawuf, Heru HarjoHutomo, https://jurnalfaktual.id).

Belum lagi soal keris atau berbagai pusaka yang memiliki nilai estetis dan historis yang bagi jiwa-jiwa amatiran tersebut dihakimi sebagai penyakit TBC (takhayul, bid’ah, dan churafat). Barangkali, mereka memang tak karib dengan nabi Muhammad yang pernah mewariskan pedang pusaka pada Ali: Zulfikar. Siapakah pada akhirnya jiwa-jiwa amatiran yang suka membikin umuk, umek atau gaduh tersebut? 

Berbagai data yang ada menunjukkan bahwa kebanyakan pelaku yang menunjukkan kecenderungan radikalisme dan terorisme adalah orang-orang yang berusia di bawah 30 tahun. Pendek kata, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang baru saja belajar tapi seolah sudah berhak menghajar, orang yang masih dalam taraf mencium baunya saja sudah berani nggaya.

Dalam konteks ghirah dan goroh ini pada dasarnya tak mengenal batasan usia ketubuhan—meskipun hal ini dapat digunakan untuk memetakan para orang yang terjangkit radikalisme dan terorisme. Karena itulah kenapa saya memilih penggunaan istilah “jiwa-jiwa amatiran” yang “masturbasif” dan siap wirang daripada istilah-istilah lainnya. Beberapa kali pernah saya petakan tentang struktur jejaring radikalisme dan terorisme di Indonesia: jejaring pengung adalah buah cinta terlarang antara jejaring “masturbasif” dan “wis wani wirang” (Yang Tertyolak: Menguak Strktur Jaringan Radikalisme dan Terorisme Kontemporer di Indonesia, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org). Dengan demikian, populisme yang selama ini dicirikan oleh kematian para ahli adalah sebuah cerita agung (grand narrative) yang dibangun di atas ghirah dan goroh.

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

Share3640Tweet2275Pin820

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

2 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

3 bulan ago
10k

Oleh: Dr. Sirikit Syah (Pengamat Media) jfid - Dua puluh satu tahun Reformasi, pers Indonesia...

Ilustrasi wawancara

Wawancara dengan Wakil Komite Nobel & Akademi Sastra

4 bulan ago
10k

Bisa Anda beri tahu kami siapa Anda? Saya Ellen Mattson. Saya seorang penulis. Seorang novelis....

Load More
Next Post
Do'a Kyai Kholil As'ad Syamsul Arifin untuk kemenangan Fattah Jasin-Kyai Ali Fikri (foto: redaksi)

Kyai Kholil As'ad, Meneruskan Perjuangan Ulama bersama Fattah Jasin dan Kyai Ali Fikri

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

Gerayangi Perempuan di Sungai, Pria Asal Muara Enim Ini Diringkus Polisi

Gerayangi Perempuan di Sungai, Pria Asal Muara Enim Ini Diringkus Polisi

10/20/2019
12.2k

Aksi Tolak Nama BIZAM Tegaskan Tak Ada Rekonstruksi, Hanya Ada Penetapan Nama BIL

02/03/2020
10.4k

Popular Story

  • "Goroh," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

    Politik Rendahan dan Lebaran di Pedesaan Jawa

    9147 shares
    Share 3659 Tweet 2287
  • Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

    9466 shares
    Share 3786 Tweet 2367
  • Sorong Serah Aji Kerame, Potret Adat Budaya Suku Sasak

    9505 shares
    Share 3849 Tweet 2357
  • Nomenklatur Kemenangan, 2024 Ganti Bupati Sumenep

    9279 shares
    Share 3712 Tweet 2320
  • PKBM Harapan Baru Edukasi Pemuda Terlatih

    9115 shares
    Share 3646 Tweet 2279
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.