Gerakan Feminisme Lawan Omnibus Law

Deni Puja Pranata
3 Min Read
Gambar ilustrasi, perempuan merokok (gambar: anak kreatif/istimewa)
Gambar ilustrasi, perempuan merokok (gambar: anak kreatif/istimewa)

jfID – Dalam sejarah pergerakan Mahasiswa dan buruh, hampir nama-nama perempuan tercatat di bawah nama kaum laki-laki (dominasi Patriarki). Sebut saja Marsinah, hingga kini, namanya masih sebagai simbol perlawanan kaum perempuan yang mewakili laki-laki. Pertanyaannya, mana Marsinah lain?

Stigma dan Paradigma terhadap perempuan yang hanya bisa mengurus dapur, perempuan yang dipandang lemah, dan selalu di bawah bayang-bayang kaum laki-laki. Narasi yang selalu menciptakan infrastruktur Gender yang timpang sebelah.

Dari sanalah sebuah gerakan Feminisme lahir di akhir abad 18. Berupaya melakukan penyamarataan status antara laki-laki dan perempuan. Feminisme menuntut agar terpenuhi kesetaraan gender. Menuntut kesamaan hak politik, dan kesetaraan hukum yang didominasi patriarki.

Pra kemerdekaan tercatat nama-nama RA. Kartini, Cut Nya Dien, dan Sarinah serta pejuang-pejuang perempuan di masa kemerdekaan. Gerakan Feminisme di Indonesia bermunculan dimulai dengan sebuah diskursus teks, yang dipelopori Ayu Utami dan Ratna Sarumpaet.

Sebuah buku-buku genre sastra lahir dari tangan Ayu Utami dan Ratna Sarumpaet yang mencoba mendekonstruksi wajah perempuan dalam teks. Namun, gerakan feminisme sastra justru membawa jurang persekusi bagi dua tokoh yang mempelopori itu.

Beberapa tahun yang lalu, saya ingat persekusi Ayu Utami yang disebut Tubuhnya bau. Serta Ratna Sarumpaet yang di cap sebagai ratu hoax yang pernah ada di Indonesia. Sungguh bagaimanapun, gerakan feminisme membuat kepedihan yang mendalam.

Bulan Oktober 2020, perlawanan menolak Undang-undang Cipta Kerja, aroma feminisme bertebar di tanah Indonesia. Orator dari demonstran muncul dengan wacana lantang menolak Omnibus Law dan perempuan-perempuan menyuarakan ketidakadilan.

Namun sebuah anomali gerakan feminisme dihalangi oleh sebatang rokok. Para orator feminis yang menyuarakan ketidakadilan itu menjadi viral dengan objek perempuan perokok.

Gerakan feminisme melawan Omnibus Law dihalangi oleh sebuah exploitasi gambar yang menghadirkan perempuan dengan sebatang rokok. Secara ontologi, gerakan feminisme menuntut kebebasan sosial dan hak-haknya.

Zaman di mana saya masih kecil, saya melihat banyak perempuan mengemil dengan sirih, pinang dan kapur. Dan hingga kini, di Papua, para laki-laki dan perempuan masih mengunyah.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article