jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Kolumnis

Dekonstruksi dan Jalan Pembebasan

by Heru Harjo Hutomo
09/30/2020
in Kolumnis
Reading Time: 5 mins read
2.2k
A A
0
Gambar Ilustrasi "Equilibrium," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Gambar Ilustrasi "Equilibrium," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Berbicara tentang radikalisme dalam perspektif dekonstruksi secara sekilas seperti hal yang tak ada gunanya. Sebab, dekonstruksi sendiri selama ini dianggap tak mempercayai adanya dasar atau fundamen. Itulah kenapa Derrida, dalam Acts of Religion (2002), ketika menyinggung peristiwa 9/11 mengatakannya sebagai sesuatu yang inheren pada konsep demokrasi dan karena itu modernisme itu sendiri (auto-immunity).

Tapi saya kira, sejauh yang saya pahami, Derrida dan dekonstruksi tak eksplisit mengatakan bahwa apa yang disebut sebagai dasar atau fundamen itu tak ada, atau tak ada gunanya ketika meletakkannya sebagai titik awal ataupun titik akhir dalam proses berpikir. Dengan kata lain, dasar atau fundamen itu bukan urusan dekonstruksi. Maka, untuk mengatakan bahwa dasar atau fundamen bukan menjadi bagian yang penting dari dekonstruksi tak berarti dasar atau fundamen itu tak ada. Saya kira inilah wujud kekanak-kanakan banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai dekonstruksionis.

Baca Juga

No Content Available

Secara fungsional dekonstruksi tetap menggunakan dasar atau fundamen yang oleh Derrida tak eksplisit disebutkan. Tapi cara kerja dekonstruksi membuktikan tentang adanya dasar atau fundamen tersebut. Taruhlah cara kerja dekonstruksi yang berupaya membuat goyah, dalam kasus Derrida dalam Of Grammatology (1976), peminggiran tulisan atas lisanan yang telah dimulai sejak logos, yang secara harfiah berarti “sabda,” dianggap yang pertama kali mengada dalam kebudayaan Barat. Dari pelebihan tradisi lisan atas tradisi tulisan inilah berbagai oposisi biner kemudian menyeruak dalam kebudayaan Barat: maskulinitas atas femininitas, Barat atas non-Barat (sebagaimana kritik Derrida pada etnografi Saussure), keimanan atas kekafiran (dimana Derrida menemukan kekaburan batas antara seorang ateis dan seorang yang beriman bahkan mistikus sekalipun—(“Epoche and Faith: An Interview with Jacques Derrida,” dlm. (ed.) Yvonne Sherwood & Kevin Hart, Derrida and Religion: Other Testaments, Routledge: New York, 2005, hal. 37-8).

Secara tersirat, Derrida dan dekonstruksinya sebenarnya ingin merengkuh titik equilibrium. Hal ini dibuktikan dengan goyahnya, dalam kerangka oposisi biner, sisi dominan dimana dominasi itu dilakukan dengan meminggirkan sisi lainnya. Taruhlah masalah gender dimana lelaki sering diposisikan sebagai lebih tinggi ataupun lebih rasional daripada perempuan. Dekonstruksi bekerja dengan menggoyahkan dasar pandangan semacam ini, sebab kerapkali ketinggian atau kerasionalan lelaki tak dapat dilepaskan dari kerendahan atau irasionalitas perempuan. Tak benar pula pada akhirnya berkesimpulan bahwa, ketika konsep lelaki sudah rubuh, perempuanlah yang kemudian lebih tinggi atau lebih rasional. Sebab, hal ini sama saja dengan mengulang peminggiran sebelumnya laiknya logika ular yang mencaplok ekornya sendiri (Terorisme dan Emansipasi Gender, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org).

Titik equilibrium itulah yang bagi saya pribadi merupakan dasar atau fundamen dari dekonstruksi yang tak eksplisit disistematisasikan oleh Derrida. Siapa pun yang karib dengan pemikiran dan aktivitas berpikir akan paham bahwa tak mungkin semua itu berjalan tanpa adanya suatu dasar atau fundamen. Seperti Derrida sendiri ketika ingin berbicara tentang dekonstruksi, ia pasti akan menjelaskannya dengan bertolak dari sesuatu. Taruhlah strukturalismenya Saussure, mengenai konsekuensi dan kelemahannya yang kemudian memantik Derrida untuk menegaskan konsepnya tentang dekonstruksi.     

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order

Dari perumusan di atas, maka radikalisme pada dasarnya adalah sebentuk logika peminggiran yang otomatis pula, sebagai konsekuensinya, sebentuk penindasan pada praktiknya. Bukankah pengkafiran adalah sebentuk mekanisme peminggiran yang otomatis pula sebentuk upaya penindasan ataupun pediskriminasian dalam praktiknya? Bukankah banyak kasus penindasan dan pendiskriminasian yang terjadi selama ini adalah karena dibiarkannya peminggiran-peminggiran yang terjadi pada tataran diskursif ataupun simbolik—tak lagi dihiraukannya konstitusi ataupun segala tata perundangan yang ada? Dengan demikian, saya kira, banyak kasus penindasan yang terjadi di kenyataan adalah karena dibiarkannya upaya-upaya peminggiran yang terjadi pada tataran diskursifnya. Patut diketahui bahwa di abad ini bukanlah kenyataan yang membentuk diskursus, melainkan diskursuslah yang justru membentuk kenyataan.     

(Heru Harjo Hutomo: penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

Share3682Tweet2301Pin829

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

3 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

4 bulan ago
10k

Oleh: Dr. Sirikit Syah (Pengamat Media) jfid - Dua puluh satu tahun Reformasi, pers Indonesia...

Ilustrasi wawancara

Wawancara dengan Wakil Komite Nobel & Akademi Sastra

4 bulan ago
10k

Bisa Anda beri tahu kami siapa Anda? Saya Ellen Mattson. Saya seorang penulis. Seorang novelis....

Load More
Next Post
BPBD Bangkalan Akui Telah Kirim 70 Tangki Sejak Awal Musim Kemarau

BPBD Bangkalan Akui Telah Kirim 70 Tangki Sejak Awal Musim Kemarau

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

DPK MPI Medan, DPP MPI Sumut dan BM MPI Nasional Berbagi Kasih Kepada Warga

04/26/2020
10.4k

Fungsi Lembaga Eksekutif

10/31/2020
10.1k

Popular Story

  • Deklarasi Humairoh Perjuangan di kecamatan Blega

    Humairoh Perjuangan Kini Hadir di Kecamatan Blega, Begini Harapan Mahfud

    9124 shares
    Share 3650 Tweet 2281
  • Dibalik Lirik Lagu Tahun 2000 Grup Kosidah Nasidaria, Lihat Faktanya Saat Ini

    9597 shares
    Share 3839 Tweet 2399
  • Media Sosial dan Ancaman Disintegrasi Bangsa

    9535 shares
    Share 3814 Tweet 2384
  • Servomechanism

    9246 shares
    Share 3698 Tweet 2312
  • Beda Perbup, Perda dan Instruksi Bupati dalam Perspektif Hukum

    10866 shares
    Share 4346 Tweet 2717
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.