jf
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
No Result
View All Result
Nulis
jf.
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
jf.
Menulis
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
Home Kolumnis

Cerita Wayang Petruk Dadi Ratu: Kritik Sepanjang Zaman

by Tjahjono Widarmanto
07/23/2020
in Kolumnis
Reading Time: 5 mins read
2.4k
A A
0
Ilustrasi Petruk Dadi Ratu: neo-vista.com

Ilustrasi Petruk Dadi Ratu: neo-vista.com

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Cerita wayang Petruk Dadi Ratu merupakan salah satu lakon wayang yang populer dan digemari masyarakat Jawa. Cerita Petruk Dadi Ratu merupakan cerita carangan yang tak terdapat dalam babon Mahabarata maupun Ramayana yang dianggap sebagai naskah rujukan pertunjukkan wayang di Indonesia.

Di sebuah manuskrip yang tersimpan rapi di  Reksa Pustaka Mangkunegara, Surakarta (Sukadi, 2006), dapat telisik asal usul dan siapa pengarang cerita carangan Petruk Dadi Ratu. Pada manuskrip tersebut terdapat pupuh dandanggula yang pada awal baris pupuh tersebut terdapat sandiasma berbunyi Can Cu Han Cayudan Surakarta:

Cancaleng tyas sumedya mrih manis
Cumanthaka angiket gitaya
Hancake driya ge-age
Caranya durung weruh
Yutun tan win ingkang ngesemi
Dandanana budi tama
Surya tembang tembung
Rasanendriya sumeda
Karya tepa palupi mrih irip-irip
Talirpra sujana

Baca Juga

No Content Available
Sandiasma tersebut menerakan nama seorang etnis Cina bernama Tjan Tjoe Han yang berasal dari Cayudan Surakarta. Tjan Tjoe Han inilah yang mengarang cerita carangan Petruk Dadi Ratu yang ditulis pada tahun 1932 Masehi.
Naskah ini menceritakan tokoh Petruk, seorang rakyat jelata atau pidak pendarakan yang menjadi punakawan atau abdi pelayan yang tiba-tiba menjadi raja di sebuah negara bernama Negara Mulwarengka. Ketika menjadi raja, ia bergelar Prabu Belgedhuwel Beh. Nama gelar tersebut adalah akronim dari sugih blegedhu rakyate dhedel dhuwel kabeh (raja yang kaya raya tapi rakyatnya compang camping semua).
Pada mulanya Sang Petruk adalah seorang punakawan, pemomong yang suka memberi nasihat, suka berunjuk rasa, suka protes, suka berdebat, suka mengkritik dengan argumentasi muluk-muluk, dan suka menggerakan massa. Namun, saat ia diberi kekuasaan ternyata hanya memikirkan dirinya sendiri, mementingkan kepentingan pribadinya sendiri dengan menumpuk kekayaan, korupsi besar-besaran, sedangkan rakyatnya dibiarkan keleleran dalam perangkap kemiskinan. Terjadilah kesenjangan sosial yang terbentang lebar antara pejabat dan rakyat. Raja dan pejabat negara hidup bergelimangan harta sedangkan rakyatnya miskin dan papa.
Sama dengan Ranggawarsita, melalui karyanya Petruk dadi Ratu, Tjan Tjoe Han menunujukkan sebuah fenomena sosial yang sampai sekarang boleh jadi tetap hadir di sekeliling kita. Dari naskah itu pula dapat kita lihat sebuah trik politik yang mengatasnamakan rakyat sehingga dapat meraih kekuasaan namun justru melupakan rakyatnya. Penggambaran ini merupakan potret yang nyata dalam jagat perpolitikan kita. Lihat saja, para penguasa, baik itu birokrasi maupun legeslatif, saat mengampayekan dirinya acap kali mengatasnamakan rakyat bahkan menjadikan rakyat sebagai isu sentral politiknya, namun saat telah berhasil merebut dan menggenggam kekuasaan ia segera melupakan rakyat, bahkan menggerogoti rakyatnya dengan rakus. 

Cerita Petruk dadi Ratu sesungguhnya sebuah kritik terhadap perilaku dan mentalitas para pemimpin yang lupa diri akan asalmuasal diri dan kewajibannya sebagai pemimpin. Cerita ini sesungguhnya menjadi kritik dan oto kritik yang selalu relevan dalam tiap zaman sekaligus mengingatkan bahwa kita harus selalu mawas diri sekaligus tidak mengkhianati jati diri dan asal muasal.

Yang paling penting: semoga kita tidak menjadi salah satu dari petruk-petruk itu atau kita salah memilih Petruk dalam pilkada yang sebentar lagi akan digelar di tengah-tengah pagebluk ini!

Tjahjono Widarmanto, Penulis adalah esais, sastrawan Indonesia kelahiran Ngawi.
Bukunya Percakapan Tan dan Riwayat Kuldi Para Pemuja Sajak menerima
Anugerah buku puisi terbaik Tingkat Nasional 2016 dan bukunya yang lain Perbincangan Terakhir dengan Tuan Guru (2018) dan Kitab Ibu dan Kisah Hujan (2019) menjadi buku terpuji versi HPI 2018 dan 2019.

Advertisement. Scroll to continue reading.
Order Order Order
Share3795Tweet2372Pin854

Dapatkan pembaruan langsung di perangkat Anda, berlangganan sekarang.

Unsubscribe

Pos Terkait

Eksploitasi dan Perdagangan Manusia

1 hari ago
10.1k

jfid - "Lika liku peradaban masyarakat Arab memunculkan kajian, riset sekaligus pemicu regulasi seluruh dunia...

Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

3 bulan ago
10.1k

jfid - PERANG Rusia-Ukraina meletus (Kamis, 24/2/22). Dunia terkejut dan kalang kabut. Betapa tidak, dua...

Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 bulan ago
10.1k

jfid - Wadas mengusik nurani banyak orang. Mulai mahasiswa, aktivis, ilmuwan, akademisi sampai para pemuka...

Dr. Sirikit Syah, seorang Pengajar dan Pengamat Media

Tantangan Pers Indonesia Sekarang

4 bulan ago
10k

Oleh: Dr. Sirikit Syah (Pengamat Media) jfid - Dua puluh satu tahun Reformasi, pers Indonesia...

Load More
Next Post

Wagub Dorong Penguatan Data Kemiskinan Terpadu di NTB

Leave Comment
ADVERTISEMENT

Recommended

Terungkap, Motif Pelaku Perampokan 400 Juta di Irian Supermarket Medan

Terungkap, Motif Pelaku Perampokan 400 Juta di Irian Supermarket Medan

08/08/2019
10k

Tasawuf Rumi Proklamirkan Lingkungan, Para Da’i Terdiam

02/19/2020
10.2k

Popular Story

  • Eksploitasi dan Perdagangan Manusia

    9208 shares
    Share 3683 Tweet 2302
  • Apakabar Bupati Fauzi? Kemana Wabup Eva?

    9637 shares
    Share 3855 Tweet 2409
  • Bersama MGPM IPA Sumenep, Prodi IPA UTM Madura Tingkatkan Kompetensi Mengajar Melalui Pendekatan STEM

    9109 shares
    Share 3644 Tweet 2277
  • New Historicism Sebagai Sebuah Kajian Sastra

    9341 shares
    Share 3736 Tweet 2335
  • Dibalik Lirik Lagu Tahun 2000 Grup Kosidah Nasidaria, Lihat Faktanya Saat Ini

    9611 shares
    Share 3844 Tweet 2403
Jurnal Faktual

© 2022

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Saran Translate

Terhubung

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.