jfID – ACAPKALI orang mengatakan “hipersek”. Padahal bukan, tetapi ia mengalami Persistent genital arousal disorder (PGAD) yakni gangguan seksual yang dialami kaum hawa. Hal ini dialami perempuan bernama Lior Ofir Schwartz selalu merasa terangsang setiap saat.
PGAD sendiri merupakan gangguan gairah seksual yang bersifat spontan dan tidak dapat dikendalikan meski tidak ada rangsangan seksual.
Kondisi ini sering dialami wanita berusia muda (bahkan) hingga nenek-nenek, meski sudah menupause sekakipun !, ia merasa terus-terusan terangsang, meski tidak memiliki hasrat berhubungan seks.
Gangguan Saraf di Pusat Genital
“Bila diibaratkan, rasanya seperti gatal tapi tidak bisa digaruk. Ada satu hari di mana aku sangat stres dan harus menekan area klitoris karena rasanya sangat sakit,” jelas Lior.
Gangguan ini sering muncul saat dirinya sedang stres atau di malam hari sebelum tidur. Untuk meredakan rasa sakit tersebut, ia terpaksa harus melakukan masturbasi.
Karena kondisinya semakin parah, pada tahun 2013 ia memeriksakan diri ke dokter dan hasil pemeriksaan mengatakan bahwa Lior juga menderita pelvic dysfunction. Di tahun yang sama Lior menjalankan terapi untuk meredakan rasa sakit yang dialaminya.
Dalam keadaan seperti ini, pasangannya sangat suportif dan selalu menemaninya sepanjang terapi. Setelah menjalani terapi kondisinya mulai membaik, meski kadang terasa sakit saat berhubungan seks.
Pada tahun 2018, Lior memutuskan untuk melakukan suntik botoks (injeksi di bagian saraf prudensial), di tahun 2019 ia pun menjalani operasi vestibulektomi, yakni prosedur pembedahan selaput dara untuk mengangkat kulit vestibular.
“Hal ini tidak mudah, tetapi aku rasa selama kita jujur dan terbuka tentang kekurangan, rasa sakit dan ketakutan saya, semuanya bisa diatasi. Setelah operasi, dia (pasangannya) sangat sabar dalam merawatku hingga sembuh meski kami tidak bisa berhubungan seks,” tuturnya lagi.
“Aku ingin orang-orang yang menderita PGAD tahu bahwa kita masih bisa menemukan cinta, jalan-jalan ke luar negeri dan meraih mimpi. PGAD dan rasa sakit pada pelvis menjadi satu hal yang semakin diakui. Aku ingin orang-orang paham bahwa kita masih bisa bertahan hidup dan melawan rasa sakit dengan menemukan minat kita,” tutup Lior.
Kini dia pun bisa berhubungan seks, tanpa merasakan sakit. (Herry Santoso / sumber Indo Zone)