Anggasuto Bapak Garam Indonesia dan Klise Pernyataan Jokowi

Deni Puja Pranata
7 Min Read
Tumpukan garam (gambar: shutterstock)
Tumpukan garam (gambar: shutterstock)

jfid – Masyarakat Indonesia, mungkin masih belum banyak tau. Soal, kemarahan masyarakat Sumenep, Madura, Jawa Timur, pada pernyataan Presiden Jokowi.

Beberapa hari yang lalu, Jumat 28 Agustus, masyarakat Madura menumpahkan kekesalan nya dengan turun jalan dan mengutuk keras pernyataan Jokowi. Suatu pernyataan yang melukai para petani Garam Madura.

Jokowi mengatakan, jika kwalitas garam Madura rendah. “Kwalitas garam Madura rendah dan berwarna hitam” ujar Jokowi disalah satu media.

Suatu pernyataan sikap yang klise terhadap sejarah Garam di Indonesia. Jokowi tidak melihat sejarah secara utuh, jika produksi garam di Madura, jauh sebelum Negara Indonesia ada.

Siapa penemu garam di Indonesia? Siapa orang pertama yang menciptakan garam di Indonesia? Dimana produksi garam pertama di Indonesia? Di buku-buku sejarah, hanya tercatat. Jika garam ditemukan di Negara China pada 6000 tahun silam.

Dilansir dari puraindonesia.com soal asal muasal dan Sejarah garam di Dunia.

Menurut sejarah, garam diperkirakan ditemukan pertama kali di Danau Yungchen, China pada 6000 tahun sebelum masehi. Dimana warga setempat memanen garam saat danau tersebut mengering saat musim kemarau. Dan hingga saat itu China menjadi negara yang sering melakukan perdagangan garam di dunia. Tetapi, hingga 800 tahun sebelum masehi tidak ada yang dapat menuliskan secara jelas bagaimana proses pembuatan garam. Proses pembuatan garam pertama kali ditulis pada zaman Kerajaan Romawi, diunduh Senin (1/9/2019).

Bagaimana sejarah Garam di Indonesia? Tentu, yang menjadi pusat perhatian adalah Madura. Karena produksi Garam terbesar di Indonesia adalah Madura. Dan PT. Garam Indonesia (BUMN) berkantor pusat di Kalianget, Kabupaten Sumenep, Madura.

Sejarah garam di nusantara 

Butiran sejarah garam di Nusantara ini yang juga pernah disebutkan Denys Lombard sepertinya masih harus dituliskan karena dalam Encylopaedie Nederlandsch Indie dibawah entri zout (garam) tidak memberikan keterangan apa pun mengenai sejarah garam sebelum abad ke-19.

Padahal, jauh sebelumnya menurut beberapa catatan disamping gula kelapa, asam, terasi, ikan asin, Bawang merah dan bermacam-macam bumbu, garam (wuyah) merupakan salah satu komoditas makanan dan bumbu-bumbuan yang dibawa para pedagang yang lebih profesional serta memiliki jangkauan yang lebih luas di Jawa (Rahardjo 2002:331; Nastiti 1995:88-89).

Hal ini dapat ditemukan dalam prasasti abad IX-X Masehi. Dalam hal ini garam yang diperoleh dengan cara kuno erat kaitannya dengan proses pengawetan ikan (ikan asin) pada masa itu.


Monopoli pemerintah kolonial tidak hanya di Jawa dan Madura, monopoli meluas ke beberapa distrik di Sumatra dan hampir seluruh Borneo (Kalimantan). Sementara itu di barat daya Sulawesi pembuatan garam masih berada di tangan pihak swasta (Handbook of the Netherlands Indies 1930:121).

Pada jaman Jepang ketika produksi garam di Pulau Jawa berhenti, penduduk Sumatra ramai-ramai merebus air laut untuk mendapatkan garam. Pada 1957 monopoli garam dihapus. Garam negara pun berubah menjadi perusahaan negara pada 1960 (Cribb 2004: 382). Dilansir dari beraneh.blokspot.com

Secara historis dan ilmiah, masih berserakan catatan tentang sejarah asal muasal Garam di Indonesia. Namun, penemuan garam bisa diukur dengan sebuah simbol dan sumber tradisi.

Sejarah garam di Indonesia, tidak bisa lepas dari sebuah tradisi. Bukan sebuah sejarah yang dibuat-buat melalui fiksi. Seperti cerita fiksi yang tidak berdasarkan dari fakta tradisi. Karena tradisi adalah data primer dari penelitian sejarah.

Di Desa Kebun Dadap, terletak sebuah makam kuno. Salah satu Makam tersebut bernama Anggasuto. Setiap tahunnya, Anggasuto dihormati oleh masyarakat petani Garam dengan bentuk penghormatan, yang masyarakat kenal dengan sebutan (Nyader).

Nyader dikenal sebagai puji syukur akan keberhasilan bertani garam dengan melakukan ritual doa dan merayakan upacara adat di sekitar makam Anggasuto.

Anggasuto dihormati oleh masyarakat petani garam Madura, karena Anggasuto dikenal sebagai orang yang pertama kali mengajarkan masyarakat membuat Garam dan bertani Garam.

Siapa Anggasuto? Dalam Al-kisah tercatat keruntuhan kerajaan Majapahit tahun 1478 pada masa pemerintahan Girindrawarddhana akibat serangan kerajaan Islam Demak. Tahun itu berdasarkan candrasengkala Serat Kanda yang menyebut sirna ilang kertaning bumi yang berarti 1400 saka atau 1478 M.

Kertaning Bumi adalah Brawijaya V, trah raja Majapahit terakhir yang melarikan diri atas serangan kerajaan Islam Demak. Raja Demak kala itu, yang tidak lain adalah putra dari Brawijaya V.

Brawijaya V disebut-sebut sirna ilang, namun, dalam cerita tutur masyarakat Madura. Jika, Brawijaya V, saat adanya serangan dari kerajaan Demak, mengasingkan diri ke Sumenep, Madura.

Brawijaya V merubah namanya sebagai Anggasuto, agar tidak diketahui dan dikenal banyak orang.

Dengan mengasingkan diri, Brawijaya V sudah tak ada, yang ada hanyalah Anggasuto. Seorang spesialis pembuat garam dan guru bagi masyarakat Madura untuk bertani garam.

Begitulah cikal-bakal sejarah Garam di Indonesia, yang berawal dari Madura dan disebut oleh Jokowi, jika kwalitas Garam di Madura rendah dan berwarna hitam.

Merendahkan kwalitas garam Madura berarti merendahkan Anggasuto. Merendahkan Anggasuto, berarti merendahkan Indonesia.

Hingga saat ini, Anggasuto oleh masyarakat Sumenep, Madura, dikenal sebagai Bapak Garam Indonesia. Dan Jokowi, setelah mengatakan kwalitas Garam Madura rendah dan hitam. Hingga masyarakat Madura bergejolak, dan masih belum ada klarifikasi maupun sebuah tindakan yang bisa mendinginkan hati masyarakat petani Garam Madura.

Bagaimana janji Jokowi soal Indonesia jadi Swasembada Garam? Pemerintah Indonesia Gagal dalam program Swasembada Garam 2020. Pada sebelumnya, Pemerintah Jokowi mengatakan jika Indonesia akan jadi swasembada garam 2020. https://tirto.id/czlC.

Seperti yang dilansir tirto.id, jika janji Presiden Jokowi, Indonesia akan menjadi swasembada Garam di tahun 2020.

Senin 2 September

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article