Gapura – Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah, menjadi sorotan publik setelah statusnya dinaikkan menjadi waspada oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Kamis (19/10/2023). Namun, apakah benar gunung berapi ini akan meletus? Dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat sekitar?
Berikut adalah beberapa fakta yang perlu anda ketahui tentang Gunung Slamet. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut dan terletak di perbatasan lima kabupaten, yaitu Banyumas, Brebes, Purbalingga, Tegal, dan Pemalang.
Gunung Slamet merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang terakhir meletus pada tahun 2014. Sejak itu, gunung ini terus dipantau oleh PVMBG untuk mengantisipasi kemungkinan erupsi kembali.
Peningkatan status Gunung Slamet dari normal menjadi waspada didasarkan pada hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung ini. Selama periode 1-18 Oktober 2023, tercatat 1.125 kali gempa vulkanik dangkal, 1.109 kali gempa vulkanik dalam, 2 kali gempa tektonik lokal, dan 1 kali gempa tektonik jauh. Selain itu, juga teramati asap kawah berwarna putih dengan tinggi maksimum 50 meter dari puncak.
Meskipun statusnya sudah waspada, ahli vulkanologi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Agus Budianto, mengatakan bahwa kondisi Gunung Slamet masih aman dan belum menunjukkan tanda-tanda erupsi. Ia menjelaskan bahwa peningkatan aktivitas vulkanik tersebut merupakan hal yang wajar bagi gunung berapi aktif dan belum mencapai ambang batas kritis.
Dengan status waspada, masyarakat dan wisatawan diminta untuk tidak berada atau beraktivitas dalam radius 2 km dari kawah puncak Gunung Slamet. Selain itu, juga diimbau untuk tetap tenang, tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak bertanggung jawab, dan mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugroho, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan masyarakat untuk mengantisipasi kemungkinan erupsi Gunung Slamet. Ia juga menambahkan bahwa operasional Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purwokerto masih berjalan normal dan akan menyesuaikan perkembangan terkini.