Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Sila ke-5, Corona Melanda

by Redaksi JF.id
10 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 5min read
0
Gambar Ilustrasi: tangkapan layar liputan6.com

Gambar Ilustrasi: tangkapan layar liputan6.com

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Bukan Sebuah kebetulan jika keadilan sosial itu menjadi butir paling akhir dalam rumusan pancasila. Para founding fathers kita dulu sudah memikirkan masak-masak kenapa keadilan harus ditempatkan di urutan paling akhir. Seperti kita yakini rumusan pancasila tidak bisa kita yakini sepotong-sepotong.

Kontruksi rumusan pancasila ingin menegaskan bahwa keadilan sosial harus menjadi tujuan akhir dari proses-proses yang dimaksud untuk merealisasikan nilai-nilai diatasnya. Apa yang menjadi fokus perjuangan manusia indonesia dengan berkebutuhan, persatuan, kemanusiaan, kerakyatan, dan kepemimpinan harus berujung pada terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhoi allah (keadilan sosial).

Meskipun secara realistis harus didasari bahwa masyarakat adil makmur sebagai bentuk nyata dari wujudnya keadilan sosial itu tidak mungkin akan ada wujudnya secara sempurna di dunia, tetapi perjuangan kita harus diarahkan kesana. Didunia ini sebenarnya yang ada keadilan sebagai proses, bukan sebagai hasil nyata yang final. Kalau kita ingin melihat keadilan sosial secara sempurna itu adanya di surga.

Ternyata, kalimat keadilan sosial tidak saja menjadi penekanan tersendiri dalam rumusan pancasila. Kalau kita lihat UUD 1945 berkali menyebutkan kalimat itu dalam berbagai konteks, meskipun dengan substansi yang sama. Dalam pembukaan UUD 45 pada Alenia I dinyatakan adanya prinsip ” perikemanusiaan dan perikeadilan” . Pada Alenia ke II digambarkan pula bahwa bangsa kita telah mencapai pintu gerbang “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pasal 28H ayat (2) UUD 45, diatur pula setiap orang berhak memperoleh keadilan.

Menurut Prof. Jimly ( Guru Besar Tata Negara UI) menyimpulkan bahwa keadilan itu sifatnya konkret bukan hanya abstrak-filosofis yang sekedar dijadikan jargon politik tanpa makna.

BACAJUGA

Paradoks Korona

Sastra Indonesia: Perawat Kebhinekaan

Populisme dan Propaganda Agama

Kemerdekaan dalam Perspektif Filsafat Bahasa

Dalam awal tahun 2020 wabah pandemi global sudah banyak meresahkan bahkan mematikan masyarakat dunia, efeknya globalisasi perekonomian khusunya indonesia melumpuh, tentu kita bicara keadilan yang seharusnya bisa di distribusikan kepada masyarakat yang notabene ekonomi kelas bawah tapi itu hanya isapan jempol. Bantuan dana yang semakin lama yang tidak tepat sasaran.

Ketidakadilan harus dijadikan musuh untuk dilawan. Meskipun akan tetap ada tugas kita adalah melawan. Ini sama seperti sikap kita melawan setan. Salahlah kita berpikir menghabisi setan. Selain tidak realistis juga tidak mungkin, tugas kita adalah melakukan proses perlawanan, bukan untuk menghabisi. Sebab, begitu setan sudah habis, maka perjuangan mahasiswa tidak diperlukan lagi. Menyikapi pandemi global ini tentu Mahasiswa yang dilabeli Agen Of Change dan Sosial Of Control memiliki peran penting dalam garda terdepan untuk memberantas ketidakadilan.

Mahasiswa sebagai promotor bagaimana keadilan itu menjadi nyata di tangan untuk membenahi tabir masalah yang ada didunia khususnya bangsa indonesia. Saat ini indonesia sedang mengalami kesakitan dalam beberapa sektor, dan mahasiswa dilema karena pergerakan ditahan oleh regulasi-regulasi yang membuat mahasiswa hanya berdiam dan bahkan menonton negaranya yang membutuhkan perannya.

Belum lagi aktivitas belajar mengajar dirumah aja, uang kuliah bayar juga, hak subsidi sebagai mahasiswa tidak terpenuhi oleh instansi pemerintah.
Kita ketahui, mahasiswa adalah lidah penyambung rakyat indonesia, mahasiswa dilema masyarakat akan kecewa. Artinya tidak ada mobilisasi mahasiswa demi terwujudnya masyarakat adil makmur.

Mengutip dari buku Potret Manusia Indonesia karya Imam Ratrioso. Kepasrahan manusia indonesia yang tinggi juga tercermin dari fenomena berpikir” gimana nanti saja” bukan” nanti gimana?” Dan ini menyebabkan kita lemah dalam perencanaan, namun berani mengambil tindakan dan resiko.

Untuk membawa gerbang manusia indonesia menuju visi yang kita cita-citakan, sudah pasti menuntut kehadiran seorang pemimpin negara, negarawan, pemimpin pengabdi bangsa. Pemimpin yang hanya menjadi manajer pemerintahan jelas tidak akan sanggup membawa manusia indonesia ke arah visi yang kita cita-cita kan.

Billahitaufiq wal’hidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb
Yakin Usaha Sampai #DedikasiBerhimpun

Penulis : Riki Hambali Tanjung

ShareTweetSendShare

Related Posts

Artidjo Alkostar, (antara foto)

Artidjo Alkostar Kyai Hakiki, bukan Asesori

19 jam ago
Rusdianto Samawa, Tinjau Lokasi pembibitan benih bening Lobster

KKP Belum Memberi Perlindungan untuk Nelayan Lobster

5 hari ago
Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

6 hari ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

1 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Baju punggawa Bajau dalam perang mempertahankan Sulawesi dari Belanda

Pulau Sulawesi Sebagai Asal Usul Pertama Orang Bajau

2 minggu ago
Load More
Next Post

Zaman Kecemasan

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Berita

Penghormatan Terakhir Pemkab Sumenep pada Soengkono Sidik dan Novi Sujatmiko

04/03/2021
Afan Afandi, kepala desa Lenteng Barat kecamatan Lenteng
Profil

Keberhasilan Afan Afandi, Pimpin Desa Lenteng Barat dengan Heroik

04/03/2021
Foto kiri, Soengkono Sidik, ketua DPC Demokrat Sumenep dan Novi Sujatmiko, Dirut BPRS Bhakti Sumekar
Berita

Dua Orang Penting di Kabupaten Sumenep, Meninggal di Hari yang Sama

03/03/2021
Soengkono Sidik ketua DPC Sumenep bersama AHY ketua umum DPP Partai Demokrat
Berita

Demokrat Sumenep Berduka, Ketua DPC, Soengkono Sidik Tutup Usia

03/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.