Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Sapa Salah Seleh: Antara Wayang dan Catatan Wirang

by Heru Harjo Hutomo
9 bulan ago
in Fokus, Opini
Reading Time: 4min read
0
"Muram yang Riang" 60x100 cm, Kapur di atas Papan (Heru Harjo Hutomo, 2020)

"Muram yang Riang" 60x100 cm, Kapur di atas Papan (Heru Harjo Hutomo, 2020)

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Pada usia belasan ia sudah menjalin hubungan terlarang dengan seorang yang dikenal berasal dari kalangan atas. Hubungan terlarang itu pun melahirkan seorang anak haram yang kemudian, untuk mencegah wirang, dilarung ke sebuah kali. Kabar yang tersiar, anak haram itu tak terlahir dari vagina layaknya manusia, tapi dari karna atau telinga. Konon, kenapa anak haram itu dilahirkan dari telinga adalah untuk menyiasati wirang sang perempuan yang masih seorang bangsawan. Apa kata dunia ketika seorang putri raja telah berbadan dua sebelum secara resmi menikah?

Demikianlah wayang yang sarat perlambang, pasemon. Secara sosial-politis, wayang tak melulu sebuah seni pertunjukan. Ada banyak kategorisasi terhadap wayang. Selain sebentuk seni pertunjukan (tontonan) yang mengandung filosofi (tuntunan) tertentu, saya kira ia juga sebuah catatan wirang yang disembunyikan dalam berbagai pasemon.

Pasemon memang menjadi salah satu cara orang Jawa mengungkapkan ketaksetujuannya atas sesuatu secara halus. Tentu, status sosial menjadi ganjalan tersendiri untuk mengkritik secara terbuka. Orang Jawa sudah terpasung oleh nilai-nilai hidup yang telah dilembagakan oleh keraton yang dianggap sebagai pusat kebudayaan Jawa. Para ningrat, meski bejat, tetaplah terhormat. Tak ada hak para rakyat untuk mengutuk dan melaknat.

Kisah carangan wayang—secorak kisah yang merupakan hasil olahan sang dalang ataupun pujangga (sanggit) yang berbeda dari kisah baku (pakem)—adalah serpihan lakon pasemon para pembesar, para ningrat, atau yang berkaitan dengan perilaku dan kebijakan-kebijakan mereka. Andaikata ingin menyingkap aib para ningrat di masa yang lewat, seksamailah kisah dalam lakon-lakon carangan.

Kunthi yang konon melahirkan Karna dari liang telinga, hanyalah pasemon bahwa sang putri Mandura tersebut adalah seorang maniak seks. Ia sudah berbadan dua meski belum resmi menikah, itu pun bukan dengan orang yang menjadi suami resminya. Adapun Pandawa hanyalah hasil hubungan gelap Kunthi dan—ketika sudah diajari untuk berselingkuh—Madrim dengan para orang luhur yang digambarkan sebagai para dewa: Bathara Darma, Bayu, Indra, dan Aswan-Aswin.

BACAJUGA

No Content Available

Kunthi suka berhubungan seks dengan orang dari kalangan atas yang dipandang luhur dan suci. Gelar “nalibrata” yang tersemat di belakang namanya hanyalah pasemon tentang ikatan perselingkuhan dengan kalangan yang dipandang memiliki status sosial yang tinggi. Bagaimana pun, meski isteri dari seorang raja besar Hastinapura, Pandu, Kunthi tetaplah seorang maniak seks yang rela digilir oleh kalangan atas. Nalibrata, yang secara harfiah berarti mengikatkan diri atau berkomitmen pada “kesucian,” sebenarnya hanyalah topeng atas segala perzinaan dengan kalangan atas yang selama ini dianggap pula sebagai para suci. Nalibrata hanyalah pembenaran atas segala aib itu. Dengan klaim Nalibrata tersebut kunthi berharap untuk tak pernah salah. Ia senantiasa benar. Tak pernah berlaku sesanti yang terpahat di tugu Tidar padanya: “sapa salah seleh.” Seolah tanpa beban, ia tetap meneruskan kebohongan-kebohongan hidupnya sampai kelak hangus terbakar dalam upayanya untuk menebus dosa.

ShareTweetSendShare

Related Posts

Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

17 jam ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

4 hari ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Baju punggawa Bajau dalam perang mempertahankan Sulawesi dari Belanda

Pulau Sulawesi Sebagai Asal Usul Pertama Orang Bajau

2 minggu ago

Pemilu Serentak 2024: Jangan Jumawalah

2 minggu ago

Nelayan Lobster Santapan Hukum

2 minggu ago
Load More
Next Post

Korem 162/WB Silaturrahmi dengan Gowes dan Bermain Futsal Bersama Insan Pers

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Ilustrasi korban pencabulan di Kota Bima
Berita

Kasus Asusila di Kota Bima, Paman Cabuli Keponakan

27/02/2021
Foto: kompas.com/Nansianus Taris
Headline

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

26/02/2021
Berita

HBK Salurkan 1 Ton MP ASI untuk Balita di P. Lombok

26/02/2021
Foto : Ucapan selamat Lalu Hadrian Irfani selaku DPW PKB NTB kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih di Kabupaten Lombok Utara
Berita

JODA Dilantik Jadi Bupati-Wakil Bupati KLU, LHI : Dahulukan Rakyat diatas Kepentingan Segalanya

26/02/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.