Oded Yinon adalah seorang jurnalis Israel yang pernah bekerja di Kementerian Luar Negeri Israel. Pada tahun 1982, ia menulis sebuah esai yang berjudul “Strategi Israel di Tahun Delapan Puluhan” yang dimuat di jurnal Kivunim, sebuah publikasi resmi dari Organisasi Zionis Dunia.
Esai ini mengungkapkan rencana rahasia Israel untuk mengubah peta Timur Tengah dengan memecah-belah negara-negara Arab dan Muslim menjadi negara-negara kecil, lemah, dan saling bermusuhan.
Rencana ini didasarkan pada beberapa asumsi, antara lain:
Israel harus menjadi kekuatan imperialis regional yang tidak tergantung pada bantuan asing, terutama dari AS.
Israel harus menghadapi ancaman utama dari Uni Soviet dan sekutu-sekutunya, yang berusaha menguasai sumber daya dan pengaruh di Timur Tengah.
Israel harus memanfaatkan krisis ekonomi, sosial, dan politik yang melanda negara-negara Arab dan Muslim, yang disebabkan oleh struktur negara buatan, konflik etnis dan agama, dan ketimpangan kekayaan dan kekuasaan.
Israel harus mengembalikan wilayah Sinai yang diserahkan kepada Mesir sebagai bagian dari perjanjian damai Camp David, karena Sinai memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan penting bagi keamanan dan ekonomi Israel.
Israel harus menguasai daerah pegunungan yang membentang dari Beersheba hingga Galilea Atas, karena daerah ini merupakan jaminan bagi eksistensi dan pertahanan nasional Israel di era nuklir.
Untuk mewujudkan rencana ini, Oded Yinon menyarankan beberapa langkah, antara lain:
Mendorong perang antara Irak dan Iran, yang akan melemahkan kedua negara dan memungkinkan Israel untuk mengintervensi dan menduduki sebagian wilayah mereka.
Mendukung gerakan separatis dan oposisi di setiap negara Arab dan Muslim, terutama yang berbasis etnis atau agama minoritas, seperti Kurdi, Syiah, Alawi, Druze, Kristen Koptik, dan lain-lain.
Menyebarkan propaganda dan disinformasi untuk memperdalam perpecahan dan permusuhan antara kelompok-kelompok tersebut, serta untuk melemahkan legitimasi dan kredibilitas pemerintah-pemerintah yang ada.
Menjalin aliansi dengan negara-negara non-Arab dan non-Muslim di kawasan tersebut, seperti Turki, Iran (setelah revolusi Islam), Ethiopia, dan Sudan, untuk mengisolasi dan mengancam negara-negara Arab dan Muslim.
Membentuk negara-negara boneka atau satelit yang loyal dan tunduk kepada Israel, seperti yang dilakukan di Lebanon Selatan dengan Pasukan Keamanan Lebanon Selatan pimpinan Mayor Saad Haddad, atau dengan Asosiasi Desa yang dibentuk di Tepi Barat.
Mendirikan garnisun-garnisun militer Israel di titik-titik strategis antara negara-negara kecil tersebut, yang dilengkapi dengan senjata nuklir dan konvensional yang mampu menghancurkan setiap perlawanan atau pemberontakan.
Rencana Oded Yinon ini merupakan salah satu dokumen paling eksplisit, rinci, dan tak ambigu yang menggambarkan strategi Zionis di Timur Tengah.
Rencana ini juga mencerminkan “visi” bagi seluruh Timur Tengah dari rezim Zionis yang berkuasa saat ini, yaitu Begin, Sharon, dan Eitan. Pentingnya rencana ini, oleh karena itu, terletak tidak pada nilai historisnya, tetapi pada mimpi buruk yang ia hadirkan.
Rencana ini tidak hanya mengancam eksistensi dan kedaulatan negara-negara Arab dan Muslim, tetapi juga hak-hak dan martabat rakyat Palestina, yang merupakan sasaran utama dari ekspansionisme dan diskriminasi rasial Israel. Rencana ini juga bertentangan dengan hukum internasional, prinsip-prinsip hak asasi manusia, dan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Rencana ini, sayangnya, tidak mendapat perhatian dan tanggapan yang serius dan kritis dari dunia Arab dan Muslim, maupun dari dunia internasional. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan, ketidakpedulian, atau ketakutan akan reaksi Israel dan sekutunya. Padahal, rencana ini sudah mulai direalisasikan sejak lama, dan perang Lebanon tahun 1982 adalah salah satu contohnya.
Perlu ada kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi dari semua pihak yang peduli dengan perdamaian dan keadilan di Timur Tengah, untuk mengungkap, mengecam, dan menggagalkan rencana Oded Yinon ini, sebelum terlambat. Rencana ini harus dianggap sebagai ancaman nyata dan serius, bukan sebagai mitos atau khayalan belaka.
Dokumen itu, meskipun ditulis hampir 40 tahun yang lalu, masih relevan dan menakutkan hingga hari ini. Banyak analis dan pengamat yang melihat bahwa dokumen itu telah menjadi inspirasi dan pedoman bagi kebijakan luar negeri dan militer Israel selama beberapa dekade terakhir.
Beberapa contoh yang sering disebutkan adalah:
- Invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 dan 2006, yang bertujuan untuk menghancurkan kekuatan milisi Hizbullah dan menciptakan negara boneka Kristen Maronit di Lebanon Selatan, yang loyal kepada Israel.
- Perang Israel dengan Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2008, 2012, dan 2014, yang bertujuan untuk mengisolasi dan menghukum penduduk sipil Palestina, serta mencegah pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
- Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Irak pada tahun 1981 dan Suriah pada tahun 2007, yang bertujuan untuk mencegah negara-negara tersebut memiliki senjata pemusnah massal dan mengancam keamanan Israel.
- Dukungan Israel terhadap kelompok-kelompok pemberontak dan separatis di Suriah, Irak, Sudan, dan Libya, yang bertujuan untuk memicu perang saudara dan menggoyahkan stabilitas negara-negara tersebut.
- Pembunuhan dan pembajakan ilmuwan, pejabat, dan tokoh-tokoh Iran, yang bertujuan untuk menghambat program nuklir dan pengaruh Iran di Timur Tengah.
- Penolakan Israel terhadap solusi dua negara dan penjajahan terus-menerus terhadap tanah-tanah Palestina, yang bertujuan untuk menghapus identitas dan hak-hak bangsa Palestina, serta mengklaim seluruh wilayah yang dianggap sebagai “Tanah Israel”.
Apakah semua ini hanya kebetulan? Ataukah ada benang merah yang menghubungkan semua tindakan Israel ini dengan dokumen Oded Yinon?
Apakah Israel benar-benar ingin menghancurkan Timur Tengah dan menciptakan “Greater Israel” yang meluas dari Sungai Nil hingga Sungai Efrat?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu menelusuri sejarah dan ideologi Zionisme, gerakan nasionalis Yahudi yang melahirkan negara Israel.
Kita juga perlu memahami konteks dan kondisi politik, ekonomi, dan sosial Timur Tengah saat dokumen Oded Yinon ditulis, serta dampak dan reaksi yang ditimbulkannya.
Kita juga perlu mengkritisi dan mengevaluasi validitas dan kredibilitas dokumen Oded Yinon, serta implikasi dan tantangan yang dihadapi oleh Israel dan negara-negara Arab dan Muslim di Timur Tengah.
Jika anda ingin pemahaman lebih lanjut, silahkan langsung mengunduh filenya [pdf]