jfid – Teknologi pengisian daya nirkabel atau wireless charging semakin menjadi favorit di kalangan pengguna perangkat elektronik, khususnya handphone (HP).
Dengan kemampuannya untuk mengisi daya tanpa kabel, wireless charging telah menjadi pilihan yang praktis bagi banyak orang.
Dikutip dari laman resmi Aukey, wireless charging bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Energi listrik diubah menjadi gelombang elektromagnetik yang ditransmisikan melalui udara. Saat gelombang ini diterima oleh kumparan di dalam HP, energi tersebut diubah kembali menjadi daya untuk mengisi baterai.
Teknologi ini telah menjadi standar universal melalui Qi, yang dikembangkan oleh Wireless Power Consortium (WPC).
Dua jenis pengisian daya nirkabel yang umum digunakan adalah induktif dan resonansi, yang membutuhkan jarak dekat antara perangkat pengirim dan penerima daya.
Kelebihan wireless charging mencakup kemampuannya untuk digunakan pada hampir semua perangkat yang mendukung teknologi Qi, serta menjaga port dan kabel HP tetap awet karena tidak perlu sering dicolok-cabut.
Fitur pengamanan yang memutus aliran daya saat baterai terisi penuh juga menjadi nilai tambah dalam mencegah kerusakan dan panas berlebih.
Namun, seperti halnya teknologi lainnya, wireless charging juga memiliki kekurangan yang perlu dipertimbangkan.
Pengguna harus mengorbankan sedikit mobilitas karena HP harus tetap diletakkan di atas bantalan wireless charging selama pengisian.
Selain itu, efisiensi pengisian daya lebih rendah dibandingkan dengan pengisian kabel, yang berarti waktu yang lebih lama dibutuhkan untuk mengisi daya HP.
Gangguan dari benda-benda logam atau magnet di sekitarnya juga bisa mengurangi kinerja pengisian daya.
Dengan memahami baik kelebihan dan kekurangan wireless charging, pengguna dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam memilih metode pengisian daya yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.