Wagub Minta Masyarakat Perhatikan Olahan Pangan yang Sehat dan Bergizi

Lalu Nursaid By Lalu Nursaid
5 Min Read
- Advertisement -

jfID – Bahan olahan pangan yang sehat dan bergizi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan masyarakat. Terlebih lagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, menjaga gizi dan imun tubuh menjadi sebuah keharusan.

Topik inilah yang dibahas pada kegiatan Webinar Nasional sekaligus Musyawarah Daerah (Musda) Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) NTB tahun 2020.

Mengusung tema “Menakar Kondisi Ketahanan Pangan NTB”, webinar ini dibuka oleh Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, bertempat di Pendopo Wakil Gubernur, Kamis, 23 Juli 2020.

Umi Rohmi sapaan akrabnya, kemudian memberikan pandangan dan arahannya terhadap kondisi ketahanan pangan di NTB dalam mewujudkan pangan yang sehat dan bergizi.

Ad image

Menurutnya, tantangan Pemprov NTB yakni ada pada mengubah pola pikir masyarakat. Pola pikir yang dimaksud ialah bagaimana masyarakat NTB menjadikan kesehatan sebagai sebuah prioritas utama.

“Ini kelihatannya sepele, kelihatan gampang, tapi tidak gampang untuk diterapkan, padahal itu bisa kita lakukan,” tegasnya.

Padahal, bagi Umi Rohmi menyediakan panganan atau olahan pangan yang sehat dan bergizi tidak melulu harus mahal. Untuk itu, Ia meminta masyarakat NTB agar selalu menyajikan panganan sehat bagi keluarganya.

Lebih lanjut, ia kemudian menyinggung angka stunting yang masih tergolong tinggi di NTB. Dalam hal ini, edukasi yang masif harus digencarkan oleh pihak-pihak terkait. Khususnya kepada ibu-ibu hamil yang diwajibkan untuk menjaga kesehatan agar anak-anak yang dilahirkan kelak tidak menderita stunting.

Terkait edukasi, program Revitalisasi Posyandu disebut Wagub sebagai salah satu solusi menurunkan angka stunting di NTB. Itu memang terdengar sederhana, namun ini menurutnya akan memberikan pengaruh yang besar pada pola hidup masyarakat.

“Marilah kita lihat betapa kegiatan ini kalau kita intervensi dengan baik, maka ini pasti akan memberikan efek yang luar biasa, karena sifatnya sistematis,” jelas Umi Rohmi.

Ia ingin seluruh posyandu kedepannya tidak hanya melayani bayi dan ibu hamil saja, melainkan dapat menyusur aspek kesehatan lainnya. Sehingga, seluruh masyarakat, baik dari bayi hingga lansia dapat dilayani oleh posyandu.

“Alhamdulillah, sampai dengan saat ini sudah hampir 1.600 posyandu keluarga yang terbentuk dari 7000 sekian poyandu, targetnya di 2023 semua posyandu menjadi posyandu keluarga,” lanjutnya.

Kepada Pergizi Pangan NTB, Ia berharap sinergi dengan pemerintah khususnya OPD terkait dapat terus terjalin. Peran dari pakar dan pemerhati gizi dinilai sangat penting dalam menentukan strategi yang tepat dalam ketersediaan panganan yang sehat dan bergizi di NTB.

“Semoga Pergizi NTB betul-betul bisa memberikan kontribusi dan pemikirannya kepada Pemerintah Provinsi NTB untuk bagaimana kita melawan masalah-masalah gizi di NTB,” harapnya.

Sebelumnya, Ketua DPD Pergizi Pangan NTB, Ir. H. Rosiyadi H. Sayuti, Ph.D melaporkan bahwa rangkaian proses pergantian kepungurusan Pergizi Pangan NTB telah rampung. Ia kemudian berharap pengurus Pergizi Pangan NTB kedepannya dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi bagi NTB.

“Khususnya bagi masyarakat kita di NTB yang dalam masa-masa beberapa bulan terakhir ini menghadapi persoalan pandemi bersama-sama dengan daerah lain,” terang Rosiady.

Begitu pula dengan kasus stunting, Ia menyebut bahwa persoalan ini sangat berkaitan erat dengan tugas dan fungsi Pergizi Pangan. Oleh sebab itu, Pergizi Pangan NTB harus mampu memberikan cara pandang baru dalam menurunkan angka stunting tersebut.

“Mudah-mudahan pada masa yang akan datang, Pergizi Pangan NTB akan lebih bergairah lagi dalam rangka berkontribusi untuk bangsa dan negara,” pungkasnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Mataram, Prof. Dr.H. L. Husni menyoroti akses atau distribusi pangan kepada masyarakat. Menurutnya, ketahanan pangan erat kaitannya dengan akses dan mobilitas dari pangan itu sendiri.

“Seringkali masalah akses pangan ini menjadi masalah yang lebih besar daripada ketersediaan pangan,” ujarnya.

Ia menambahkan, untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi dibutuhkan integrasi setidaknya empat indikator, dimulai dari asesmen, kebijakan, perencanaan, hingga pembangunan kapasitas yang melibatkan lintas stakeholder, baik perguruan tinggi, dinas-dinas terkait, pakar dan juga pemerhati gizi.

“Oleh karena itulah, momen webinar yang diselenggarakan oleh Pergizi Pangan saat ini menjadi sangat strategis untuk kita saling menukar informasi dan berdiskusi, sehingga upaya menjadikan NTB sebagai daerah yang memiliki ketahanan pangan dan gizi dapat terwujud dan berkelanjutan,” tutup Husni.

Webinar kali ini juga turut diikuti oleh Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr. H. Hardiansyah, yang ditunjuk menjadi Keynote Speaker.

- Advertisement -
Share This Article