jfid – Pembelokan sejarah dapat terjadi karena berbagai alasan. Beberapa tujuan umum pembelokan sejarah meliputi:
- Mempengaruhi Opini Publik: Sejarah seringkali digunakan sebagai alat untuk membentuk opini publik. Dengan memutarbalikkan fakta atau menekankan aspek tertentu dari peristiwa historis, seseorang atau kelompok dapat mencoba mempengaruhi cara orang memandang peristiwa tersebut.
- Mengubah Identitas Nasional: Sejarah adalah bagian penting dari identitas nasional. Oleh karena itu, mengubah sejarah bisa menjadi cara untuk mencoba mengubah identitas nasional.
- Mempertahankan atau Mengubah Status Quo: Dalam beberapa kasus, sejarah mungkin dibelokkan untuk mempertahankan status quo atau untuk mendorong perubahan.
- Menyembunyikan Kesalahan atau Kejahatan: Kadang-kadang, sejarah mungkin dibelokkan untuk menyembunyikan kesalahan atau kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok.
- Propaganda Politik: Pembelokan sejarah sering digunakan dalam propaganda politik. Dengan mengubah cara peristiwa historis dilihat, kelompok politik dapat mencoba mempengaruhi opini publik dan mendapatkan dukungan.
Penting untuk dicatat bahwa pembelokan sejarah seringkali merugikan dan dapat mengarah pada penyebaran informasi yang salah dan pemahaman yang salah tentang peristiwa historis. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memeriksa fakta dan mencari sumber informasi yang kredibel saat mempelajari sejarah.
Contoh penyelewengan sejarah:
Habib Bahar sebut Keturunan Walisongo berasal dari jalur Ammul Faqih. Sama halnya dengan Al Aidid, Al Haddad, Walisongo juga berasal dari jalur itu.
Habib Bahar bin Smith, seorang penceramah asal Manado, Sulawesi Utara, telah membuat pernyataan bahwa keturunan Walisongo sudah tidak ada sejak 500 tahun lalu. Pernyataan ini telah menimbulkan kontroversi dan mendapat komentar negatif dari sejumlah warganet. Habib Bahar berasal dari keluarga Arab Hadhrami golongan Alawiyyin bermarga Aal bin Sumaith. Adapun nama bin Smith, menurut Habib Bahar, berasal dari jalur Ammul Faqih. Sama halnya dengan Al Aidid, Al Haddad, Walisongo juga berasal dari jalur itu.
Tubagus Wardhana, selaku Pemangku Adat Kesultanan Banten, telah merespons pernyataan Habib Bahar bin Smith yang mengatakan bahwa keturunan Walisongo bukan habaib karena terputus dari jalur perempuan. Menurut Tubagus Wardhana, pernyataan tersebut merupakan fitnah. Ia juga mengancam akan mengambil langkah hukum, baik pidana maupun perdata, atas pernyataan Habib Bahar Smith.
Namun, penting untuk dicatat bahwa sejarah adalah subjek yang kompleks dan seringkali ditafsirkan berdasarkan perspektif individu atau kelompok. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mempelajari dan memahami sejarah Nusantara secara mendalam dan akurat.