The Ghost Writer: Membongkar Jejaring dan Praktik Politik Tontonan

Heru Harjo Hutomo By Heru Harjo Hutomo
19 Min Read
- Advertisement -

jfID – Politik selalu menyisakan ruang misteri yang tak banyak diketahui oleh orang. Di hari ini, pada umumnya kita melihat bahwa kehidupan politik laksana panggung yang dimainkan para tokohnya. Kehidupan politik mengikat setiap pelakunya untuk memainkan peran masing-masing dalam drama tersebut. Dengan kata lain, mereka akan ditempatkan dalam setiap posisi dan situasi tertentu agar logika narasi politik dapat berjalan dan dipahami oleh penontonnya. Ironisnya dalam hal ini para penonton panggung politik (baca: rakyat) adakah bagian dari politik itu sendiri (Kelam Zaman Masyarakat Tontonan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.net).

Rakyat sering kali tak sadar seandainya apa yang mereka lihat merupakan bagian dari jejaring diskursus yang secara tak langsung memengaruhi dan mendikte berbagai pola perilaku dan mindset mereka. Pediktean perilaku dan pola pikir tersebut diakibatkan adanya keterbatasan pengetahuan yang mereka ciptakan sendiri atau karena adanya keengganan untuk mencari alternatif lain sebagai kontranarasi selain apa yang ada di atas panggung politik. Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai kehendak rakyat seringkali merupakan hasil dari serangkaian sistem diskursus tertentu yang sedang bermain dipusat kekuasaan. Mereka tak sadar bahwa sistem diskursus yang mengarahkan mereka untuk mendukung satu kubu dan menolak kubu yang lain berasal dari kecerdasan seorang penulis naskah sekaligus sutradara yang handal.

Film The Ghost Writer (2010) mengambil latar-belakang kisah kehidupan mantan perdana menteri Inggris, Adam Lang (Prince Brosnan). Lang adalah perdana menteri yang terkenal memiliki pengaruh kuat dalam dalam sistem pertahanan negara. Ia banyak membuat kebijakan terkait dengan permasalahan terorisme. Setelah ia pensiun dari dunia politik, ia mencoba menulis sebuah buku otobiografi bersama seorang penulis profesional, Mike McAra. Tapi dalam perjalanannya penulisan buku itu terhenti karena sang penulis ditemukan tewas di tepi pantai akibat tenggelam. Hasil dari penyelidikan polisi menyatakan bahwa McAra tewas karena bunuh diri, dengan cara terjun dari sebuah kapal Ferry yang berlayar dari New York ke pulau di mana villa Lang berada.

Tewasnya McAra mengakibatkan terhentinya proses penulisan naskah biografi yang sebenarnya hampir selesai. Maka dari itu, Lang, melalui pihak penerbitan Reinhart, berupaya mencari penulis penganti untuk menyelesaikan buku tersebut. Setelah melalui seleksi yang ketat akhirnya mereka memilih seorang penulis yang terlihat tak menyukai tema politik. Dalam film itu ia dikenal sebagai The Ghost (Ewan McGregor). Telisik punya telisik, di pilihnya The Ghost sebagai penulis pengganti disertai harapan bahwa ia tak akan mengganggu jaringan yang selama ini mengikat Lang dan keluarganya. Tapi harapan penerbit tersebut ternyata meleset.

Ad image

Setelah menerima pekerjaan tersebut, The Ghost yang semula tak tertarik dengan dunia politik justru berhasil menemukan berbagai keanehan yang terjadi di pusat lingkaran kehidupan sang mantan perdana menteri yang selama ini tak banyak diketahui oleh publik. Hal itu terjadi setelah ia selesai membaca naskah yang ditinggalkan oleh sang penulis awal. Baginya, terdapat dua hal penting yang kurang dalam naskah tinggalan. Pertama, kehidupan Lang saat masih muda yang merupakan awal karier kehidupan politiknya. Kedua, minimnya informasi tentang Ruth Lang yang merupakan isteri perdana menteri. Hasratnya untuk menggali lebih dalam kehidupan Lang muda dan istrinya untuk ditulis justru membawa dirinya pada sebuah rahasia yang telah membuat McAra tewas.

Hubungan antara Ruth, Lang dan Jejaring CIA

Dalam penyelidikannya The Ghost menemukan selembar amplop coklat yang berisi banyak foto Lang muda yang disembunyikan McAra sebelum tewas. Foto-foto itu membawanya pada seorang professor bernama Paul Emmet yang tinggal diseberang pulau. Telisik punya telisik, sang professor ternyata punya keterkaitan dengan Ruth (Olivia Williams). Ia adalah seorang promotor beasiswa Full Bright dari Ruth saat belajar di Cambridge.

Dalam penyelidikannya yang lebih lanjut The Ghost menemukan pula kenyataan terkait dengan isteri sang perdana menteri yang adalah salah satu agen Central Intelegen Agency (CIA) yang direkrut oleh professor Paul Emmet. Sang professor, selain menjadi tenaga pengajar, ia adalah salah satu agen CIA yang ditugaskan untuk merekrut anak-anak muda potensial untuk ditempatkan dalam berbagai posisi penting yang terkait dengan kepemimpianan dan pembuat keputusan publik yang sesuai dengan kepentingan organisasi itu. Dengan kata lain, jaringan CIA di balik Ruth adalah jaringan yang memanfaatkan Adam Lang untuk tujuan mempermudah berbagai program strategi sistem keamanan negara.

The Ghost menemukan hubungan antara professor Paul Emmet dengan CIA melalui pencarian di media internet. Dari pencarian itu ia menemukan bahwa Emmet sendiri terkait dengan perusahaan sistem pertahan keamanan, Hatherton Group. Perusahaan itu didukung oleh tiga mantan perdana menteri dan dua direktur CIA. Salah satu dari tiga mantan perdana menteri yang disebutkan adalah Adam Lang. Keputusan Lang mendukung perusahaan itu tak dapat lepas dari pengaruh isterinya.

Ruth memiliki hasrat politik yang kuat. Hal ini diketahui The Ghost, sangpenulis penganti, setelah bertanya pada perempuan itu kenapa ia tak ingin memiliki karier politiknya sendiri? Perempuan itu menjawab bahwa ia tak ingin dirinya terlihat di publik karena kikuk dan tak pandai berpidato. Memang, dalam film diperlihatkan perbedaan karakter yang bertolak-belakang antara Lang dan isterinya. Lang adalah sesosok pribadi yang good looking. Ia adalah orang yang terbuka dan ekspresif dalam kesehariannya. Berbeda dengan Lang, Ruth adalah pribadi yang tertutup dan kaku. Ia lebih senang untuk berada di balik layar kehidupan Lang. Meski tak pandai membawakan diri di depan publik, Ruth digambarkan sebagai sesosok wanita yang keras dan ambisius. Isteri mantan perdana menteri tersebut memiliki gaya bicara yang blak-blakan dan ceplas-ceplos. Dalam film The Ghost Writer banyak ditemukan berbagai adegan dimana Ruth turut serta dalam berbagai problema politik yang dihadapi oleh suaminya. Berbagai pedapatnya menjadi rujukan Lang dalam mengambil sebuah keputusan.

Sebelum mengawali karier politiknya, Lang muda adalah sesosok pemuda yang tak berpikir tentang politik. Ketampanan wajahnya yang mampu menarik perhatian banyak wanita dan bakat berpidato atau kemampuannya meyakinkan orang menyebabkannya menjadi seorang mahasiswa yang popular. Lang mengaku pada The Ghost kalau ia terpesona pada Ruth saat ia melihat pertama kalinya perempuan itu berpidato di bawah guyuran hujan. Hal itu mengambarkan bagaimana sering kali seseorang masuk ke ruang politik bukan semata-mata karena ideologi atau niat mulia tertentu, melainkan karena dipicu oleh hasrat ketertarikan seksual. Dalam hal ini, pemuda itu tak sadar bahwa dengan mengejar Ruth, ia telah terperangkap dalam struktur jaringan yang berada di belakangnya, sebuah jaringan yang tak tampak di permukaan tapi cukup menguasai keadaan.

Hegemoni Perempuan Dalam Rumah-Tangga

Ruth dalam film selalu memperlihatkan sikap yang lugas dan kata-kata yang tegas terkait berbagai persoalan yang dihadapi oleh suaminya. Dengan kata lain, ia adalah perempuan yang memiliki sifat yang selalu mengintimidasi lawan. Selain tak dapat membawakan diri dengan baik di depan publik, ia pun bukanlah sosok yang cerdas sebagai seorang pemimpin maupun konseptor, tapi cukup cerdik dalam hal mengolah kelicikan. Dalam hal ini, hegemoni dalam perspektif Althusserian dapat digunakan untuk menggambarkan realitas yang menipu yang dialami oleh Lang sebagai seorang tokoh politik terkemuka. Louis Althusser berpendapat bahwa ideologi memiliki kemampuan untuk melancarkan kekuasaan dan pengaruh tak hanya pada bidang ekonomi, melainkan juga pada bidang sosial. Hegemoni Ruth atas Lang merupakan cara sebuah jaringan berusaha meradikalisai keluarga melalui perempuan atau sang isteri (Radikalisasi Dari Bawah: Mengurai Jejaring Radikalisasi Keagamaan di Indonesia, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id/webdev).

Relasi antara Ruth dan Lang sebenarnya menggambarkan sebentuk relasi yang terjalin secara hegemonis. Hegemoni secara sederhana dapat dimaknai sebagai sebentuk penjajahan yang dikehendaki secara suka-rela. Berbeda dengan dominasi yang berlangsung secara vulgar, hegemoni berlangsung secara halus dan kerapkali—karena saking halusnya—tak tersadari. Kisah kapitalisme kontemporer adalah kisah manis hegemoni yang tak perlu menggunakan kekuatan militer untuk melakukan imperialisasi dan kolonialisasi selaiknya di masa silam. Di hari ini mereka cukup menggunakan jasa ahli-ahli ilmu komunikasi, periklanan, IT, dan psikologi untuk menghisap dan mengontrol orang.

Masyarakat konsumen (consumer society) adalah corak masyarakat yang merupakan hasil dari sebuah hegemoni. Dari segi akibat, dominasi secara vulgar akan menghasilkan resistensi, atau kalau tak demikian, sebentuk eskapisme. Sedangkan hegemoni akan menghasilkan sebentuk perilaku masokistis (orang yang secara suka-rela menghendaki untuk disiksa, disakiti, atau dieksploitasi karena eksistensinya tergantung oleh itu semua). Karena itulah dalam kapitalisme kontemporer seduksi (gelembukan) menjadi unsur terpenting dari eksistensinya dan ketagihan menjadi salah satu efek terkuatnya. Pada konteks ini, secara psikologis dan simbolis, Lang lebih merepresentasikan dirinya sebagai sesosok masokis.    

Keberadaan Ruth beserta jaringan CIA-nya dalam lingkaran Lang menyebabkan hilangnya makna keluarga sebagai satu kesatuan batin yang mendalam antara lelaki dan perempuan sebagaimana yang selama ini diidealkan oleh nilai-nilai budaya maupun agama. Jaringan yang berada di balik Ruth menyebabkan perempuan itu dan suaminya tak lagi memiliki independensi laiknya sebuah keluarga. Mereka kehilangan otonomi diri dalam mengatur kehidupannya. Hal itu digambarkan melalui berbagai adegan bahwa ke mana pun Ruth pergi, ia tak pernah lepas dari para bodyguard. Sebagai seorang isteri mantan perdana menteri, Ruth sesungguhnya menyembunyikan dirinya yang bebas dan sendirian, karena sejak awal ia memang dipilih sebagai penggaet. Dengan kata lain, kemunculan berbagai adegan yang diperankan oleh Ruth adalah penanda bahwa Lang sebagai kepala keluarga sebenarnya tak pernah memiliki kuasa atas isterinya sendiri. Dari sudut-pandang Ruth, lembaga rumah-tangganya hanyalah sepenggal drama yang dikonstruksikan sedemikian oleh sebuah diskursus dan jaringan untuk agenda yang jauh lebih besar.   

Dalam hal ini, pernikahan antara Lang dan Ruth, khususnya dari sudut-pandang Ruth, adalah representasi sebuah institusi pernikahan yang terbentuk karena sebuah kontrak atau kesepakatan politik dalam arti sebenarnya. Dalam salah satu adegan di mana Ruth mengaku pada The Ghost terdapat keinginan Ruth untuk segera menceraikan Lang. Pernyataan perempuan itu tentu sangat aneh, sebab saat itu suaminya sedang dituntut oleh pengadilan internasional di Den Haag terkait dengan kejahatan perang di wilayah Arab. Mantan perdana menteri itu dituduh sebagai pihak yang bertanggungjawab atas berbagai penyiksaan tawanan perang di Timur Tengah. Dalam kondisi seperti ini pada umumnya seorang istri akan memberikan dukungan mental pada suaminya, tapi sepertinya Ruth berpedoman bahwa apa yang menimpa suaminya bukanlah urusannya. Hal ini menunjukkan bahwa Ruth bukanlah sosok sebagaimana yang dibayangkan orang selama ini tentangnya, bahkan pun oleh suaminya sendiri, Lang. Laiknya orang yang dipersiapkan secara khusus oleh sebuah jaringan, peran dan fungsi Ruth hanyalah sebagai penggaet dan tak lebih. Ia hanya bertanggungjawab pada keberlangsungan sebuah operasi.

Dalam masyarakat tontonan seperti saat ini urusan rumah-tangga atau bagaimana Ruth menjalankan perannya sebagai seorang isteri sudah diatur sedemikian rupa oleh sebuah sistem diskursus dan jaringan di belakangnya, tanpa ia perlu bersusahpayah menjalankan peran dan fungsinya sebagai seorang isteri dalam arti yang sesungguhnya. Permasalahan utama kondisi masyarakat tontonan adalah bagaimana memengaruhi dan mengarahkan persepsi publik. Karena sistem diskursus dan jaringan tersebut, Ruth yang bajingan pun akan dengan mudahnya menjadi budiman di depan publik atau sebaliknya.  

The Ghost menemukan fakta bahwa Lang tak tahu kalau isterinya adalah bagian dari sebuah jaringan tertentu yang dipersiapkan secara khusus untuk membidiknya. Ia tak pernah menyadari bahwa seluruh karier politiknya yang melaju pesat disebabkan pula oleh pengaruh jaringan Ruth, yang tentu saja sebenarnya tak pernah berniat untuk menyokong Lang secara khusus. Dalam hal ini, secara tak sadar Lang telah menikmati seluruh sorot lampu di atas panggung yang telah dipersiapkan oleh jaringan sang isteri.

Film The Ghost Writer yang dibesut oleh sutradara Roman Polanski, bagi kami, adalah sebuah jendela untuk memahami bagaimana politik di zaman ini berlangsung. Perkembangan citra yang sedemikian pesatnya menandai tentang tumbuhnya corak masyarakat kontemporer yang mendasarkan dirinya pada berbagai citra. Guy Debord menyebutnya sebagai “masyarakat tontonan” (society of the spectacle). Tapi sebenarnya karakteristik tontonan ini tak semata melekat pada para public figure. Itulah kenapa terkadang kehidupan masyarakat pedesaan dapat sampai pula berkelindan dengan kehidupan masyarakat urban, isu-isu kalangan pedesaan dapat bersilangsengkarut dengan isu-isu kalangan urban. Fenomena ini lazim disebut sebagai “global village” (Marshall McLuhan). Dan citra, bagi kami, atau secara khusus bagi saya pribadi, tak melulu bersifat visual, tapi juga auditif dan tekstural (terkait raba dan rasa). Berbeda dengan Debord yang masih memaknai citra sebagai gambar visual, citra pada dasarnya adalah kilasan gambar yang hanya berada pada benak yang lazim disebut sebagai imajinasi (Hikayat Kebohongan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.net). Karena itulah sebenarnya terjadinya masyarakat tontonan ataupun desa global bukan semata karena faktor media-media sosial sebagaimana yang masih diyakini para pakar ilmu komunikasi di hari ini. Dengan demikian, apa yang menimpa Lang dan Ruth seumpamanya, dapat pula menimpa siapa saja di hari ini—apalagi mengingat bahwa karakteristik diskursus yang tak mengenal batas baik ruang maupun waktu.

The Show Must Go On: Plot yang Sama Dengan Para Pemain yang Berbeda

Pada akhir film dikisahkan bahwa Lang akhirnya tewas. Ia ditembak oleh seorang tentara sesaat setelah turun dari pesawat. Meninggalnya Lang pun menandai akhir penulisan buku biografinya yang berarti pula berakhirnya pelacakan atas jaringan “gelap” dalam pusaran kehidupan Lang. Dengan kata lain, kematian sang mantan perdana menteri menjaga nama Ruth dari stigma hubungan yang buruk di antara keduanya. Niat perempuan itu untuk bercerai dengan Lang, digantikan dengan posisi terhormat di mata masyarakat sebagai isteri almarhum sang mantan perdana menteri Adam Lang.

Dari film The Ghost kita dapat melihat bagaimana upaya jaringan tertentu membangun pengaruhnya yang sistematis sampai ke wilayah kehidupan privat manusia, yaitu keluarga, atau lebih jauh lagi, ke wilayah hubungan suami dan isteri. Mereka memanfaatkan ketertarikan seksual untuk mencari target yang sesuai agar dapat menjadi jalan bagi berbagai operasi mereka. Hilangnya warna dan hubungan emosional dalam sebuah pernikahan sebagaimana yang dialami oleh Ruth adalah karena hasil dari racikan dan pengaruh jaringan tertentu. Dengan demikian, sebagaimana pesan tersembunyi McAra yang ditemukan oleh The Ghost,sang penulis penganti, dalam naskah awal biografi Adam Lang, “Lang’s wife, Ruth recruited as a CIA agent by Professors Paul Emmet of Havard University”(Isteri Lang, Ruth ,direkrut sebagai agen CIA oleh Professor Paul Emmet). Dan benarlah bahwa realitas politik adalah yang tak sebagaimana yang dibayangkan banyak orang. Di baliknya terdapat berbagai jaringan yang sesungguhnya seringkali tak disadari oleh para pelakunya sendiri. Orang-orang yang terkungkung oleh sebuah sistem diskursus dan jaringan tertentu akan dibuang ketika tak lagi dibutuhkan. Mereka akan segera dikubur hidup-hidup dan kemudian dilupakan, tanpa tahu ke mana dan pada siapa akhirnya menanggungkan segala kesalahan.

(Esai kolaboratif Heru Harjo Hutomo dan Ajeng Dewanthi)

Heru Harjo Hutomo/ penulis, peneliti lepas, pemerhati radikalisme dan terorisme, menggambar dan bermain musik

Ajeng Dewanthi/ penulis, peneliti sejarah, budaya dan politik

- Advertisement -
Share This Article