jfID – Sejak efektif dinyatakan boleh beroperasi, beberapa pengelola tempat wisata di Kabupaten Lombok Barat mulai resmi menerima pengunjung. Walau masih sepi tidak seperti di saat normal, namun nyatanya pengoperasian tempat wisata setidaknya telah menggeliatkan ekonomi masyarakat, terutama para pedagang yang sebelumnya tidak bisa menjalankan usahanya selama empat bulan lebih.
Seperti nampak di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) Desa Sesaot, sebelumnya seluruh lapak pedagang makanan minuman nyaris tidak berani ambil resiko untuk berjualan. Mulai Hari ini, Sabtu (4/7/2020) dari lima belas lapak, 13 pedagang sudah mulai berjualan.
“Sejak resmi boleh kita buka, masyarakat pun sudah mulai datang berjualan. Ada dua pedagang hari ini belum buka, tapi besok mereka sudah mulai jualan lagi,” terang Imam S salah seorang Pengelola Purekmas Sesaot.
Imam mengaku, pihaknya sendiri sudah bisa berangsur-angsur tersenyum dengan kondisi saat ini.
“Kemarin kami betul-betul nganggur akibat tempat ini ditutup. Sekarang sudah lumayan. Rata-rata per hari kemaren bisa dapat antara lima sampai enam ratus ribu dari karcis masuk. Hari ini insya Allah bisa dapat sejuta. Mudah-mudahan besok hari Ahad bisa lebih banyak lagi,” harap Imam.
Kondisi serupa juga terlihat di Taman Narmada. Pengunjung sudah mulai berdatangan pasca resmi dibuka per tanggal 24 Juni lalu.
“Kita sudah mulai menerima pengunjung, biarpun masih sedikit. Kemarin malah cuma dua orang yang mandi,” tutur Manajer Operasional di Taman Narmada, Kamaruddin.
Kondisi saat ini, imbuhnya, belum sepenuhnya bisa normal seperti sedia kala. Ia mencontohkan para pedagang sate bulayak.
“Dari enam belas, baru dua yang mulai berjualan. Bahkan pusat kuliner kita di pintu keluar kolam besar masih kosong belum ada yang mau berjualan,” kata Kamaruddin.
Dihubungi usai melakukan monitoring, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, H. Saiful Ahkam melontarkan harapannya dengan dibukanya tempat-tempat wisata.
“Alhamdulillah dengan dibukanya tempat wisata, kelihatan ekonomi kita bersemangat untuk hidup lagi. Masyarakat sekitar berangsur kembali menjalankan usahanya,” terang Ahkam.
Namun Ia mengingatkan, dibukanya tempat-tempat wisata jangan hanya demi urusan ekonomi dan melupakan persoalan utama hari ini, yaitu masih adanya ditemukan kasus positif Covid 19.
“Dalam dua hari ini (hari ini dan besok, red), jajaran Dispar Lombok Barat turun semuanya untuk melakukan monitoring ke tempat-tempat wisata. Kita turun untuk melihat apakah mereka menerapkan Protokol Kesehatan,” terang Ahkam.
Hasil laporan staff Dispar sampai siang ini di semua kawasan, aku Ahkam, para pengelola sudah menerapkan Protokol Kesehatan itu.
“Dua hari ini kami hanya monitoring, tapi mulai Minggu depan kita akan supervisi. Kita tidak akan main-main dengan protokol. Jika tidak dijalankan, kita langsung tegur agar diketatkan lagi,” tegas Ahkam.
Menurutnya, khusus untuk tempat wisata yang jelas pengelolanya, mudah bagi pihaknya menerapkan standar evaluasi, bahkan bila terlalu longgar bisa saja sampai penutupan lagi.
“Kalau yang korporasi, kita relatif mudah untuk membicarakan soal sangsi. Tapi kita masih perlu berkoordinasi intensif dengan unsur lain terhadap usaha pariwisata yang dikelola oleh individu masyarakat, desa, atau kelompok masyarakat. Sedangkan yang tidak jelas pengelolanya, kita sepakat minta ditutup kecuali Pemerintah Desa atau Kecamatan mau terlibat mengelola sehingga protokol kesehatan bisa diterapkan maksimal,” ujarnya panjang lebar.
Menurut Ahkam, paling sedikit ada 17 tempat yang biasa dikunjungi oleh masyarakat untuk berwisata namun tidak jelas siapa yang bertanggung jawab mengelolanya.
“Kalau pantai, mulai dari pantai Kerandangan atau pantai Duduk di Batulayar sempai Elak-elak di Sekotong. Kalau hari libur, tempat ini sangat ramai. Ini tidak jelas siapa yang mengelola, jadi kita tidak tahu kepada siapa sasaran kewajiban Protokol Kesehatan bisa diterapkan. Itu kenapa rekomendasi kami, tempat-tempat seperti ini lebih baik ditutup,” pinta Ahkam.