jfID – Kolaborasikan kepentingan ekonomi dan lingkungan, NTB akan menjadi mode bagi sebuah konsep pembangunan. Hal itu disampaikan Asisten II Setda Provinsi NTB, Ir. H. Ridwan Syah saat mewakili Gubernur pada konsultasi publik materi teknis rencana tata ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional (KSN) Rinjani dan sekitarnya, Rabu, 7 Oktober 2020 di Hotel Seraton, Senggigi.
“Lombok atau NTB ini bisa menjadi sebuah mode bagi sebuah konsep pembangunan yang mengawinkan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa di dalam konsep revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NTB, konsep ini dikenal dengan LECI Lombok Eco City Island, konsep ini akan mengkolaborasikan kepentingan pemerintah pusat, pemerintah daerah serta kearifan lokal.
Dalam kesempatan ini, Asisten II Setda Provinsi NTB juga menyampaikan beberapa isu penting dalam pembangunan NTB, salah satunya adalah angka kemiskinan yang mencapai 13,9 % dengan jumlah penduduk lebih dari 5 juta jiwa.
“Dengan jumlah penduduk kami yang 5 juta lebih angka kemiskinan di NTB masih cukup tinggi yaitu 13,9%, tahun lalu dari catatan BPS angka kemiskinan kami 13,8%, lebih naik 0,09%, naik sedikit sebenarnya,” paparnya.
Meskipun hanya mengalami sedikit penambahan, namun dengan tambahan tersebut juga dapat menggambarkan bahwa NTB masih cukup bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih positif di masa pandemi ini. Tetapi, Asisten II justru mengatakan bahwa pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang semu.
“Meskipun kami masih cukup bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih positif, tetapi sesungguhnya pertumbuhan ekonomi itu menurut kami merupakan pertumbuhan yang semu, tidak inklusif karena di dalamnya didominasi oleh ekspor tambang dari PT.AMAN,” ucapnya.
Untuk Kondisi ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2020 tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2020, ekonomi NTB tumbuh menjadi 3,19%(yoy) dari 5,70% (yoy) pada triwulan IV 2019.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi NTB terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi akibat adanya pandemi COVID-19. Pada sisi permintaan, menurunnya pertumbuhan ekonomi NTB lebih dipengaruhi oleh penurunan kinerja PMTB pada triwulan I 2020 sejalan dengan menurunnya investasi bangunan dan non bangunan.
Pada sisi penawaran, penurunan ekonomi NTB terutama disebabkan oleh turunnya kinerja LU Pertanian akibat adanya pergeseran masa tanam. Di luar sektor tambang, kinerja ekonomi Provinsi NTB mengalami penurunan lebih lanjut sebesar 0,32%(yoy). Petumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,12%(yoy).(Sumber Bank Indonesia)
Disparitas perkembangan wilayah antara Pulau Lombok dan Sumbawa masih relative tinggi,
Potensi Sumber Daya Alam Wilayah pada 2 pulau cukup tinggi dengan karakteristik tingkat pengelolaan yang berbeda, dimana pulau Lombok tekanan terhadap pemanfaatan SDA cukup tinggi sedangkan di Pulau Sumbawa pengelolaan SDA masih cukup rendah.
Perekonomian yang inklusif tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang juga dapat merepresentasikan pertumbuhan yang nyata pada berbagai sektor terutama sektor pertanian dan sektor pariwisata juga sektor-sektor lainnya, sehingga dalam hal ini industrialisasi menjadi penting dalam meningkatkan nilai tambah pengelolaan produk-produk hasil pertanian, perkebunan, maupun peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lebih lanjut Ridwansyah juga sampaikan terkait pembatasan pengiriman barang/bahan mentah.
“Kami menghindari, membatasi mengirim barang-barang atau bahan mentah keluar daerah. Kami olah dulu disini, minimal menjadi barang setengah jadi sehingga memberikan nilai tambah dan membuka lapangan pekerjaan. Harapannya dengan adanya lapangan pekerjaan meningkatkan kesejahteraan dan otomatis menurunkan angka kemiskinan,” ucapnya.
Dalam menurunkan angka kemiskinan tersebut peran investasi sangatlah penting sehingga menjadi sangat penting pula untuk memastikan tata ruang untuk investasi sehingga tata ruang dapat menjadi pendorong munculnya berbagai investasi.
“Oleh karena itu kami berharap dalam konteks itu bagaimana rencana tata ruang kita bisa menjadi pendorong bagi investasi bukan sebaliknya. Bukan tata ruang yang akhirnya menjadi penghambat investasi, tetapi harusnya dibalik. Justru tata ruang mendorong munculnya investasi,” harapnya.