Syekh Abdul Qadir Jaelani dalam Pembebasan Al Quds Yerussalem

Rasyiqi
By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
6 Min Read
Syekh Abdul Qadir Jaelani Dalam Pembebasan Al Quds Yerussalem
Hanya ilustrasi
- Advertisement -

jfid – Siapa yang tidak mengenal Shalahuddin Al Ayyubi, pahlawan Islam yang berhasil membebaskan al Quds dari cengkeraman pasukan salib pada tahun 1187 M?

Namun, tahukah Anda bahwa di balik keberhasilan Shalahuddin, ada seorang guru dan inspirator yang sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan semangat jihadnya?

Guru dan inspirator itu adalah Syekh Abdul Qadir Jaelani, seorang ulama sufi yang sangat terkenal dan dihormati di dunia Islam.

Syekh Abdul Qadir Jaelani lahir pada tahun 1077 M di Jilan, sebuah daerah di Iran. Ia berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW melalui dua jalur, yaitu dari Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali. Ia tumbuh sebagai anak yatim yang rajin belajar dan beribadah.

Pada usia 18 tahun, ia berangkat ke Baghdad untuk menuntut ilmu. Di sana, ia belajar fiqih mazhab Hambali, hadis, tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya. Ia juga berguru kepada beberapa sufi terkemuka, seperti Abu Said al-Mubarak al-Makhzumi dan Abu al-Khair Hammad al-Dabbas.

Syekh Abdul Qadir Jaelani dikenal sebagai seorang ulama yang zuhud, wara, dan berakhlak mulia. Ia juga memiliki banyak karomah dan keajaiban yang menunjukkan kedekatannya dengan Allah SWT. Ia mendirikan sebuah pondok pesantren yang menjadi pusat penyebaran ilmu dan tasawuf.

Ia juga mendirikan sebuah tarekat yang dinamakan Qadiriyah, yang menjadi salah satu tarekat sufi terbesar dan tersebar di seluruh dunia. Ia mengajarkan ajaran tasawuf yang seimbang antara syariat dan hakikat, antara ilmu dan amal, antara dzikir dan fikir.

Ia juga mengajarkan tentang pentingnya jihad dan perjuangan untuk membela agama dan tanah suci.

Salah satu murid dan pengikut setia Syekh Abdul Qadir Jaelani adalah Shalahuddin Al Ayyubi. Shalahuddin adalah keponakan dari Shirkuh, seorang jenderal yang dikirim oleh Nuruddin Mahmud, penguasa Daulah Zankiyah, untuk menguasai Mesir dari tangan Fatimiyah dan pasukan salib.

Shalahuddin menggantikan Shirkuh sebagai wazir dan gubernur Mesir setelah Shirkuh meninggal pada tahun 1169 M. Shalahuddin kemudian menjadi sultan Mesir dan Suriah setelah Nuruddin Mahmud meninggal pada tahun 1174 M.

Shalahuddin mewarisi semangat dan cita-cita Nuruddin Mahmud, yang merupakan murid dan sahabat dari Syekh Abdul Qadir Jaelani. Nuruddin Mahmud memiliki visi untuk mempersatukan umat Islam dan membebaskan al Quds dari pasukan salib. Ia juga mendukung gerakan sufi dan menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani sebagai guru dan wali.

Shalahuddin juga sangat mengagumi dan mencintai Syekh Abdul Qadir Jaelani. Ia sering mengunjungi makam Syekh Abdul Qadir Jaelani di Baghdad dan meminta doa dan berkah darinya. Ia juga sering membaca kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir Jaelani, seperti Futuh al-Ghaib, Al-Fath al-Rabbani, dan Ghunyat al-Thalibin.

Syekh Abdul Qadir Jaelani menjadi guru dan inspirator bagi Shalahuddin dalam melaksanakan misi pembebasan al Quds. Ia memberikan nasihat, motivasi, dan bimbingan kepada Shalahuddin melalui mimpi, ilham, dan karomah.

Ia juga memberikan dukungan moral dan spiritual kepada Shalahuddin dan pasukannya. Ia juga memberikan peringatan dan teguran kepada Shalahuddin jika ia melakukan kesalahan atau kekurangan. Ia juga memberikan syafaat dan pertolongan kepada Shalahuddin dan pasukannya dalam menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan.

Dengan bantuan dan bimbingan dari Syekh Abdul Qadir Jaelani, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan salib dalam Pertempuran Hittin pada tahun 1187 M. Ia kemudian merebut kembali banyak kota dan benteng yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan salib, termasuk Tiberias, Acre, Beirut, Sidon, dan Tyre.

Pada tanggal 2 Oktober 1187 M, yang bertepatan dengan 27 Rajab 583 H, hari Jumat dan hari Isra Mi’raj, Shalahuddin memasuki al Quds dan membebaskan Baitul Maqdis setelah 88 tahun di bawah kekuasaan pasukan salib.

Shalahuddin memperlakukan penduduk al Quds dengan adil dan toleran. Ia tidak melakukan pembantaian atau perusakan seperti yang dilakukan pasukan salib ketika mereka merebut kota itu pada tahun 1099 M. Ia membebaskan tawanan Muslim dan membolehkan orang-orang Yahudi dan Kristen untuk tetap tinggal di kota itu dengan membayar tebusan atau pajak.

Ia juga membersihkan Baitul Maqdis dari patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran yang ditinggalkan oleh pasukan salib. Ia mengembalikan kemuliaan dan kesucian tempat suci itu sebagai pusat ibadah umat Islam.

Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa Syekh Abdul Qadir Jaelani memiliki peran besar dalam pembebasan al Quds. Ia adalah guru dan inspirator bagi Shalahuddin Al Ayyubi, yang melanjutkan dan menyempurnakan misi Nuruddin Mahmud dan Daulah Zankiyah.

Ia adalah contoh dari ulama sufi yang beriman, berilmu, berakhlak, berkaromah, dan berjiwa jihad. Ia adalah bagian dari sejarah peradaban Islam yang tidak boleh dilupakan.

- Advertisement -
Share This Article