Edisi mBolang :
Jurnalfaktual.id, – Jalur Tulungagung – Ponorogo via Puncak Dolo sepanjang 47 km memang ekstrem. Sungguhpun demikian, hati yang kerap miris itu tertebus oleh pemandangan yang benar-benar eksotik hampir sepanjang 26 km.
“Kita seakan dibawa ke negeri atas awan, ya, Pak ?” ujar Nunik (36) yang duduk di sebelah penulis. Tampak di bawah sana awan cumulus yang bergumpal-gumpal bagaikan kapas menambah eloknya panorama. Butuh maklum, karena kami berada di ketinggian 670 meter di bawah permukaan laut.
Ibu satu anak itu akan turun di Bendungan, Trenggalek. Ia berprofesi sebagai bakul pracangan di Pasar Wage, Tulungagung. Setiap hari Nunik ulang-alik dengan bus Damri perintis.
Jalur Perintis
Jalur perintis memang bukan monopoli pesawat terbang, atau kapal laut. Untuk jalan darat pun ada sebutan perintis.
“Jalur ini sebenarnya ada sejak zaman kolonial, Pak. Tetapi masih jalan tradisional. Baru sekitar tahun 2008, jalur yang menyusuri punggung perbukitan di ketiak Wilis ini diaktualisasi dan diupgraid. “ tutur Mulyono (58) pegawai Kecamatan Bendungan.
Jalur Wisata Adventure
Tulungagung – Ponorogo via Dolo memakan waktu sekitar 2 jam.m, melalui Pagerwojo, Bendungan, Soko, Ponorogo. Setiap hari hanya ada 1 buah bus dari Tulungagung, dan 1 bus dari Ponorogo. Meskipun demikian, bus isi 42 penumpang itu sangat dinantikan banyak orang.
“Jika hari Sabtu, atau Minggu bus full jok. Rata-rata anak muda yang naik bus akan melakukan survival di Puncak Dolo atau main sky di Bendung Wonorejo. ” imbuh Arman sang kondektur.
Jadi supir bus perintis memang diuji kesabarannya. Betapa tidak, kadang diajak masuk kampung yang bukan jalurnya lantaran ada beberapa penumpang yang mau buwuh. (undangan hajatan).
“Ini bus rakyat Pak, memang harus merakyat. Asal masuknya ke kampung hanya beberapa meter dari jalan raya, ya saya antar, hehe…!” pungkas Ridwan sang supir mengakhiri perbincangan dengan penulis .
Laporan: Herry Santoso / Jurnalfaktual.id