jfid – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan sejarah sebagai emiten dengan nilai penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pada Juli 2021, perusahaan e-commerce ini berhasil menghimpun dana sebesar Rp 21,32 triliun dari penjualan 25,76 miliar saham biasa dengan harga Rp 850 per saham.
Namun, setelah enam bulan berlalu, Bukalapak masih menyisakan dana IPO sebesar Rp 9,33 triliun atau 47% dari total dana yang diperoleh.
Dana tersebut ditempatkan di berbagai instrumen investasi yang relatif aman, seperti deposito, obligasi, giro, dan reksa dana.
Porsi terbesar, yaitu Rp 5,89 triliun atau 63% dari sisa dana IPO, disimpan di tiga akun deposito dengan bunga 6% hingga 7%.
Apa alasan Bukalapak menempatkan dana IPO di deposito yang memiliki imbal hasil rendah dibandingkan dengan instrumen lain? Apa dampaknya bagi kinerja dan pertumbuhan perusahaan? Dan apa rencana Bukalapak untuk menggunakan dana IPO yang tersisa?
Menurut Direktur atau Corporate Secretary Bukalapak, Teddy Nuryanto Oetomo, penempatan dana IPO di deposito bertujuan untuk menjaga likuiditas dan keamanan dana.