jfid – Pada suatu hari kita mendapat kabar bahwa Vietnam punya strategi baru untuk meningkatkan ekonomi nasional Vietnam. Dimana kita sebagai pengusaha ditawari mega opportunity di Vietnam.
Vietnam ini bangsa dan negara yang unik. Sejarah mereka merdeka adalah berperang dengan Prancis untuk kemerdekaan Vietnam, lalu berperang dengan Jepang, lalu berperang dengan Tiongkok juga ketiganya di menangkan oleh Vietnam walau compang-camping dan terakhir Amerika yang ketakutan komunis melebarkan sayapnya ke Asia Tenggara, lebih baik berpihak ambil posisi melawan Vietnam Utara yang komunis, ternyata Amerika pun dibuat keok.
4 negara besar dalam kurun waktu 50 tahun hingga tahun 70an akhir, Vietnam adalah negara perang, bahkan di dalam negeri konflik internal baru selesai tahun 1989.
Vietnam selama 50 tahun, main di gorong-gorong dan diakui militer dunia, merekalah jagonya perang gerilia, di jaman modern yang mengalahkan 4 negara besar, Prancis, Jepang, Tiongkok dan Amerika.
Tidak ada bangsa dan negara secanggih Vietnam dalam mempertahankan negaranya.
Sejak tahun 90, Vietnam membuka diri walau masih gamang. Jendral-jendral perang mereka sekarang pejabat penting di negara tersebut. Namun kebiasaan dalam militer sebenarnya mereka pengennya dapat uang cepat saja. Bukan pebisnis beneran.
Korup, kolusi, nepotisme kuat sekali di pejabat teras, kalau di jabatan bawah disikat KKN nya.
Jadi “kita bermain” harus dengan pejabat teras militer senior, itu syaratnya masuk ke Vietnam.
Jadi ketika ada undangan dimana kita memang mengincer lama, termasuk ketika pejabat tadi belum menjabat, kita sudah idekan dan strategi khan dengan dia. Untuk kita ambil dan kelola tambang bauxit, bahan alumina, alumunium. Ini memang maunya kita, namun lebih elegan kesannya Vietnam yang menawari. Kita tidak sia siakan. Yang ngundang pejabat teras militer tertinggi lagi.
Lalu sebagai seorang patriotik nasionalis NKRI dapat peluang begini, ya kita sikat dengan syarat. Modal balik cepat, teknologi Indonesia, SDM Indonesia.
Jadi kita atur lah, kita berikan syarat kepada pemimpin senior Vietnam tersebut. Apa yang kita atur? Pertama adalah : Tax holiday!
Tanpa tax holiday bisa-bisa 15 tahun baru balik modalnya sementara jabatan sang senior khan ada batasnya, jadi dengan adanya tax holiday bisa 5 tahun balik modal, apa lagi barang kita mark up, 3 tahun operasi harus balik, jadi kapanpun hengkang sudah balik modal sudah untuk puluhan triliun.
Lalu ada lagi syarat-syarat yang harus Vietnam setujui sebelum “puluhan triliun” kita akan gelontorkan. Karena kita akan membangun di daerah yang belum ada infrastrukturnya, dengan syarat harus dekat laut, agar gampang ke perairan internasionalnya, namun pelabuhan harus kita bangun, jalanan harus kita bangun.
Wilayah perawan di Vietnam yang kita bangun.
Perusahaan kita akan membangun infrastruktur sendiri mulai dari dermaga, jalan, tanur-tanur peleburan, power plants, area penimbunan bahan baku dan barang hasil produksi, instalasi pengolahan air bersih dan ekstraksi oksigen dari air laut, asrama pegawai, rumah sakit dan infrastruktur lainnya, yang diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha peleburan bijih bauxit yang ditambang dari ratusan ribu hektar areal penambangan yang kita kuasai.
Kita akan membawa 10 ribuan pegawai trampil termasuk “Indonesian private army” atau tenaga keamanan swasta (milter loh bukan satpam) yang membaur di lingkungan kerja untuk keamanan aset kita juga untuk mengumpulkan data agar kalau ada apa apa, kita bisa antisipasi bertindak cepat sebagai counter. Lapangan terbang private jet yang boleh keluar masuk kapan saja harus tersedia.
Jadi walau private army tetap unsur intelijennya kuat.
Dari sisi ke pegawaian, kita kasih lah 5% pegawainya nanti orang Vietnam teruatama lokal dan terutama di urusan tambang dan urusan sosial lainnnya. Jangan di smelter jangan di teknologi kita.
Kita juga akan bangun powerplan sendiri juga, namun kalau excess atau kelebihan daya, agar kita tidak rugi, PLN Vietnam harus kontrak jangka panjang di atas 15 tahun. Harga premium dong!
Jadi kita lebihkan produksi daya powernya, di pake ngak di pake sama Vietnam, Vietnam harus bayar. Modal bangun power plan, 5 tahun juga harus balik. Jadi kita pakai biaya listriknya untuk pabrik kita seakan ngak bayar.
Lalu apa syarat lain yang Vietnam harus setujui?
- Corporate Income Tax. Ini harus sangat kecil atau nihil, atau malahan kalau bisa di bikin lebih bayar; kenapa? karena perusahaan kita harus mendapat berbagai fasilitas kemudahan penanaman modal termasuk investment allowance dan pembebasan pajak-pajak atas impor, sementara itu Credit Withholding taxes justru refundable, kita paksa refunable!!!
- Payroll Taxess, harus ngak bayar. karena warga indonesia yang bekerja di perusahaan di gajij dalam bentuk biaya hidup dan akomodasi yang disediakan oleh perusahaan kita plus sedikit uang saku, sedangkan hak gaji yang lebih besar dibayarkan kepada keluarganya di indonesia.
Kebayang? Supaya Vietnam ngak bisa memajak gaji karyawan, strategi kita?
- VAT _ valu added taxess . perusahaan kita justru kerjaannya minta restitusi PPN karena semua produksinya diekspor ke Indonesia!
- PBB – pajak bumi bangunan. mungkin ini satu satunya pajak yang mereka bisa dapat dari kita, lalu berapa besarnya? Ya kita atur lah!
- Royalty yang dibayarkan kepada pemerintah vietnam atas hak penambangan. Ok ini kita bayar, dan berapa besarnya?… Kita atur. Karena semua informasi tentang volume kegiatan penambangan, smelting dan ekspor nikel yang tahu hanya perusahaan kita sendiri. Internal khan!
Pihak pemerintah Vietnam harus tidak “hadir” di lokasi untuk mengawasi semua kegiatan pada setiap saat, dan ini harus ada kepastian dari sang pejabat senior tersebut termasuk wartawan dan media independen, media utama harus tidak ada berita kita di sana.
Sehingga tidak bakal tahu berapa sesungguhnya kekayaan bauxit Vietnam yang telah dikeruk.
Ibaratnya, perusahaan kita di Vietnam itu membeli nikel dari pemerintah Vietnam, perusahaan kita dipersilahkan mengambil sendiri dan membayar sesuai yang kita mau. Itu strateginya dan itu syaratnya. Sepertinya, pejabat senior Vietnam sulit menolak karena dia sudah tanda tangan setuju!
Oiya, ada satu lagi, dari sisi negara Vietnam dan muka pejabat harus kita belain yaitu Vietnam pastinya ingin dapat Multiplier Effect!
Kita harus siapkan skenarionya namun karena di daerah remote yang jauh dari peradaban pusat kehidupan Vietnam, kita fokuskan ke dekat-dekat pabrik kita untuk lokalnya namun lebih kemasalah sosial, jangan teknologi.
Disisi kita, karena kita NKRI patriotik nasionalis, multiplier effect harus terbanyak ya di Indonesia. bukan di Vietnam, teknologi, bahan baku, tranportasi, digitalisasi, sebanyak mungkin di kerjakan di Indonesia.
Demikian sahabat, strategi kita akan tambang bauxit dan smelternya yang akan kita bangun di Vietnam di mana pabrik turunnya seperti alumunium tetap di Indonesia. Semoga informasi sederhana ini ada manfaatnya dan awas…jangan dibawa bawa pikiran sahabat ke nikel di Indonesia. Indonesia bukan Vietnam. Indonesia jauh lebih pinter!!! #peace