jfid – Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo, Aminuddin Ma’ruf mengajak warga Nahdliyin Nusa Tenggara Barat (NTB) membangkitkan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Ekonomi) dan Taswirul Afkar (Gerakan Intelektual) dalam rangka menyambut satu abad Nahdlatul Ulama (NU).
“Sahabat-sahabat kalau kita refleksi sekitar satu abad yang lalu, bahwa sebelum lahirnya jam’iyah yang hari ini kita berjamaah di dalamnya yang dinamakan oleh para muasis sebagai Jami’atul NU, sebelum itu ada tiga komponen atau tiga cikal bakal berdirinya NU, yang pertama adalah gerakan Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Ekonomi),” ujarnya Aminuddin Ma’ruf saat menghadiri melaunching buku ulama NU Lombok yang diterbitkan oleh LTN NU, di aula NU NTB, Senin malam, 31 Mei 2021.
Yang kedua, lanjut Aminuddin adalah Taswirul Afkar (Gerakan Intelektual). Ia mengaku berbahagia dan memberikan apresiasi kader-kader muda NU NTB bisa menerbitkan buku yang merupakan dokumentasi para ulama NU
“Saya berbahagia sekali bahwa kader-kader muda NU NTB bisa menulis enam buku yang ini menjadi dokumentasi yang sangat penting bagi perjalanan jam’iyah NU NTB dan khususnya dokumentasi dan hadiah bagi guru-guru kita yang ditulis biografinya dan lebih membanggakan buat saya beberapa yang menulis ini adalah saya tahu adalah kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),” ujarnya.
Selanjutnya, cikal bakal NU itu adalah Nahdlatul Wathan, yaitu gerakan cinta pada tanah air. Ketum PB PMII 2014-2016 ini menjelaskan 20 tahun terakhir khususnya pasca reformasi arus gelombang demokratisasi yang sangat deras, baik demokratisasi politik dan lainnya.
Pasca tumbangnya rezim orde baru, pada saat itu NU kalau kita mempersonifikasikan lagi kepada Gus Dur bahwa gelombang demokratisasi pasca reformasi itu ditangkap oleh keluarga besar NU yang dalam perspektif. Pandangan pribadi saya yang baru berhasil hanya dalam satu bidang yaitu Nahdlatul Wathan saja.
“Apa buktinya? Pasca reformasi yang dulunya anak-anak muda NU masih naik metromini kalau di Jakarta, 1997 naik metromini 99 sudah punya rumah dinas di kalibata, ini adalah gerakan vertikal sosial politik yang luar biasa yang dialami oleh kader-kader NU pada saat itu.
Derasnya arus vertikal sosial politik, kader-kader muda NU yang pada akhirnya membuat kita terlena dalam arti apa bahwa kita melupakan dua embrio yang lai, apa itu yang pertama adalah Nahdlatut Tujjar yang kedua adalah Taswirul Afkar,” kata Aminuddin menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Ta’lif Wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Suaeb Quri menyampaikan bahwa launching enam buku yang ditulis oleh kader-kader muda NU sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan literasi bagi warga NU.
“Kita launiching buku ini, sebagai pengabdian di NU. Tidak banyak yang bisa menulis dan Alhamdulillah bisa merampungkan enam buku,” tuturnya.
Salah satunya, buku TGH Lopan, lanjutnya, beliau merupakan tokoh NU dengan gerakan dakwahnya yaitu pejuang kemasyarakatan dan kemanusiaan. “Islam dan kemasyarakatan digabungkan, Pembawa Islam pertama di Lombok. Salah satunya dengan cara membangun irigasi, beliau ajak masyarakat bertani,” jelas Suaeb Quri.
Sementara, Ketua NU NTB Prof Dr Masnun Tahir menambhakan, setiap generasi punya tokoh, setiap zama ada tokoh-tokohnya dan akan memperbaharui zamannya.
“Kehadiran Stafsus Presiden Jokowi adalah bentuk anak muda NU calon pemimpin masa depan. Saya berharap NU NTB berserta Lembaga, Banon tetap dinantikan kehadirannya oleh masyarakat,” kata Prof Masnun.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua NU NTB, Prof Dr Masnun Tahir, Rektor UNU NTB Dr Baiq Mulianah, Sekretaris Daerah NTB Lalu Gita Ariadi, Ketua dan pengurus lembaga dan banom NU NTB.