Soekarno Adalah Guru Fidel Castro

Herry Santoso By Herry Santoso
4 Min Read
- Advertisement -

jfID – Di tahun 1960 datanglah Sukarno ke Kuba. Ia dibawa disambut luar biasa dan ditempatkan ke Istana ditempat khusus. Tujuannya adalah Castro minta diajari konsep-konsep revolusi.


“Tuan Sukarno, negara ini memiliki semangat tersendiri dalam mewujudkan perubahan, kami berdiri disini sendirian dikelilingi negara-negara perkebunan tinggalan Spanyol dan Portugal, kami juga berdekatan dengan rajanya Kapitalis dunia Amerika Serikat, tiap waktu kami berjaga agar jangan sampai rudal Amerika menimpa kota kami, dan kami terpaksa bersekutu dengan Sovjet Uni agar kami aman. Memang Mao meminta kami agar bersama-sama membangun persekutuan politik, tapi karena Sovjet Uni menolak bila Mao ikut campur maka kami terpaksa melepaskan Mao, walau itu menyakitinya. Padahal kami merasa kami harus mandiri, tidak bergantung kepada negara lain seperti negara Tuan, Indonesia…”

“Begini, Yang Mulia Castro….. Sebuah negara pertama-tama harus mandiri….
Itu persyaratan terbesar sebuah revolusi. Ia tidak boleh bergantung kepada siapa-siapa, kekuatan dirinya sendiri yang menjadi ukuran. Sebuah negara harus memiliki kemandiriannya, karena kemandirian ia akan mendapatkan tiga hal : Kehormatan, Kemanusiaannya dan Kepandaiannya. Nah, untuk mencapai ini kita harus tegar menghadapi badai godaan. Saya sendiri akan melawan bila negara saya dikelilingi koloni-koloni yang kemudian akan berkembang sebagai sebuah ancaman”

Lalu Castro bertanya lagi. “Jadi apa yang harus dilakukan Kuba”….

Ad image

Sukarno menjawab “Yang harus dilakukan adalah pertama-tama Yang Mulia harus menganalisa kekuatan modal yang mulia, apa yang bisa dijadikan alat untuk mandiri, lalu gunakan modal itu 100% untuk kesejahteraan umum. Bagi saya kesejahteraan umum itu sumber kebahagiaan rakyat, negara tidak boleh menjadi tempat bagi penggarong atas nama kapital, atas nama komoditi”

Ajaran Sukarno ini kemudian benar-benar dipegang Kuba sampai sekarang.

Setelah kunjungan Sukarno, Castro memerintahkan UU Kesejahteraan Umum. Rumah Sakit, Sekolah, Sarana Publik dibuat sebaik mungkin demi kesejahteraan rakyat banyak. Sampai saat ini fasilitas kesehatan publik Kuba merupakan yang terbaik sedunia, rakyat mendapatkan hak-hak kesehatannya. Sekolah didirikan dengan gratis dan dibiayai negara. Sarana Publik amatlah rapi.

Sementara Sukarno harus mati dalam kandang sempit yang tak layak bagi orang sebesar dia.

Sukarno mati, semua ide-nya mati. Lalu di Indonesia terjadi penggarongan luar biasa, Freeport dirampok, Newmont dirampok, ladang-ladang gas bukan lagi untuk kesejahteraan umum, ladang-ladang minyak, lahan kelapa sawit. Semuanya digarong tanpa sedikitpun mengalir ke sarana kesejahteraan umum. Rakyat dibiarkan hidup secara minimal. Seorang Supriyono harus membawa mayat bayinya karena tak mampu membayar ambulance, rakyat miskin mati rebutan dzakat, ratusan ribu wanita kita eksodus ke luar negeri, berangkat tanpa kehormatan dan martabat sebagai manusia Indonesia yang cerdas dan terdidik, tapi berangkat sebagai manusia yang pasrah.

Foto: Fidel Castro dan keris pemberian Sukarno, keris itu ia hormati sebelum berpidato soal Revolusi Kuba. (Herry Santoso, dari berbagai sumber ) ***

- Advertisement -
Share This Article