Social Blockout: Bisakah Diam Menjadi Pengkhianatan?

zing By zing
2 Min Read
Di Balik Social Blockout: Bisakah Suara Rakyat Menggugat Kebungkaman Artis?
Di Balik Social Blockout: Bisakah Suara Rakyat Menggugat Kebungkaman Artis?
- Advertisement -

jfid – Dalam era digital saat ini, komunikasi telah menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, apa yang terjadi ketika kita memilih untuk diam atau melakukan ‘social blockout’? Bisakah diam ini dianggap sebagai bentuk pengkhianatan?

Apa Itu Social Blockout?

‘Social Blockout’ adalah fenomena di mana seseorang memilih untuk tidak berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Ini bisa berarti tidak membalas pesan, tidak mengambil telepon, atau bahkan memblokir seseorang dari media sosial.

Diam sebagai Pengkhianatan?

Pada pandangan pertama, mungkin sulit untuk melihat bagaimana keheningan bisa dianggap sebagai pengkhianatan.

Ad image

Namun, dalam konteks hubungan interpersonal, diam sering kali dapat menyebabkan kerusakan yang sama seperti kata-kata yang tajam.

Ketika seseorang memilih untuk diam, mereka secara efektif menutup saluran komunikasi.

Ini bisa membuat orang lain merasa diabaikan, tidak dihargai, atau bahkan ditolak. Dalam beberapa kasus, ini bisa merusak hubungan dan menimbulkan rasa sakit dan pengkhianatan.

Mengapa Orang Memilih Social Blockout?

Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin memilih untuk melakukan ‘social blockout’.

Mungkin mereka merasa terlalu stres atau kewalahan, atau mungkin mereka merasa perlu untuk melindungi diri mereka sendiri dari situasi yang merugikan atau toksik.

Bagaimanapun, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki hak untuk menetapkan batas mereka sendiri dan memilih siapa yang mereka biarkan masuk ke dalam hidup mereka.

Kesimpulan

Meskipun ‘social blockout’ bisa menjadi alat yang efektif untuk menjaga kesejahteraan mental dan emosional, penting untuk diingat bahwa tindakan ini bisa memiliki konsekuensi yang signifikan bagi orang lain.

Oleh karena itu, penting untuk berkomunikasi dengan jujur dan terbuka tentang kebutuhan dan batasan kita, dan berusaha untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain.

Ingatlah, dalam dunia yang semakin terhubung ini, kadang-kadang, diam bisa berbicara lebih keras daripada kata-kata. Jadi, mari kita gunakan kekuatan ini dengan bijaksana dan empati.

- Advertisement -
Share This Article