jfid – Slamet Ariyadi anggota DPR-RI yang berlatar belakang sebagai anak petani, memiliki kepedulian besar pada petani di Madura. Legislator yang meraup suara (133.495) terbesar ke 4 di internal PAN se-Indonesia tersebut, dipilih oleh sebagian besar para petani. Seperti kacang yang tak lupa pada kulitnya.
Slamet Ariyadi lahir sebagai politisi tanpa ada setting oligarki. Ia lahir sebagai politisi alami yang dibesarkan oleh masyarakat petani Madura. Kelahirannya bukan prematur, karena dirinya membuktikan secara nyata pada publik, jika tanpa status priyai atau memiliki popularitas tinggi, bukanlah malapetaka di dunia politik.
Selain memecahkan mitos tentang kost politik dan popularitas, sebagai modal melenggang ke senayan. Slamet (sapaan akrabnya) menyelamatkan PAN di Madura. Secara kalkulatif, PAN di Madura tergolong partai menengah ke bawah yang dipandang sebagai partai yang takkan memperoleh kursi di DPR-RI. Namun mengejutkan, Slamet Ariyadi meraup suara signifikan, bahkan terbesar di internal PAN se-Jawa Timur.
Slamet Ariyadi memiliki tekad yang sangat besar pada kehidupan petani di Madura. Dirinya tak segan, untuk turun ke sawah-sawah menanyakan keluhan-keluhan para petani. Saat para petani kesulitan air di musim kemarau, Slamet hadir dengan bantuan air bersih. Saya teringat pada Soekarno saat menemui seorang petani di Bandung bernama Marhaen dan melahirkan sebuah gagasan idiologi marhaenisme.
Putra desa Gunung Rancak, kecamatan Robatal, kabupaten Sampang tersebut, memiliki daya magnet besar pada masyarakat petani. Kehadirannya sangat dirasakan bagi para petani kecil di Madura.
Slamet Ariyadi Tetap Seperti Dulu
Sebagai anak muda yang memiliki prestasi gemilang di dunia politik, tentu orang berfikir dengan tafsir elit dan elegan. Tapi tidak dengan Slamet Ariyadi. Hingga detik ini, saya masih belum melihat seorang legislator senayan menikmati rujak dengan warga di kampung. Slamet seakan tiada jarak dengan masyarakat. Ia tidak membatasi dirinya dan tidak memposisikan dirinya sebagai politisi yang memiliki kesan elit yang nyatanya kampungan.
Media maenstrem yang sempat gegerkan publik, beberapa bulan saat Slamet duduk di kursi Senayan. Slamet Ariyadi tertangkap Camera wartawan saat belanja ikan pada pedagang asal Madura di Jakarta. Dengan memakai sarung, berkaos lengan pendek dan berkopiah hitam khas orang Madura. Bahkan, si penjual ikan asal Madura, kaget, jika si pembelinya adalah anggota DPR-RI dari Madura.
Slamet Ariyadi mengatakan dengan jujur pada publik. Saat dirinya menginjakkan kaki ke Jakarta dalam proses mendaftarkan diri ke DPP PAN sebagai Caleg DPR-RI. Dirinya mengaku naik Gojek.
Kesederhaan dan kepolosan berpolitik Slamet adalah sebuah ekspektasi kejujuran dalam bersikap. Sebagaimana seorang Gusdur, yang merubah Istana Presiden yang terkesan elit menjadi ramah dengan terbukanya istana ke tamu umum.
Mata publik kini melihat, jika Slamet Ariyadi adalah representasi utuh masyarakat Madura secara kultural. Ia adalah Santri yang tetap menjaga kesantriannya, walaupun pada hakekatnya, ia sederajat dengan Kyai. Karena Slamet tidak sekedar mengamalkan ilmu, tapi menerapkan ilmu.
Kini, dikalangan kaum milenial Madura, merebak yang saya sebut Slametisme (Para Fans Fanatik Slamet). Slamet dalam usianya yang masih muda, memikul beban besar, karena menjadi percontohan teladan bagi para pemuda.
Jika di Jakarta ada Imam Petamburan, maka di Madura, Slamet sebagai Imamnya. Kita bisa melihat, saat sebuah facebook bernama Slamet Riyadi memposting status, ada ribuan bahkan puluhan ribu like dan komentar do’a keselamatan, dan apakah itu bukan parameter seorang Imam?
Slamet Ariyadi Seperti Adik Kandung Eddy Soeparno
Siapakah Eddy Soeparno? Apakah anda mengenalnya? Ia, namanya yang pernah mengagetkan publik Indonesia. Saat Zulkifli Hazan mengumumkan Sekertaris Jendral Partai Amanat Nasional (Sekjen PAN) periode kepengurusan 2015-2020 bernama Eddy Soeparno.
Perjalanan politik Eddy Soeparno memiliki kesamaan biologis dengan Slamet Ariyadi. Sebagaimana artikel yang ditulis di tirto.id, jika terpilihnya Eddy Soeparno sebagai Sekjen PAN mengejutkan banyak pihak (pada periode 2015–2020).
“Sebelum didapuk menjadi sekjen, Eddy bukanlah nama yang amat dikenal di kalangan kader partai matahari biru itu. Nama-nama yang beredar untuk posisi sekjen saat itu adalah Didik J Rachbini (Ketua DPP), Suyoto (Ketua DPW Jatim), Wahyu Kristanto (Ketua DPW Jateng), Mashfuk (Politikus Senior PAN), Hanafi Rais (Anggota DPR sekaligus putra Amien Rais) dan terakhir adalah Teguh Juwarno (Anggota DPR PAN),” dilansir dari tirto.id, Selasa (5/1/2021).
Slamet Ariyadi lahir sebagai politisi karena panggilan. Tampak memiliki kesamaan dengan Mohammad Eddy Dwiyanto Soeparno, yang dipanggil untuk membesarkan PAN oleh Zulkifli Hazan.
Sikap santun dan dingin dari sosok Eddy Soeparno, semacam diwarisi Slamet Ariyadi. Saya tidak heran, jika Slamet ditunjuk sebagai Wasekjen DPP PAN untuk bekerja keras mendampingi sang kakak.
Sikap dingin Eddy Soeparno dan kadang sikapnya subversif menentang ketidakadilan juga dimiliki Slamet Ariyadi. Coba kita geledah, bagaimana artikulasi bahasa hati pak Sekjen sebagai politisi, menentang regulaai PLN.
“Saya menerima banyaknya keluhan warga yang minta keringanan cicilan, tapi oleh PLN justru materainya dicabut dan listriknya diputus. Apa tidak ada empati dari PLN untuk warga yang sedang kesusahan?” sikap Eddy Soeparno.
Saya menafsirkan, kata demi kata yang diucapkan kalimat di atas. Berkesimpulan, Eddy yang dikenal santun, jangan kira tidak geram ketika melihat sebuah ketidakadilan.
Kesamaan-kesamaan Eddy Soeparno dan Slamet Ariyadi dalam berempati pada masyarakat kecil, sungguh tak ada duanya.
Dilain hal, coba kita lihat latar belakang kedua tokoh tersebut, Eddy yang menyandang gelar sarjana hukum internasional dan magister hukum ekonomi dari Universitas Indonesia. Slamet juga menyandang lulusan terbaik dari jurusan psikologi, fakultas ilmu sosial dan budaya, Universitas Trunojoyo. Masih satu tingkat di bawah pak Sekjen.
Kesamaan lain, Eddy Soeparno yang pernah menjabat direktur investasi di Bank Amerika Merrill Lynch. Slamet juga pernah memiliki usaha warung dari modal pinjaman.
Sumber Riset: tirto.id, eddysoeparno.com, dan potret kehidupan Slamet Ariyadi.