Skala Prioritas antara Ibu, Istri atau Anak Perempuan: Sebuah Pertanyaan yang Tidak Perlu Ditanyakan

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
5 Min Read
family, walking, countryside
- Advertisement -

jfid – Anda mungkin pernah mendengar atau melihat pertanyaan yang sedang viral di media sosial: mana yang lebih prioritas antara ibu, istri, atau anak perempuan?

Pertanyaan ini seolah-olah menuntut kita untuk memilih salah satu dari tiga perempuan yang ada di hidup kita, seolah-olah mereka saling bersaing dan bertentangan.

Pertanyaan ini seolah-olah menggambarkan bahwa kita hidup dalam dunia yang hitam putih, di mana kita harus memutuskan siapa yang lebih penting dan siapa yang lebih diabaikan.

Pertanyaan ini sebenarnya sangat tidak masuk akal dan tidak relevan. Karena kita tidak bisa membandingkan dan menilai perempuan-perempuan yang berbeda peran, fungsi, dan kedudukan dalam hidup kita.

Ad image

Kita tidak bisa mengukur cinta dan kasih sayang kita kepada mereka dengan skala yang sama. Kita tidak bisa mengorbankan salah satu demi yang lain, karena mereka semua adalah bagian dari diri kita.

Ibu adalah orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita, yang telah memberikan kita kehidupan dan pendidikan, yang telah mengorbankan banyak hal demi kita.

Ibu adalah orang yang selalu mendoakan dan menyayangi kita, yang selalu memberikan kita nasihat dan bimbingan, yang selalu menghibur dan menenangkan kita. Ibu adalah orang yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun.

Istri adalah orang yang telah menikah dengan kita, yang telah menjadi pasangan hidup dan sahabat kita, yang telah berbagi suka dan duka dengan kita.

Istri adalah orang yang selalu mendukung dan membantu kita, yang selalu setia dan sabar dengan kita, yang selalu menghormati dan menghargai kita. Istri adalah orang yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapa pun.

Anak perempuan adalah orang yang telah dilahirkan oleh kita, yang telah menjadi buah hati dan harapan kita, yang telah memberikan kita kebahagiaan dan kebanggaan.

Anak perempuan adalah orang yang selalu mengikuti dan meniru kita, yang selalu belajar dan berkembang dengan kita, yang selalu menghormati dan mencintai kita. Anak perempuan adalah orang yang tidak bisa dilepaskan oleh siapa pun.

Mereka semua adalah perempuan yang sangat berharga dan berarti dalam hidup kita. Mereka semua adalah perempuan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan Allah SWT.

Mereka semua adalah perempuan yang harus kita hormati, sayangi, dan lindungi. Mereka semua adalah perempuan yang tidak bisa kita bandingkan dan nilai dengan skala yang sama.

Lalu, mengapa kita harus memilih salah satu dari mereka? Mengapa kita harus membuat skala prioritas yang kaku dan baku? Mengapa kita harus menimbulkan persaingan dan permusuhan antara mereka? Mengapa kita harus menempatkan mereka dalam posisi yang saling bertentangan dan berlawanan?

Apakah kita tidak sadar bahwa pertanyaan ini sebenarnya adalah hasil dari budaya patriarki yang telah meracuni pikiran dan hati kita? Budaya yang menganggap perempuan sebagai objek yang bisa dikontrol, dimanfaatkan, dan dikorbankan oleh laki-laki.

Budaya yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang lemah, bodoh, dan tidak berharga. Budaya yang menganggap perempuan sebagai beban, tanggungan, dan dosa.

Budaya patriarki ini telah membuat kita lupa bahwa perempuan adalah makhluk yang mulia, cerdas, dan berharga. Perempuan adalah makhluk yang kuat, mandiri, dan berdaya.

Perempuan adalah makhluk yang berhak, bertanggung jawab, dan berkontribusi. Perempuan adalah makhluk yang memiliki martabat, hak asasi, dan kesejahteraan.

Budaya patriarki ini telah membuat kita lupa bahwa perempuan adalah mitra, saudara, dan teman kita. Perempuan adalah ibu, istri, dan anak kita. Perempuan adalah guru, pemimpin, dan pejuang kita. Perempuan adalah inspirasi, motivasi, dan solusi kita.

Budaya patriarki ini telah membuat kita lupa bahwa perempuan adalah sebagian dari kita, dan kita adalah sebagian dari mereka.

Perempuan adalah separuh dari umat, dan umat adalah separuh dari perempuan. Perempuan adalah separuh dari agama, dan agama adalah separuh dari perempuan. Perempuan adalah separuh dari dunia, dan dunia adalah separuh dari perempuan.

Jadi, sudah saatnya kita menghapus pertanyaan yang tidak perlu ini dari pikiran dan hati kita. Sudah saatnya kita menghentikan perdebatan yang tidak bermanfaat ini dari mulut dan tangan kita.

Sudah saatnya kita mengubah pola pikir dan sikap kita terhadap perempuan. Sudah saatnya kita menghargai, menghormati, dan mencintai perempuan.

Karena perempuan bukanlah pilihan, perempuan adalah kewajiban. Karena perempuan bukanlah prioritas, perempuan adalah kesempurnaan. Karena perempuan bukanlah pertanyaan, perempuan adalah jawaban.

- Advertisement -
Share This Article