jfid – Hamas, kelompok militan Islamis yang menguasai Jalur Gaza, baru-baru ini mengejutkan dunia dengan serangan-serangan brutalnya terhadap Israel.
Ribuan roket dan rudal, pesawat tak berawak yang menjatuhkan bahan peledak, dan senjata ringan serta amunisi tak terhitung jumlahnya digunakan oleh Hamas untuk menyerang Israel.
Namun, dari mana sebenarnya Hamas mendapatkan senjata-senjata tersebut? Bagaimana mereka bisa mengumpulkan persenjataan yang begitu banyak di tengah blokade militer yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir sejak 2006? Bagaimana mereka bisa mengelabui pengawasan udara dan laut yang ketat dari Israel?
Jawabannya, menurut para ahli, adalah melalui kombinasi kecerdikan, improvisasi, keteguhan, dan seorang pendukung luar negeri yang penting.
Iran: Pemasok dan Mentor Utama Hamas
Para ahli sepakat bahwa Iran adalah pemasok dan mentor utama Hamas dalam hal persenjataan. Iran telah menyelundupkan senjata-senjata ke Jalur Gaza melalui terowongan-terowongan rahasia di bawah perbatasan Mesir-Gaza atau perahu-perahu yang lolos dari blokade Laut Tengah.
Iran juga telah mengirimkan beberapa jenis roket dan rudal canggih ke Hamas melalui laut, dalam bentuk komponen-komponen yang kemudian dirakit di Gaza.
Selain itu, Iran juga telah memberikan pelatihan militer kepada anggota-anggota Hamas melalui Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan kelompok-kelompok proksi Iran.
Ukraina: Terlibat dalam Perdagangan Gelap Senjata?
Namun, ada juga tuduhan bahwa senjata-senjata yang digunakan oleh Hamas untuk menyerang Israel justru berasal dari Amerika Serikat (AS) yang dikirimkan untuk Ukraina.
Tuduhan ini dilontarkan oleh mantan Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, yang mengklaim bahwa senjata-senjata NATO dan AS yang dipasok untuk Ukraina juga aktif dipakai di Israel.
Medvedev menuduh pemerintah Ukraina turut terlibat dalam perdagangan gelap rudal, tank, dan pesawat yang berasal dari Kyiv. Ia juga mengingatkan bahwa senjata-senjata tersebut bisa berakhir seperti yang ditinggalkan pasukan AS di Afghanistan.
Tuduhan Medvedev ini dibantah keras oleh Duta Besar Israel untuk Rusia, Alexander Ben Zvi, yang mengaku tidak memiliki informasi sama sekali terkait senjata-senjata yang dikirim ke Ukraina yang justru malah jatuh ke tangan Hamas.
Di sisi lain, Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina (HUR) menyatakan bahwa tuduhan Rusia adalah bagian dari strategi untuk melemahkan posisi Ukraina di Timur Tengah.
Mereka menilai bahwa Moskow telah sengaja menyebarkan narasi tersebut dan ingin membuat keraguan negara-negara Barat yang selama ini menyuplai senjata untuk Ukraina.
Menurut badan intelijen Ukraina tersebut, mereka berkata sebaliknya. Rusia adalah pemasok senjata-senjata Barat yang disita di Ukraina dan diberikan kepada Hamas dalam upaya mendiskreditkan Kyiv.
Hamas: Mengandalkan Roket Lokal
Selain mendapatkan senjata-senjata dari luar negeri, Hamas juga mengandalkan roket-roket lokal yang dibuat sendiri di Jalur Gaza. Roket-roket ini merupakan senjata andalan Hamas karena mampu menjangkau jarak jauh dengan biaya murah dan cara pembuatan yang relatif mudah.
Hamas memiliki berbagai jenis roket lokal, seperti Qassam, Grad, M-75, J-80, dan R-160. Roket-roket ini memiliki jangkauan antara 10 hingga 200 kilometer dan mampu membawa hulu ledak antara 5 hingga 90 kilogram.
Hamas juga memiliki roket-roket yang disalin dari desain Iran, seperti Fajr-3, Fajr-5, dan M302. Roket-roket ini memiliki jangkauan antara 45 hingga 200 kilometer dan mampu membawa hulu ledak antara 45 hingga 175 kilogram.
Kesimpulan
Hamas memiliki kemampuan militer yang cukup mengesankan mengingat keterbatasan sumber daya dan akses yang mereka hadapi di Jalur Gaza.
Hamas mendapatkan senjata-senjata mereka melalui berbagai cara, seperti penyelundupan, pembuatan lokal, dan bantuan dari Iran.
Namun, ada juga tuduhan bahwa senjata-senjata Hamas berasal dari AS yang dikirim untuk Ukraina. Tuduhan ini dibantah oleh Israel dan Ukraina, yang menuduh Rusia sebagai dalang di baliknya.