Sebelum Proklamasi, Kita Telah Mendukung Kemerdekaan Palestina

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
3 Min Read
A Palestinian man argues with an Israeli border policewoman during a protest marking the 72nd anniversary of Nakba and against Israeli plan to annex parts of the occupied West Bank, in the village of Sawiya near Nablus in the Israeli-occupied West Bank May 15, 2020. REUTERS/Mohamad Torokman TPX IMAGES OF THE DAY
- Advertisement -

Oleh: ????? ???????

jfid – Sejak akhir tahun 1920-an, perhatian terhadap perjuangan bangsa Palestina telah menjadi perhatian para pendiri Republik ini. Dari beberapa karangan yang saya baca, seperti artikel A.M. Sangadji yang dipetik di bawah ini, karangan H. Agoes Salim, A.R. Baswedan, hingga Moehammad Sardjan, aksi pembelaan dan pemberian dukungan terhadap bangsa Palestina bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Arab totok yang tinggal di Indonesia saja, atau peranakan Arab yang lahir dan besar di Indonesia, tetapi oleh seluruh umat Islam.

Bagi mereka, ada tiga faktor yang saling kait-mengait kenapa umat Islam dan bangsa-bangsa Timur pada umumnya terikat dengan isu Palestina. Pertama, adalah persoalan ukhuwah Islamiah, atau persaudaraan sesama muslim. Inilah faktor pertama yang telah menautkan umat Islam Indonesia dengan saudaranya bangsa Palestina. Kedua, nasionalisme bangsa Arab. Hingga awal abad ke-20, selama lebih dari 1.300 tahun tanah Palestina telah menjadi tanah air bagi bangsa Arab Palestina. Sehingga, proposal Inggris untuk membagi dua tanah Palestina menjadi dua, sejak awal telah menyinggung perasaan bangsa-bangsa Arab. Dan ketiga, Palestina adalah simbol perlawanan terhadap imperialisme Barat. Sejak tahun 1920-an, isu perjuangan Palestina telah melampaui isu agama dan sentimen rasial, sehingga tak heran jika tokoh seperti Jawaharlal Nehru dan tokoh-tokoh pergerakan di India sejak awal juga sangat mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina.

Sejak tahun 1920-an, aksi dukungan terhadap perjuangan Palestina bukan hanya dilakukan lewat retorika dan seruan belaka, melainkan juga dengan menggalang dukungan materil. Karangan-karangan H.O.S. Tjokroaminoto, menurut Moehammad Sardjan (1939), banyak sekali yang memberikan pembelaan terhadap perjuangan bangsa Palestina. Sementara, aksi-aksi penggalangan dana untuk Palestina umumnya dilakukan organisasi-organisasi Islam dan surat-surat kabar Islam. Dengan perantara jaringan keturunan Arab yang ada di Indonesia, dana itu kemudian disalurkan ke Palestina.

Ad image

Jadi, jejak dukungan bangsa kita terhadap perjuangan bangsa Palestina bukan baru dilakukan sesudah Indonesia merdeka, melainkan telah dimulai sejak kita masih belum merdeka. Dan dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina tersebut bukan semata-mata karena soal sentimen agama dan “kadrun” (baca: Arabisme) sebagaimana yang sering dituduhkan oleh sejumlah orang yang berpikiran julid, tetapi karena berangkat dari perasaan senasib sebagai sesama bangsa terjajah.

Saya setuju dengan Chomsky, bahwa orang-orang yang hari ini mendukung Israel sebenarnya adalah para pendukung kehancuran moral pada level yang tak terperi.

- Advertisement -
Share This Article