Sarung, Simbol Budaya dan Perjuangan Santri jadi Pakaian Wajib Hari Santri

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
6 Min Read
- Advertisement -

jfid – Sarung adalah salah satu pakaian yang identik dengan santri, yaitu para pengikut ajaran Islam yang belajar di pesantren.

Sarung tidak hanya digunakan sebagai bawahan untuk beribadah, tetapi juga sebagai busana sehari-hari, selimut, bahkan alat bermain. Sarung memiliki sejarah, kontroversi, dan filosofi yang menarik untuk diketahui.

Pada tahun 2023, Kementerian Agama mengeluarkan surat edaran yang menetapkan pakaian wajib untuk apel hari santri, yaitu peci hitam, atasan putih, dan bawahan sarung. Apel hari santri dilakukan untuk memperingati peran santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Tanggal 22 Oktober dipilih sebagai hari santri karena pada tanggal tersebut, pada tahun 1945, KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan resolusi jihad yang mengajak santri untuk berjuang melawan penjajah Belanda.

Ad image

Sarung dipilih sebagai pakaian wajib karena sarung memiliki makna dan filosofi yang mendalam bagi santri. Sarung merupakan simbol budaya yang tidak dimiliki bangsa dan negara lain.

Sarung juga merupakan simbol kesederhanaan, kerendahan hati, dan kebersamaan. Sarung mengajarkan santri untuk mengendalikan nafsu, menjaga aurat, dan menjauhi sikap buruk.

Sejarah Sarung di Indonesia

Sarung bukanlah pakaian asli Indonesia, melainkan berasal dari Yaman yang disebut dengan futah. Sarung dibawa oleh pedagang Arab dan India ke Indonesia sejak abad ke-14. Sarung kemudian berkembang sesuai dengan budaya dan tradisi setempat. Setiap daerah memiliki motif dan warna sarung yang khas.

Pada zaman penjajahan Belanda, sarung menjadi identik dengan perjuangan melawan budaya Barat yang dibawa oleh para penjajah. Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung, sedangkan kaum nasionalis abangan hampir meninggalkan sarung.

Salah satu tokoh pejuang yang tetap menggunakan sarung adalah KH Abdul Wahab Hasbullah, seorang tokoh penting di Nahdlatul Ulama (NU). Ia pernah datang ke istana Presiden Soekarno dengan mengenakan jas dan sarung sebagai simbol perlawanan terhadap budaya Barat.

Kontroversi Sejarah Sarung

Meskipun sarung sudah menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia, ada beberapa kontroversi seputar sejarah sarung. Salah satunya adalah klaim Malaysia yang mengatakan bahwa sarung adalah warisan budaya mereka.

Klaim ini muncul ketika Malaysia mengirimkan permohonan kepada UNESCO untuk menetapkan kain pelikat, yaitu sebutan sarung di Malaysia, sebagai warisan dunia.

Klaim ini menuai protes dari Indonesia, karena sarung bukanlah milik eksklusif Malaysia, melainkan juga digunakan oleh banyak negara lain di Asia Tenggara.

Selain itu, sarung di Indonesia memiliki variasi motif dan warna yang lebih banyak daripada kain pelikat di Malaysia. Indonesia juga memiliki kain tenun Donggala yang merupakan salah satu jenis sarung tertua di dunia.

Kontroversi lainnya adalah tentang penggunaan sarung oleh wanita. Di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh dan Padang, sarung adalah pakaian unisex yang bisa dikenakan oleh pria maupun wanita.

Namun di daerah lain, seperti Jawa dan Bali, sarung lebih identik dengan pakaian pria. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah wanita boleh menggunakan sarung atau tidak.

Menurut beberapa ulama, wanita boleh menggunakan sarung asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti menutup aurat, tidak menyerupai pakaian pria, dan tidak menimbulkan fitnah.

Wanita juga harus membedakan cara memakai sarung dengan cara pria. Misalnya, wanita harus memakai ikat pinggang atau sabuk agar sarung tidak mudah lepas.

Filosofi Sarung bagi Santri

Sarung memiliki filosofi yang mendalam bagi santri. Sarung mengajarkan santri untuk bersikap sederhana, rendah hati, dan bersama-sama. Sarung juga mengajarkan santri untuk mengendalikan nafsu, menjaga aurat, dan menjauhi sikap buruk. Berikut adalah beberapa filosofi sarung bagi santri:

Sarung adalah kain yang panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki karet, resleting, atau kancing. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki pemikiran yang luas dan tidak sempit, serta tidak terikat oleh hal-hal yang menghalangi kemajuan.

Sarung adalah kain yang adem dan nyaman dipakai. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki hati yang adem dan tidak mudah emosi, serta harus membuat orang lain merasa nyaman dan damai.

Sarung adalah kain yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti bawahan, selimut, alat bermain, bahkan senjata. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus memiliki kreativitas dan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai situasi dan tantangan.

Sarung adalah kain yang memiliki motif dan warna yang beragam. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus menghargai keragaman dan keberagaman dalam masyarakat, serta tidak membeda-bedakan orang berdasarkan suku, ras, agama, atau golongan.

Sarung adalah kain yang harus diikat dengan benar agar tidak lepas. Hal ini menggambarkan bahwa santri harus menjaga komitmen dan tanggung jawab dalam segala hal, serta tidak mudah goyah atau tergoda oleh hal-hal yang negatif.

Demikianlah berita tentang sarung sebagai pakaian wajib apel hari santri 2023. Semoga berita ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi pembaca. Terima kasih telah membaca.

- Advertisement -
Share This Article