Rusia vs Baltik: Perang Dingin Baru di Balik Monumen Soviet

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
13 Min Read
Mengapa Rusia Memburu PM Estonia Kaja Kallas? Ini Penjelasan Lengkapnya
Mengapa Rusia Memburu PM Estonia Kaja Kallas? Ini Penjelasan Lengkapnya
- Advertisement -

Perseteruan antara Rusia dan negara-negara Baltik karena masalah monumen, bukanlah hal yang baru. Sejak merdeka, negara-negara Baltik telah berusaha untuk menghapus jejak-jejak Soviet dari wilayah mereka, termasuk dengan merobohkan atau memindahkan monumen-monumen yang dianggap kontroversial.

Hal ini sering menimbulkan protes dan kecaman dari pihak Rusia, yang menganggapnya sebagai penghinaan terhadap sejarah dan martir mereka.

Salah satu kasus yang paling memanas adalah peristiwa Pemindahan Patung Perunggu di Tallinn, ibu kota Estonia, pada tahun 2007.

Patung tersebut, yang dikenal sebagai Monumen Tentara Merah atau Monumen Pembebas, adalah sebuah patung tentara Soviet yang dibangun pada tahun 1947 untuk mengenang mereka yang gugur dalam membebaskan Estonia dari Nazi.

Ad image

Namun, bagi banyak orang Estonia, patung tersebut adalah simbol pendudukan Soviet dan kekejaman Stalin. Pada tahun 2007, pemerintah Estonia memutuskan untuk memindahkan patung tersebut dari pusat kota ke sebuah kuburan militer, dengan alasan untuk menghindari kerusuhan dan vandalisme.

Keputusan ini memicu kemarahan dari pihak Rusia, yang menganggapnya sebagai tindakan tidak hormat dan provokatif.

Rusia melakukan berbagai tindakan balasan, seperti memanggil duta besar Estonia, memblokir transportasi dan perdagangan, dan mendukung demonstrasi besar-besaran di depan kedutaan Estonia di Moskow, yang berujung pada kerusakan dan kekerasan.

Selain itu, Rusia juga diduga melakukan serangan siber terhadap situs-situs pemerintah dan media Estonia, yang mengganggu layanan internet dan komunikasi di negara tersebut.

Peristiwa ini menunjukkan betapa sensitifnya isu monumen bagi hubungan antara Rusia dan negara-negara Baltik, yang sudah memburuk sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2014.

Negara-negara Baltik, yang memiliki populasi minoritas Rusia yang signifikan, khawatir bahwa Rusia akan mencoba untuk mengintervensi atau bahkan menginvasi wilayah mereka, dengan dalih melindungi hak-hak orang-orang Rusia.

Mereka juga merasa terancam oleh peningkatan aktivitas militer Rusia di sekitar perbatasan dan Laut Baltik, yang meliputi latihan, patroli, dan provokasi.

Untuk menghadapi ancaman ini, negara-negara Baltik telah meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan sekutu-sekutu mereka di UE dan NATO, yang telah memberikan bantuan politik, ekonomi, dan militer.

NATO, misalnya, telah mengirimkan pasukan dan peralatan ke negara-negara Baltik, serta melakukan latihan bersama dan operasi udara. UE juga telah memberikan sanksi-sanksi terhadap Rusia, serta membantu negara-negara Baltik dalam mengatasi ketergantungan energi mereka terhadap Rusia.

Respons: Solidaritas dan Sanksi

- Advertisement -
Share This Article