jfid – Aroma harum pandan bercampur gula merah cair, diiringi bunyi seruling bambu yang merdu, menandakan kehadiran kue putu bambu. Sajian manis tradisional ini selalu dinanti-nanti, tak hanya di Hari Raya Lebaran, tapi juga di momen spesial lainnya.
Rasanya yang legit, teksturnya yang lembut, dan aromanya yang khas, menjadikan kue putu bambu sebagai primadona di antara jajanan tradisional Indonesia.
Sejarah dan Makna Kue Putu Bambu
Kue putu bambu memiliki sejarah panjang yang tertanam dalam budaya Indonesia. Asal-usulnya masih menjadi perdebatan, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa kue ini berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Jawa Barat, kue putu bambu sering dikaitkan dengan legenda Sunan Kalijaga yang menyebarkan agama Islam dengan cara yang kreatif.
Kue putu bambu terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan air dan garam, kemudian diisi dengan gula merah cair dan dikukus di dalam tabung bambu. Tabung bambu ini memiliki makna simbolis, melambangkan kesederhanaan dan kedekatan dengan alam.
Bunyi seruling bambu yang dihasilkan saat penjual menjajakan kue putu bambu, juga memiliki makna tersendiri. Bunyi tersebut diibaratkan sebagai seruan untuk mengajak orang-orang berbuka puasa di bulan Ramadhan.