jfid – Tidak ada yang bisa memulai hari lebih mengejutkan dari menemukan sesosok mayat tergantung di pohon, kan?
Nah, begitulah nasib warga di sekitar Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan yang geger dengan penemuan mayat pria tanpa identitas yang tergantung di sebuah pohon.
Tentu saja, pemandangan ini bukan sesuatu yang biasa terjadi setiap pagi ketika orang-orang sedang bersiap berangkat kerja atau sekolah.
Mayat pria malang tersebut ditemukan pada Minggu pagi. Pihak kepolisian yang segera tiba di lokasi kejadian, melakukan evakuasi dan penyelidikan lebih lanjut.
Tidak ditemukan identitas apa pun pada korban, bahkan ponselnya pun terlihat mencurigakan karena seluruh riwayat panggilan telah dihapus. Seakan-akan pria ini ingin memastikan dirinya tetap misterius hingga akhir hayatnya.
Jika kita berpikir dari perspektif kritis, ada sesuatu yang ironis tentang tragedi ini. Di tengah hiruk-pikuk kota yang tidak pernah tidur, di antara deru kendaraan yang tak henti-henti, bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan tindakan setenang itu tanpa terdeteksi?
Apakah ini merupakan kegagalan kita sebagai masyarakat yang terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak lagi peka terhadap sekitar? Atau mungkin ini justru pengingat pahit tentang keterasingan di tengah keramaian metropolitan?
Anehnya, lokasi penemuan mayat ini berada di dekat jalan tol, yang biasanya ramai dengan lalu lalang kendaraan.
Namun, seperti sebuah lelucon gelap, tempat ini justru menjadi saksi bisu dari akhir hidup seseorang.
Ini mengingatkan saya pada pepatah lama, “Di mana ada keramaian, di situ pula kesepian menemukan jalannya.”
Dalam perbincangan yang tak kunjung reda di media sosial, berbagai spekulasi muncul. Ada yang mengatakan mungkin korban adalah orang yang putus asa, atau bisa jadi dia adalah korban dari sebuah kejahatan yang disamarkan.
Pihak kepolisian sendiri masih menyelidiki lebih lanjut dan berharap bisa menemukan petunjuk dari autopsi yang dilakukan di RSUD setempat.
Sebagai penutup dari kisah tragis ini, mari kita refleksikan kembali. Apakah kita sudah cukup peduli dengan orang-orang di sekitar kita? Atau kita hanya menjadi penonton pasif yang hanya tergerak ketika berita seperti ini mencuat?
Semoga cerita ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli dan waspada, karena siapa tahu, ada seseorang di sekitar kita yang membutuhkan uluran tangan tanpa kita sadari.