jfid – Pada Senin (20/5/2024), Iran dilanda duka setelah Presiden Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia.
Helikopter yang ditumpanginya hilang kontak pada Minggu sore dan ditemukan dalam kondisi hancur berkeping-keping.
Kecelakaan ini memicu berbagai spekulasi, termasuk tudingan yang menyebut Israel sebagai dalang di balik insiden tersebut.
Hubungan Iran dan Israel yang terus memburuk membuat berbagai pihak mencurigai adanya campur tangan intelijen Israel, Mossad, dalam kecelakaan ini.
Melansir dari CNBC, Mantan anggota Parlemen Eropa, Nick Griffin, mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan India Mint bahwa ada alasan kuat untuk menduga keterlibatan Israel. Raisi diketahui mendukung berbagai proksi Teheran yang aktif memerangi Israel di Timur Tengah.
Griffin juga menyebutkan dalam sebuah postingan di platform media sosial X bahwa Raisi baru saja meresmikan bendungan pembangkit listrik tenaga air Qiz Qalasi bersama Presiden Azerbaijan.
Kolaborasi ini berpotensi meredakan ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia, yang bisa merugikan kepentingan Israel.
Selama ini, Israel meraih keuntungan besar dari penjualan senjata ke Azerbaijan untuk melawan Armenia di Nagorno-Karabakh, wilayah yang didukung oleh Iran.
“Perang yang terus berlanjut merupakan kombinasi keuntungan bagi industri senjata besar Israel dan kebencian lama terhadap Armenia,” kata Griffin.
Rekam jejak Israel dalam menargetkan pejabat tinggi Iran juga memperkuat spekulasi ini.
Tel Aviv sebelumnya berhasil melumpuhkan sejumlah jenderal Iran, termasuk Mohammad Reza Zahedi di Damaskus.
Pada akhir 2020, ilmuwan nuklir senior Iran, Mohsen Fakhrizadeh, juga tewas dalam sebuah serangan yang diduga kuat dilakukan oleh Israel.
Setelah konflik Gaza yang pecah pada 7 Oktober, Raisi mengambil langkah keras terhadap Israel.
Ia mengutuk serangan Israel ke Gaza dan mendukung proksi Iran seperti Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon untuk melancarkan serangan balasan.
Pada hari kecelakaan, Raisi kembali menegaskan dukungan Iran untuk Palestina, menyebutnya sebagai “isu pertama dunia Muslim”.
Namun, spekulasi ini mendapat bantahan dari pihak Israel.
Mantan kepala intelijen militer Israel, IDF, Tamir Hayman, menyatakan bahwa kematian Raisi tidak akan memiliki dampak strategis besar bagi Israel.
Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya juga mengatakan kepada Reuters, “Bukan kami.”
Sementara itu, media pemerintah Iran melaporkan bahwa kecelakaan helikopter tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh cuaca buruk yang melanda rute penerbangan.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari Iran yang menuding langsung Israel sebagai dalang di balik insiden tragis ini.
Kasus ini masih menjadi misteri dan memerlukan investigasi lebih lanjut untuk mengungkap kebenarannya.
Yang jelas, meninggalnya Ebrahim Raisi menambah babak baru dalam dinamika geopolitik Timur Tengah yang sudah kompleks dan penuh dengan ketegangan.