jfID – Corona memaksa dunia Pendidikan, terkhusus kepada pelajar untuk belajar melalui metode Daring. Hal itu menimbulkan potret pembelajaran tidak merata, dan cendrung tidak efektive. Sabtu, 6 Juni 2020.
Hal itu diakui oleh Abdurrahim, S. Ag, M.Pd.I, salah satu Kepala Sekolah SMA Al-Ma’arif Bonder, sekaligus Sekertaris Pergunu Cabang Lombok Tengah.
Saat dikonfirmasi, Abdurrahim, S. Ag, M.Pd.I menegaskan bahwa kondisi peserta didik sangat memprihatinkan dalam masa Corona, sebab proses pembelajaran yang digunakan menggunakan metode Daring.
“anak-anak (red. Peserta didik) banyak yang tidak punya Handphone, yang punya Handphone tidak bisa beli kuota internet, yang punya Handphone kemudian kuota internet, terkendala jaringan,” keluh Abdurrahim.
Menurut Abdurrahim, S.Ag, M.Pd.I, pembelajaran akan efektif jika lingkungan tempat peserta didik tersebut mendukung kegiatan belajar mengajar.
“fakta berkata lain, pelajar di Desa ketika musim Corona, orang tua atau wali murid menggunakan tenaga sebagian anaknya membantu kerja di sawah atau ladang,” bebernya.
Selain itu, Abdurrahim, S.Ag, M.Pd.I membandingkan kondisi peserta didik di Pedesaan dengan peserta didik di Perkotaan.
“kalau di Kota, sarana dan prasarana semua mendukung, baik tenaga pendidiknya ataupun pelajarnya, tetapi kalau di Pedesaan sangat kurang, itu tidak hanya pada pelajarnya tetapi pada gurunya, termasuk lingkungannya” bandingnya.
Abdurrahim, S.Ag, M.Pdi, lantas memberikan saran kepada Pemerintah untuk memberikan sarana dan prasarana yang memadai, serta bagaimana bisa memberikan semangat kepada Guru terutama para Guru Honorer yang jelas terdampak Covid 19 dan luput dari perhatian Pemerintah.
“saya kira selain upaya-upaya manual yang dilakukan oleh Sekolah dengan membuat kelompok-kelompok belajar dimana rumah pelajar, selain itu meminta kepada Pemerintah untuk memperhatikan guru honor yang belum dapat sertifikasi,” tutupnya.
Terpisah, Ahmad Syukur salah satu Guru Pendidikan Agama Islam SMPN Satap Emboan, Desa Mangkung, Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah mengatakan libur panjang akibat virus Corona seolah memutus harapan dan semangat para peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Selain itu, libur panjang mengakibatkan banyaknya peserta didik terpaksa melangsungkan pernikahan.
“,itu yang kita khawatirkan, para peserta didik di Desa atau pelosok Desa tidak semangat, bahkan kasus yang terjadi di SMP tempat kami mengajar, setidaknya ada 5 orang yang menikah, dan itu rata-rata masih di bawah umur,” terangnya.