jfid – Anies Baswedan, salah satu calon presiden nomor urut 1 dalam Pilpres 2024, menarik perhatian publik dengan penggunaan bahasa yang ia lontarkan dalam debat capres-cawapres yang diselenggarakan oleh KPU.
Dalam debat yang berlangsung pada tanggal 12 Desember 2023, Anies Baswedan menggunakan beberapa istilah dan ungkapan yang tidak lazim, seperti “keadilan sosial”, “cita-cita nasional”, “keseimbangan antara hak dan kewajiban”, “kekeluargaan dan persatuan nasional”, “musyawarah”, dan “kebebasan bertanggung jawab”.
Apa makna di balik pola bahasa yang digunakan oleh Anies Baswedan ini? Dan siapa saja yang pernah menggunakan pola bahasa yang serupa dalam debat sebelumnya?
Makna Pola Bahasa Anies Baswedan
Menurut Moh. Aris Prasetiyanto, seorang peneliti bahasa yang melakukan analisis wacana kritis terhadap teks debat Anies Baswedan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017, pola bahasa yang digunakan oleh Anies Baswedan memiliki makna yang mendalam dan strategis.
Prasetiyanto mengatakan bahwa pola bahasa Anies Baswedan terdiri dari tiga elemen, yaitu struktur makro, struktur mikro, dan nilai-nilai kepemimpinan.
Struktur makro adalah tema utama yang menjadi fokus pembahasan dalam debat. Prasetiyanto menemukan bahwa Anies Baswedan memiliki tiga tema utama, yaitu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan, mengupayakan sistem pemerintahan yang terbuka dan penataan kawasan, dan keberpihakan terhadap kaum perempuan, anak, dan difabel.
Tema-tema ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan memiliki visi yang jelas dan komprehensif tentang apa yang ingin ia capai sebagai pemimpin.
Struktur mikro adalah elemen-elemen yang membangun teks debat, seperti semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
Prasetiyanto mengungkapkan bahwa Anies Baswedan menggunakan elemen-elemen ini dengan cerdas dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Misalnya, Anies Baswedan menggunakan latar, detil, maksud, dan praanggapan untuk memberikan konteks dan argumentasi yang kuat.
Ia juga menggunakan bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti untuk menjaga keterhubungan dan keterkaitan antara kalimat-kalimatnya.
Selain itu, Anies Baswedan menggunakan leksikon, grafis, dan metafora untuk menciptakan kesan dan emosi yang diinginkan pada pendengarnya.
Nilai-nilai kepemimpinan adalah nilai-nilai yang terkandung dalam teks debat yang mencerminkan sikap dan pandangan Anies Baswedan sebagai calon pemimpin.
Prasetiyanto menyimpulkan bahwa Anies Baswedan memiliki nilai-nilai kepemimpinan yang demokratis, yang terdiri dari beberapa aspek, seperti keadilan sosial, cita-cita nasional, keseimbangan antara hak dan kewajiban, persamaan, kekeluargaan dan persatuan nasional, musyawarah, dan kebebasan bertanggung jawab.
Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa Anies Baswedan menghormati dan menghargai hak-hak dasar manusia, mengedepankan kepentingan nasional, menjunjung tinggi etika dan moral, dan mengutamakan dialog dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian, pola bahasa yang digunakan oleh Anies Baswedan dalam debat Pilpres 2024 memiliki makna yang mendalam dan strategis, yang mencerminkan visi, misi, dan nilai-nilai kepemimpinan yang ia miliki.
Pola bahasa ini juga merupakan cara Anies Baswedan untuk membedakan dirinya dari calon-calon lain yang berkompetisi dalam Pilpres 2024.