jfid – Pertempuran Myriokephalon, yang meletus pada tanggal 17 September 1176, merupakan peristiwa bersejarah yang menandai akhir dari upaya Kekaisaran Bizantium untuk merebut kembali Anatolia dari Kesultanan Seljuk.
Ini adalah salah satu pertempuran yang paling berkesan dalam sejarah Bizantium, dengan konsekuensi yang mendalam bagi kedua belah pihak.
Sebelum pertempuran, Kekaisaran Bizantium dan Kesultanan Seljuk telah berada dalam konflik politik dan militer yang berlarut-larut.
Kekaisaran Bizantium, yang dipimpin oleh Kaisar Manouel I Komnenos, mempunyai tujuan jelas: mengembalikan Anatolia ke dalam kendali mereka. Anatolia sebelumnya adalah wilayah Bizantium, tetapi seiring berlalunya waktu, Kesultanan Seljuk berhasil merebutnya.
Pertempuran Myriokephalon berlangsung di wilayah Frigia, dekat Danau Beyşehir. Kekaisaran Bizantium memobilisasi kekuatan besar, dengan sekitar 25.000 tentara, meskipun beberapa sumber berpendapat bahwa jumlahnya bisa mencapai 50.000.
Di sisi lain, Kesultanan Rüm, yang merupakan bagian dari Kesultanan Seljuk, dipimpin oleh Kilij Arslan II, seorang pemimpin yang cakap.
Namun, meskipun persiapan besar-besaran yang dilakukan Bizantium, upaya mereka untuk mengusir Turki dari Anatolia berakhir dengan kekalahan yang memilukan. Pasukan Bizantium tidak berhasil mencegah pasukan Seljuk merusak pedesaan saat mereka maju ke depan.
Pasukan Seljuk dengan cerdik memanfaatkan medan yang sulit di pegunungan Frigia dan berhasil tiba di jalur Tzibritze, sebuah jalur yang menjadi kunci untuk mencapai benteng Myriocephalon. Pasukan Turki berkumpul di bukit-bukit yang melingkupi jalur tersebut.
Dalam situasi yang genting, Manuel memilih untuk mengikuti saran seorang pangeran muda yang bersemangat untuk bertempur. Ia mengirim pasukan terdepan melalui jalur Tzibritze.
Tanpa diduga, pasukan Turki pura-pura melarikan diri, lalu berbalik mendaki bukit-bukit, dan tiba-tiba menyerbu pasukan Bizantium yang terjebak di jalur sempit tersebut.
Ini adalah titik balik yang menentukan: Manuel panik dan berusaha melarikan diri kembali melalui jalur tersebut, menciptakan kekacauan total di dalam pasukannya. Kemenangan bagi Turki menjadi sangat pasti.
Dampak dari Pertempuran Myriokephalon sangat berarti. Bagi Bizantium, ini menandai akhir dari upaya mereka untuk merebut kembali Anatolia.
Walaupun mereka masih mempertahankan beberapa wilayah di Anatolia barat, kekuatan mereka yang terbatas tidak memungkinkan mereka untuk menantang dominasi Seljuk di wilayah tersebut.
Pertempuran ini juga menjadi lambang penurunan kekuatan dan pengaruh Bizantium dalam periode tersebut.
Sementara itu, bagi Kesultanan Seljuk, kemenangan di Pertempuran Myriokephalon memperkuat posisi mereka di Anatolia.
Mereka berhasil mempertahankan kendali atas wilayah-wilayah kunci ini, yang memiliki nilai strategis dan ekonomi yang besar. Kesultanan Seljuk terus mendominasi Anatolia selama beberapa dasawarsa berikutnya.
Pertempuran Myriokephalon, pada intinya, merupakan titik balik dalam sejarah Kekaisaran Bizantium dan Kesultanan Seljuk. Walaupun sering dianggap sebagai puncak perubahan dalam sejarah keduanya, dampak jangka panjangnya sebenarnya lebih kompleks.
Pertempuran ini mencerminkan perubahan yang sudah berlangsung dalam kekuatan dan pengaruh Bizantium, yang telah mengalami penurunan dalam beberapa waktu sebelumnya, serta memperkuat kedudukan Kesultanan Seljuk sebagai kekuatan dominan di Anatolia.