Penelitian Ungkap Perbedaan Pola Tidur, Ritme Sirkadian, dan Metabolisme Antara Pria dan Wanita

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read
Photo of Person Holding Alarm Clock
- Advertisement -

Penelitian terbaru mengungkapkan perbedaan signifikan antara pria dan wanita dalam hal pola tidur, ritme sirkadian, dan metabolisme, yang memiliki implikasi penting bagi pengobatan presisi.

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa pemahaman mendalam tentang perbedaan tersebut dapat mengarah pada perawatan yang lebih dipersonalisasi untuk gangguan tidur dan kondisi metabolisme.

Pola Tidur dan Ritme Sirkadian

Perbedaan pola tidur antara pria dan wanita tampak jelas dalam berbagai aspek. Wanita cenderung melaporkan kualitas tidur yang lebih rendah dibandingkan pria, dengan lebih banyak fluktuasi dalam kualitas tidur mereka sepanjang siklus menstruasi.

Menurut Dr. Sarah L. Chellappa dari University of Southampton, kualitas tidur yang lebih rendah ini terkait dengan gangguan kecemasan dan depresi, yang dua kali lebih umum pada wanita dibandingkan pria. Selain itu, wanita juga lebih mungkin didiagnosis dengan insomnia .

Ad image

Ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur-bangun dalam tubuh, juga menunjukkan perbedaan antara jenis kelamin. Penelitian menemukan bahwa hormon melatonin, yang membantu mengatur ritme sirkadian dan tidur, disekresikan lebih awal pada wanita daripada pria.

Suhu tubuh inti, yang mencapai puncaknya sebelum tidur dan terendah beberapa jam sebelum bangun, juga mengikuti pola serupa, mencapai puncaknya lebih awal pada wanita.

Selain itu, periode sirkadian intrinsik wanita lebih pendek sekitar enam menit dibandingkan pria. Perbedaan kecil ini dapat menyebabkan ketidakselarasan signifikan antara jam biologis internal dan isyarat eksternal seperti cahaya dan kegelapan.

Implikasi pada Metabolisme

Dampak dari perbedaan ini juga terlihat pada metabolisme. Penelitian menunjukkan bahwa otak wanita dan pria merespons gambar makanan secara berbeda setelah kurang tidur.

Jaringan otak yang terkait dengan proses kognitif dan afektif dua kali lebih aktif pada wanita dibandingkan pria.

Selain itu, wanita menunjukkan aktivasi 1,5 kali lebih tinggi di daerah limbik (yang terlibat dalam pemrosesan emosi, pembentukan memori, dan regulasi perilaku) sebagai respons terhadap gambar makanan manis dibandingkan pria.

Pria cenderung lebih sering makan berlebihan sebagai respons terhadap kehilangan tidur. Sebuah studi menemukan bahwa tidur yang terfragmentasi, lebih lama untuk tertidur, dan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur mencoba untuk tidur hanya terkait dengan rasa lapar yang lebih besar pada pria.

Baik pekerja malam wanita maupun pria lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2, tetapi risiko ini lebih tinggi pada pria.

Wanita pekerja malam mengalami makan emosional lebih sering dan lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan wanita yang bekerja pada siang hari .

Implikasi untuk Pengobatan Presisi

Pemahaman tentang perbedaan ini penting untuk pengembangan pendekatan pengobatan yang lebih tepat dan efektif. Sebagai contoh, penurunan berat badan lebih berhasil dalam mengobati wanita dengan obstructive sleep apnea (OSA) dibandingkan pria.

Selain itu, wanita yang diresepkan zolpidem (obat insomnia) mungkin memerlukan dosis yang lebih rendah daripada pria untuk menghindari kantuk yang berlebihan keesokan harinya.

Dr. Chellappa menyatakan bahwa penelitian tentang intervensi tidur dan sirkadian yang mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin masih baru dan terbatas.

Namun, dengan memahami lebih banyak tentang bagaimana pria dan wanita tidur serta perbedaan ritme sirkadian mereka dan dampaknya terhadap metabolisme, kita dapat menuju perawatan kesehatan yang lebih presisi dan dipersonalisasi, yang meningkatkan kemungkinan hasil yang positif .

Dengan temuan-temuan ini, jelas bahwa pendekatan pengobatan yang mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin dalam tidur, ritme sirkadian, dan metabolisme memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, membuka jalan bagi era baru dalam pengobatan presisi.

- Advertisement -
Share This Article