Pekerja Menjerit, Pengusaha Keberatan: Drama Potongan Gaji 3% untuk Tapera

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
3 Min Read
Pekerja Menjerit, Pengusaha Keberatan: Drama Potongan Gaji 3% untuk Tapera
Pekerja Menjerit, Pengusaha Keberatan: Drama Potongan Gaji 3% untuk Tapera
- Advertisement -

jfid – Kebijakan terbaru yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), telah menuai banyak kritik dari berbagai kalangan.

Kebijakan ini mengharuskan pekerja untuk menyisihkan 3% dari gaji mereka sebagai simpanan wajib, dimana 2,5% ditanggung oleh pekerja dan 0,5% oleh pemberi kerja.

Pengurangan gaji ini dianggap sebagai beban tambahan yang signifikan bagi para pekerja dan pengusaha di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

Implikasi dari Pengurangan Gaji

Program Tapera, yang dimaksudkan untuk membantu pekerja memiliki rumah sendiri, kini dipertanyakan efektivitasnya karena munculnya beban finansial baru bagi pekerja dan pengusaha.

Ad image

Pekerja khususnya merasa keberatan karena potongan gaji langsung mempengaruhi daya beli mereka, di saat inflasi dan harga pangan yang tinggi sudah menjadi beban tersendiri.

Kritik dari Serikat Pekerja

Mirah Sumirat, Presiden Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (DPP ASPEK Indonesia), telah menyuarakan ketidakpuasan terhadap kebijakan ini.

Menurutnya, kebijakan yang mengurangi pendapatan pekerja tanpa konsultasi atau partisipasi aktif dari mereka merupakan langkah yang tidak bijaksana, terutama dalam situasi ekonomi saat ini yang sudah cukup sulit.

Kekhawatiran Pengusaha

Tidak hanya pekerja, para pengusaha juga menunjukkan keberatan mereka.

Pemberlakuan potongan 0,5% yang harus ditanggung oleh perusahaan dianggap sebagai tambahan beban operasional yang tidak sedikit.

Pengusaha berargumen bahwa ini akan meningkatkan biaya produksi dan operasi, yang pada akhirnya bisa berdampak pada kestabilan dan pertumbuhan ekonomi.

Tanggapan Pemerintah

Sejauh ini, tanggapan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono masih belum menyediakan gambaran yang jelas mengenai bagaimana pemerintah akan menangani masalah yang timbul dari kritik ini.

Walaupun begitu, tampaknya pemerintah masih bertekad untuk melanjutkan program Tapera, dengan harapan dapat memperbaiki kondisi perumahan bagi pekerja di masa depan.

Dalam konteks ini, efektivitas dan penerimaan program Tapera oleh masyarakat masih menjadi pertanyaan besar.

Apakah manfaat jangka panjang yang dijanjikan oleh program ini akan cukup untuk menutupi kerugian finansial yang harus ditanggung oleh pekerja dan pengusaha saat ini, hanya waktu yang akan menjawab.

- Advertisement -
Share This Article