Jfid – Dalam kesunyian pagi Idul Adha, ketika langit masih memeluk sisa-sisa dingin malam, Nyai Nur Rofiah berdiri tegak di tengah lapangan.
Matanya terpejam, tangannya terangkat, dan doa mengalir dari bibirnya yang bergetar.
Ini bukan sekadar ritual, ini adalah manifestasi spiritualitas perempuan yang dahsyat.
Nyai Nur Rofiah, seorang tokoh spiritual perempuan, mengungkapkan bahwa Idul Adha bukan hanya tentang pengorbanan fisik berupa hewan qurban.
Lebih dari itu, Idul Adha adalah momen introspeksi dan peningkatan spiritual bagi perempuan. “Perempuan memiliki kekuatan spiritual yang unik,” ujarnya.
“Kami menghubungkan, merawat, dan memelihara bukan hanya keluarga, tapi juga komunitas.”
Kisah Hajar, perempuan tangguh dalam sejarah Islam, menjadi simbol kuat dalam spiritualitas perempuan.
Ketika ditinggal oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah, Hajar tidak menyerah pada takdir. Ia berlari antara bukit Safa dan Marwah, mencari air untuk anaknya, Ismail.
Ketabahan dan kepercayaannya pada Allah mengalir kuat, menginspirasi jutaan perempuan hingga hari ini.
Nyai Nur Rofiah menekankan bahwa spiritualitas perempuan dalam Idul Adha harus diakui dan dirayakan.
“Kami tidak hanya berdiri di belakang laki-laki. Kami berdiri bersama mereka, sebagai pilar spiritual yang sama kuatnya,” katanya.
Dalam setiap tetes keringat Hajar, dalam setiap doa yang dipanjatkan, dan dalam setiap langkah yang diambil, spiritualitas perempuan terukir dengan tegas.
Idul Adha mengajarkan bahwa pengorbanan bukan hanya soal materi, tapi juga pengorbanan ego, waktu, dan pikiran untuk kebaikan yang lebih besar.
Perempuan, dengan intuisi dan empati alaminya, memainkan peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai ini kepada generasi berikutnya.
Artikel ini tidak hanya mengungkap kisah spiritualitas perempuan dalam Idul Adha, tapi juga mengajak kita semua untuk melihat lebih dalam. Untuk menghargai peran serta perempuan dalam memperkaya tradisi spiritual, dan untuk mengakui bahwa tanpa mereka, esensi sejati dari Idul Adha tidak akan pernah lengkap.
Nyai Nur Rofiah, dengan suaranya yang lembut namun penuh kekuatan, mengajak kita semua untuk merenung. “Mari kita rayakan Idul Adha ini dengan menghargai setiap kontribusi, setiap doa, dan setiap pengorbanan yang dilakukan oleh perempuan di sekitar kita. Karena spiritualitas mereka adalah cahaya yang menerangi jalan kita menuju kedamaian dan keharmonisan.”
Dengan demikian, kisah Nyai Nur Rofiah dan spiritualitas perempuan dalam Idul Adha menjadi sebuah cerita yang menginspirasi. Cerita yang mengajarkan kita tentang kekuatan, ketabahan, dan keindahan yang tersembunyi dalam kelembutan. Cerita yang harus terus diceritakan, agar nilai-nilai tersebut tidak pernah pudar ditelan zaman.