jfid – Noam Chomsky adalah salah satu bintang intelektual dunia; seorang penulis yang produktif dan seorang anarkis yang menyatakan dirinya sendiri, yang, pada usia 86 tahun masih tidak tampak melambat.
Dia masih mengkritik berbagai ketidakadilan yang dia lihat, dengan Barat umumnya menjadi sasaran utamanya. Apa yang mendasari pandangan-pandangan kontroversialnya? Bagaimana dia melihat masa depan Eropa? Dan mengapa dia menganggap AS sebagai teroris terbesar di dunia?
Isabelle Kumar dari Euronews mewawancarai dia tentang terorisme, Kuba, dan masa depan Eropa. Wawancara ini dilakukan pada tahun 2015, ketika Chomsky baru saja merilis bukunya yang berjudul “Who Rules the World?”.
Dalam buku itu, dia mengekspos kebijakan luar negeri AS yang menurutnya didasarkan pada kepentingan korporasi dan militer, dan mengabaikan hak asasi manusia dan demokrasi.
Chomsky mengatakan bahwa AS adalah negara yang paling bertanggung jawab atas penyebaran terorisme di dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dia mencontohkan beberapa kasus, seperti invasi AS ke Irak pada tahun 2003, yang menurutnya telah menciptakan “bencana mengerikan” dan memicu munculnya kelompok-kelompok radikal seperti ISIS.
Dia juga menuduh AS mendukung rezim-rezim otoriter di Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Mesir, yang menindas rakyatnya dan melanggar hak asasi manusia.
Chomsky juga mengkritik peran AS dalam krisis nuklir Iran, yang menurutnya merupakan “pembohongan publik”. Dia mengatakan bahwa AS sebenarnya tidak peduli dengan program nuklir Iran, tetapi hanya ingin mengendalikan sumber daya alam di kawasan itu.
Dia menambahkan bahwa AS sendiri adalah negara yang paling melanggar perjanjian nuklir internasional, dengan memiliki senjata nuklir yang paling banyak dan paling canggih di dunia.
Chomsky juga membahas tentang hubungan AS dengan Kuba, yang baru saja mulai membaik setelah puluhan tahun embargo ekonomi.
Dia mengatakan bahwa AS seharusnya meminta maaf kepada Kuba atas segala penderitaan yang telah ditimbulkannya, dan menghormati hak Kuba untuk menentukan nasibnya sendiri.
Dia juga memuji Kuba atas prestasinya dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan solidaritas internasional.
Terkait dengan masa depan Eropa, Chomsky mengatakan bahwa dia khawatir dengan meningkatnya nasionalisme dan populisme di benua itu. Dia mengatakan bahwa Eropa harus bersatu untuk menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Dia juga menyarankan agar Eropa belajar dari pengalaman Amerika Latin, yang telah berhasil melepaskan diri dari dominasi AS dan menciptakan integrasi regional yang lebih demokratis dan progresif.
Chomsky adalah seorang tokoh yang selalu menantang status quo dan membuka mata kita terhadap realitas dunia. Dia adalah seorang aktivis yang tidak pernah berhenti berjuang untuk perubahan sosial.
Dia adalah seorang guru yang tidak pernah kehilangan semangat untuk berbagi pengetahuan dan kebijaksanaan. Dia adalah seorang legenda yang tidak pernah kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik.