jfid – Pasca Pandemi Covid-19 telah membawa tantangan dan kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi jutaan orang di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Namun, tidak semua orang mengalami nasib yang sama. Beberapa orang terkaya di Indonesia telah melihat kekayaan mereka melonjak ke ketinggian baru, sementara yang lain mengalami penurunan tajam.
Menurut Forbes, kekayaan kolektif 50 orang terkaya di Indonesia mencapai 180 miliar dolar pada 2022, naik dari 134,6 miliar dolar pada 2020. Namun, distribusi kekayaan ini tidak merata, karena beberapa sektor mendapat manfaat lebih dari pandemi daripada yang lain.
Salah satu pemenang terbesar adalah Low Tuck Kwong, pendiri dan pemilik Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara. Low melompat dari peringkat 28 pada 2020 menjadi peringkat kedua pada 2022, dengan kekayaan bersihnya meningkat hampir lima kali lipat dari 2,6 miliar dolar menjadi 12,1 miliar dolar. Kekayaan Low didorong oleh lonjakan harga batu bara, yang mencapai rekor tertinggi pada Oktober 2021 karena permintaan yang kuat dari China dan India dan gangguan pasokan dari Australia dan Indonesia.
Pemenang lainnya adalah Djoko Susanto, pemilik Alfamart, sebuah jaringan toko serba ada. Djoko masuk ke daftar 10 besar untuk pertama kalinya pada 2022, menempati peringkat ke-10 dengan kekayaan bersih sebesar 4,1 miliar dolar. Kekayaan Djoko tumbuh seiring dengan ekspansi jaringan dan penjualan Alfamart selama pandemi, mendapat manfaat dari peningkatan permintaan akan bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Alfamart juga meluncurkan platform e-commerce sendiri, Alfacart, untuk menjangkau tren belanja online.
Di sisi lain, beberapa orang terkaya di Indonesia melihat kekayaan mereka menyusut akibat dampak pandemi pada bisnis mereka. Salah satunya adalah Sukanto Tanoto, pendiri dan ketua Royal Golden Eagle (RGE), sebuah konglomerat dengan kepentingan di bidang pulp dan kertas, kelapa sawit, energi, dan konstruksi. Sukanto turun dari peringkat kesembilan pada 2020 menjadi peringkat ke-18 pada 2022, dengan kekayaan bersihnya turun dari 5,3 miliar dolar menjadi 2,9 miliar dolar. Kekayaan Sukanto terpukul oleh anjloknya harga pulp dan kertas, serta kontroversi lingkungan dan sosial yang menyertai operasi kelapa sawitnya.
Pengusaha lainnya adalah Peter Sondakh, pendiri dan ketua Rajawali Corpora, sebuah kelompok yang beragam dengan bisnis di bidang pertambangan, perkebunan, infrastruktur, transportasi, dan perhotelan. Peter melorot dari peringkat ke-13 pada 2020 menjadi peringkat ke-22 pada 2022, dengan kekayaan bersihnya menyusut dari 3,9 miliar dolar menjadi 1,9 miliar dolar. Kekayaan Peter dipengaruhi oleh penurunan aset pertambangan dan perkebunannya, serta penutupan hotel dan resor miliknya akibat pembatasan perjalanan dan lockdown.
Pandemi juga telah menciptakan tantangan dan peluang baru bagi orang-orang terkaya di Indonesia. Beberapa dari mereka telah meningkatkan upaya filantropi mereka untuk membantu mengatasi krisis kesehatan dan mendukung penyebab sosial. Misalnya, R. Budi Hartono dan Michael Hartono, yang telah menempati peringkat sebagai orang terkaya di Indonesia selama 14 tahun berturut-turut, menyumbangkan lebih dari 100 juta dolar untuk berbagai inisiatif yang berkaitan dengan bantuan Covid-19, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan. Demikian pula, Chairul Tanjung, yang menempati peringkat keenam pada 2022, menyumbangkan lebih dari 50 juta dolar untuk menyediakan peralatan medis, kit tes, vaksin, dan bantuan pangan bagi mereka yang terdampak pandemi.
Beberapa dari mereka juga telah berinvestasi di usaha dan inovasi baru yang dapat membentuk masa depan ekonomi dan masyarakat Indonesia. Misalnya, Sri Prakash Lohia, yang menempati peringkat keempat pada 2022, mendiversifikasi bisnis petrokimianya menjadi memproduksi sarung tangan dan masker medis untuk memenuhi permintaan yang melonjak selama pandemi. Dia juga meluncurkan proyek hidrogen hijau di Oman yang bertujuan untuk menghasilkan energi bersih dari sumber terbarukan. Demikian pula, Anthoni Salim, yang menempati peringkat kelima pada 2022, memperluas bisnis digitalnya dengan mengakuisisi saham di Gojek, platform layanan online dan ride-hailing terbesar di Indonesia. Dia juga bermitra dengan Microsoft untuk mengembangkan solusi komputasi awan untuk berbagai sektor grupnya.
Pandemi telah menunjukkan bahwa orang-orang terkaya di Indonesia tidak kebal terhadap guncangan dan perubahan eksternal. Mereka telah menghadapi risiko dan imbalan selama masa-masa sulit ini. Mereka juga telah menunjukkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi mereka dengan menyesuaikan strategi dan mengejar peluang baru. Saat Indonesia pulih dari pandemi dan bersiap untuk era pasca-Covid, mereka akan terus berperan penting dalam membentuk pembangunan ekonomi dan sosial negara ini.