Mengenal Mahadesa, Jurus Pemprov NTB untuk Bantu UMKM Akses Pasar

Lalu Nursaid By Lalu Nursaid
6 Min Read
- Advertisement -

jfID – Pada April 2020 lalu, Desa Kuripan Utara, Kabupaten Lombok Barat menjadi saksi bermulanya ide besar membangun sistem perdagangan berbasis teknologi digital di NTB. Sistem perdagangan ini diharapkan menjadi jembatan agar produk UMKM di NTB mudah mengakses pasar digital. Semua konsep ini adalah wujud nyata dari Mahadesa, sebuah program infrastruktur ekonomi digital terintegrasi di NTB.

Founder Mahadesa, Sulthon Muhammad, menjelaskan, sejak 2019, Pemprov NTB bekerjasama dengan MAHADESA mengembangkan pembangunan ekonomi daerah dengan menjadikan perusahaan daerah baik BUMD Provinsi, Kabupaten, hingga BUMDES, sebagai pelaku langsung yang mengelola berbagai potensi bisnis di NTB.

Menurut Sulthon Muhammad, infrastruktur ekonomi digital diterjemahkan oleh MAHADESA sebagai sebuah bingkai kerja yang ditopang oleh beberapa hal penting yang wajib ada di daerah tersebut. Hal-hal tersebut meliputi :

  1. Jaringan Penjualan dan Distribusi
  2. Akses Supply Chain & Demand
  3. Akses Financing & Perbankan
  4. Resource & Kualitas Sumber Daya Manusia
  5. Sistem Digital Managemen Bisnis
  6. Big data Market ( Supply & Demand )

Infrastruktur Ekonomi Digital adalah Sistem Digital Managemen Perdagangan dan Distribusi yang membantu mempermudah setiap wirausaha, pelanggan, principle, distributor, keluarga, UMKM, BUMD, BUMDES, dan partisan yang berkepentingan dalam rantai bisnis di Provinsi NTB untuk mendapatkan layanan yang secara otomatis terhubung satu dengan yang lainnya sesuai kebutuhannya dengan Platform Sistem Digital.

Ad image

“Sistem digital ini berbentuk aplikasi baik dalam mobile apps ataupun web based dimana semua kegiatan Bisnis bisa dilakukan oleh semua pelaku usaha di atas,” jelasnya.

Menurut Sulthon Muhammad, infrastruktur ekonomi digital memberdayakan keberadaan jaringan pusat perdagangan dan distribusi menjadi lancar dan mudah diakses. Dengan demikian, transaksi ekonomi antara pelaku usaha dengan konsumennya dapat dilakukan dengan mudah.

Setiap Desa, melalui BUMDES sebagai pengelola pusat perdagangan dan distribusi desa dimudahkan dengan adanya fasilitas katalog produk yang memungkinkan produk lokal desa didaftarkan menjadi produk katalog. Kemudian, katalog ini dapat dipasarkan di semua desa di NTB bahkan nasional melalui Jaringan Penjualan dan Distribusi yang dibangun oleh Mahadesa.

Untuk mewujudkan konsep ini, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah telah memulai dengan membuka pusat perdagangan dan distribusi desa atau Trade and Distribution Center (TDC) Kuripan Utara, Kamis, 23 April 2020 lalu.

Setelah Desa Kuripan Utara, Kabupaten Lombok Barat, selanjutnya menyusul TDC-TDC di desa dan kelurahan lainnya di provinsi NTB.

Gubernur NTB sampaikan bahwa Program Mahadesa ini sudah di mulai dengan Pilot Projects di 20 desa di Lombok Barat. Insya Allah di HUT NTB 17 Desember 2020 nanti akan ada lebih dari 50 persen desa di seluruh NTB sudah menerapkan Mahadesa.

“Inti Mahadesa adalah kesadaran untuk tak jadi penonton di daerah kita sendiri. Kita terlelap kelewat lama seperti anak ayam mati di Lumbung padi”, tegas DR.Zul.

Lebih lanjut ia katakan bahwa pembangunan adalah proses besar untuk membangun kemampuan. Dengan Mahadesa itu kita buktikan bahwa Where there is a will, there is a way !
Perjalanan panjang selalu di mulai dengan langkah pertama.

Mahadesa adalah bentuk Inovasi yang dikembangkan oleh PT. GNE untuk memberdayakan desa secara ekonomi, memudahkan masyarakat mendapatkan berbagai jenis kebutuhannya tanpa harus keluar rumah. Pemesanan kebutuhan, dilakukan melalui sistem di perangkat ponselnya.

BUMDes dalam hal ini dilibatkan sebagai ujung tombak, sekaligus sebagai fasilitator yang akan merekap dan memenuhi pesanan rumah tangga (masyarakat). Masyarakat berbelanja layaknya ke ritel modern, cukup hanya dari rumah melalui fasilitas Mahadesa ini.

Seperti yang dikemukakan oleh Direktur Utama PT. GNE, Samsul Hadi, saat ini baru satu desa yang terkoneksi perangkat sistemnya, Kuripan Utara. Selanjutnya menyusul 21 desa lainnya. Dan target tahun 2020 ini, seluruh desa dan kelurahan di NTB yang jumlahnya ribuan, akan menjadi bagian dari jaringan Mahadesa ini.

Sistem bisnis yang dikembangkan GNE dalam program Mahadesa ini yaitu dengan memanfaatkan seluruh BUMDes sebagai perpanjangan tangan untuk melakukan pendataan kebutuhan masing-masing rumah tangga. Kebutuhan tersebut misalnya, sabun, odol, minyak goreng, beras dan sejenisnya yang ada di katalog.

Rekap kebutuhan yang didapat, selanjutnya diteruskan by sistem ke sistem yang ada di PT. GNE. Kemudian,sistem PT. GNE akan menghubungkan langsung ke ke vendor (perusahaan/pabrik) mitra untuk didistribusikan kembali ke rumah tangga pemesan melalui BUMDesnya. Hampir seluruh pabrikan di Pulau Jawa telah menjadi vendor.

“Masyarakat akan mendapatkan kemudahan berbelanja. BUMDes akan dapat keuntungan sebesar 70 persen dari total keuntungan. Rantai ekonomi dan bisnis dari tingkat provinsi, kabupaten/kota kemudian ke desa dan kelurahan akan terbangun kuat. Dan sama-sama akan mendapatkan manfaat ekonomi (keuntungan),” jelas Samsul Hadi.

Selain dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pabrikan, melalui skema Mahadesa ini, GNE juga akan membangun jaringan dengan kelompok-kelompok tani, dan IKM-IKM lokal, agar hasil produksinya dapat dijual ke masyarakat melalui sistem Mahadesa.

- Advertisement -
Share This Article