Jfid – Film terbaru karya Hanung Bramantyo, ‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa’, telah tayang pada 22 Mei 2024 dan menawarkan sebuah perjalanan emosional yang mendalam.
Film ini menggali tema-tema keimanan, moralitas, dan tantangan hidup yang dihadapi manusia melalui tiga karakter utamanya: Kiran, Darul, dan Hudan.
Karakter-karakter ini dihidupkan oleh Aghniny Haque sebagai Kiran, Andri Mashadi sebagai Darul, dan Samo Rafael sebagai Hudan.
Mereka adalah mahasiswa dengan latar belakang dan pandangan hidup yang berbeda, yang masing-masing menghadapi ujian keimanan dan moralitas.
Film ini merupakan adaptasi dari novel ‘Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur’ karya Muhidin M.
Dahlan, yang mengisahkan perjuangan karakter-karakternya dalam menghadapi cobaan dan dilema moral.
‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa’ dirilis di bioskop pada 22 Mei 2024, dan sejak itu telah memicu diskusi di kalangan penonton dan kritikus film tentang representasi keimanan dan moralitas dalam sinema modern.
Hanung Bramantyo, dalam konferensi pers, menekankan pentingnya kemerdekaan dan kebebasan berekspresi dalam seni.
Film ini, menurutnya, adalah bentuk autokritik yang mengajak penonton untuk merenungkan nilai-nilai keimanan dan kemanusiaan.
Untuk mempersiapkan peran mereka, para pemeran melakukan pendalaman karakter yang intens, termasuk mengikuti kajian dan riset tentang organisasi keagamaan.
Film ini datang di saat yang tepat ketika masyarakat sedang giat-giatnya mendiskusikan tentang kebebasan berekspresi dan batasan-batasan dalam berkarya.
Dengan pendekatan yang berani dan narasi yang menggugah, ‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa’ menjanjikan untuk menjadi salah satu film yang paling banyak dibicarakan tahun ini.
“Begitu pentingnya yang namanya kemerdekaan dan kebebasan berekspresi.Karena di dalam seni, baik itu sastra, film, lagu, atau apapun itu sebetulnya autokritik,” ujar Hanung Bramantyo.
Menurut Tempo.co, film ini menyajikan perjalanan emosional yang mendalam dengan menampilkan karakter-karakter yang kompleks.
‘Tuhan, Izinkan Aku Berdosa’ bukan hanya sebuah film, tetapi juga sebuah refleksi tentang kehidupan, keimanan, dan kemanusiaan yang ditawarkan kepada penonton untuk dipertanyakan dan direnungkan bersama.